Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Jodohku Bertemu Jalur Trauma

Jodohku Bertemu Jalur Trauma

rannty

5.0
Komentar
99
Penayangan
8
Bab

Ayu Widiastuti adalah seorang gadis remaja berusia 18 tahun, yang juga ingin menikmati masa indah remajanya. Namun, bagaimana jadinya kalau masa yang indah itu harus terkubur dengan adanya sebuah trauma? Ayu takut pada lawan jenis. Hidupnya tidak pernah tenang, jika ia harus berhadapan dengan seorang laki-laki. Suatu ketika, Ayu berurusan dengan seorang laki-laki yang berpenampilan urakan. Seorang badboy yang suka mabuk-mabukan dan kerap mengikuti balapan liar. Siapa sangka jika laki-laki dengan penampilan badboy itu, adalah laki-laki yang berusaha keras untuk membantu Ayu keluar dari traumanya. Akankah Ayu berhasil keluar dari trauma dan bisa menikmati masa remajanya? Lantas, bagaimana hubungan Ayu dengan laki-laki itu?

Bab 1 Trauma

Di tengah teriknya sinar mentari, beberapa mahasiswa tampak asyik bermain basket.

Sama sekali tidak ada rasa panas ataupun lelah yang mereka rasakan. Justru sebaliknya, kesenanganlah yang mereka rasakan saat ini.

Apalagi sorak-sorai dari para gadis di sudut lapangan. Suara mereka seperti magic tersendiri bagi kaum laki-laki pecinta olahraga basket.

Lain hal dengan beberapa gadis di salah satu sudut lapangan, di tempat lain seorang gadis tengah duduk sendiri.

Ayu Widiastuti namanya, usia 18 tahun. Saat ini, ia tengah sibuk mengerjakan tugas kuliah.

Berbeda dengan beberapa siswi yang bersorak-sorai di sudut lapangan, Ayu sama sekali tidak tertarik untuk ikut melakukannya.

Bukan tidak tertarik sebenarnya, lebih tepatnya takut. Takut jika ia harus berurusan dengan kaum laki-laki.

...FLASHBACK ON...

(Plak)

Suara tamparan yang cukup keras, jelas sekali terdengar. Ayu yang saat itu dalam perjalanan pulang, merasa penasaran dengan suara tersebut. Ayu lantas memutuskan untuk mencari dimana asal suaranya.

Namun, betapa terkejutnya Ayu saat melihat apa yang baru saja ia dengar. Seorang laki-laki beberapa kali menampar gadis berseragam SMA.

Tidak hanya itu saja, selain mendapat tamparan keras, gadis itu juga hampir dilecehkan oleh laki-laki tersebut. Terkejut dengan hal yang dilihatnya, Ayu berteriak hingga laki-laki itu mengetahui keberadaannya.

Setelah berhasil menolong gadis itu dari tindak kekerasan, kini Ayu yang menjadi sasaran. Laki-laki paruh baya itu mulai berjalan ke arahnya.

Ayu yang semula hanya terkejut, kini mulai ketakutan. Keringat dingin menjalar di sekujur tubuhnya. "Aaa." Dengan suara keras, Ayu kembali berteriak.

Teriakan kedua yang Ayu serukan, entah mengapa membuat laki-laki mengerikan itu langsung pergi. Ayu yang saat itu tengah ketakutan, dihampiri oleh gadis SMA yang baru saja ia tolong.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya gadis SMA itu.

"A-aku ... aku nggak apa-apa." Meski berkata tidak apa-apa, tetapi sepertinya gadis berseragam SMA itu menyadari ketakutan Ayu.

"Makasih ya, kamu tadi udah bantuin aku buat ngusir laki-laki tua bangka itu," ucap si gadis SMA.

"Iya, sama-sama."

Setelah percakapan singkat itu, gadis berseragam SMA pergi lebih dulu. Gadis itu meninggalkan Ayu yang masih terpaku di tempatnya.

Karena kejadian tadi, Ayu menjadi pendiam. Ia bahkan tidak mengucapkan kalimat apa pun setibanya di rumah. Hanya ucapan salam saja, setelah itu Ayu langsung pergi menuju kamar.

Bahkan saat makan malam tiba, Ayu tidak mau makan bersama ayah dan kakak laki-lakinya dalam satu meja. Ia memilih berdiam diri di kamar, hingga ibunya datang membawa makanan.

"Makasih, Bunda. Maaf, Ayu jadi ngerepotin bunda," ucapnya.

"Tidak apa-apa. Kalau Ayu lagi tidak enak badan, setelah makan langsung istirahat saja," balas bundanya.

Ayu membalasnya dengan anggukan. Setelah itu, bundanya langsung keluar dari kamar, tanpa bertanya alasan Ayu menolak untuk makan di meja makan. Bundanya pikir, Ayu sedang tidak enak badan, karena sebelum-sebelumnya Ayu juga seperti itu jika merasa tidak enak badan.

Keesokan paginya, hal yang sama juga dilakukan oleh Ayu. Ia menolak untuk makan bersama di meja makan. Hal itu jelas membuat kedua orang tua juga kakaknya menjadi khawatir.

Saat ayahnya mendekat, Ayu langsung histeris. Begitu pula, ketika kakak laki-lakinya berusaha untuk bertanya baik-baik, Ayu bahkan meminta kakaknya untuk pergi.

Namun, berbeda saat bundanya yang mendekat. Ayu justru langsung memeluk erat, wanita yang melahirkannya itu.

Sayangnya, Ayu masih tidak mau memberitahu bundanya mengenai apa yang terjadi kemarin.

...FLASHBACK OFF...

"Woi, berisik." Betapa terkejutnya Ayu, saat beberapa gadis itu memarahinya.

Ayu kembali sadar, bahwa ia baru saja mengingat kenangan buruk di masa lalu. Ayu benci saat seperti ini. Saat ia melihat ada begitu banyak laki-laki, kenangan itu selalu saja muncul dalam benaknya.

Ayu ingin terlepas dari belenggu trauma yang dialaminya beberapa bulan lalu. Namun, Ayu bingung bagaimana caranya agar ia bisa terlepas dari belenggu tersebut. Karena untuk berdekatan dengan laki-laki saja, Ayu tidak berani. Ia sangat takut.

"Tau ... berisik banget sih. Pulang aja sana kalau mau berisik," timpal gadis yang lain.

Beberapa gadis itu baru saja memarahi Ayu hanya karena teriakan Ayu tadi. Mereka tidak sadar, jika sorak-sorai mereka bahkan jauh lebih keras daripada suara teriakan Ayu.

Karena tidak mau ribut, Ayu memutuskan untuk pulang. Lagipula, tugas kuliahnya akan lebih cepat selesai jika ia mengerjakannya di rumah.

...

Setelah beberapa bulan, Ayu masih saja tidak mau diajak bicara oleh ayah dan juga kakak laki-lakinya. Meski sudah memberitahu bundanya mengenai apa yang terjadi saat itu, traumanya masih belum juga hilang.

Pagi itu, Ayu yang hampir terlambat mengikuti kuliah pagi, berlari melewati gerbang kampus dengan harapan masih mempunyai waktu untuk memasuki ruang kuliah.

Namun sayangnya, ia justru menabrak seseorang karena terlalu terburu-terburu. "Aw," rintihnya.

"Kamu gila ya? Jalan nggak liat-liat?!" omel seseorang itu.

Mendengar suara seorang laki-laki, Ayu langsung mundur beberapa langkah. Meski tidak mengetahui siapa yang sudah ia tabrak, Ayu tidak berani untuk melihat. Ia terus menundukkan kepala, tanpa mengatakan apa pun.

"Ini tuh kampus, bukan lapangan nenek moyang kamu. Awas aja kalo kamu berani nabrak aku lagi." Laki-laki itu kembali mengomel, kemudian pergi begitu saja.

Setelah laki-laki itu pergi, Ayu masih berdiri di sana. Ayu bahkan melupakan alasannya berlari, karena masih merasakan takut.

Beberapa menit kemudian, Ayu benar-benar terlambat masuk kuliah pagi, karena kejadian tersebut.

"Akhirnya selesai juga. Aku udah laper banget. Semoga aja, nggak ada banyak orang yang makan di kantin hari ini." Ayu membuat harapan, setelah jam kuliah keduanya berakhir.

Meski Ayu selalu berdoa seperti itu, yang namanya kantin tetap saja ramai. Terutama saat jam makan siang seperti sekarang ini.

Setelah membereskan peralatan belajarnya, Ayu langsung pergi menuju kantin. Selama hampir dua bulan ini, Ayu memang selalu makan siang di kantin kampus. Ia sudah tidak lagi membawa bekal seperti saat ia baru menjadi mahasiswa.

Semua itu karena beberapa kejadian yang melibatkan mahasiswa laki-laki. Ayu memutuskan untuk tidak lagi membawa bekal, karena beberapa kali bekal itu diambil paksa oleh beberapa mahasiswa yang tidak ia kenal.

Beberapa mahasiswa itu mengatakan, jika seorang mahasiswa sudah tidak layak membawa bekal. Karena hal itu, hanya dilakukan oleh anak TK saja.

Kejadian itu semakin membuat Ayu takut untuk berhadapan dengan laki-laki. Padahal, ia pernah bertekad untuk melawan ketakutannya itu.

"Rame banget lagi, gimana aku makannya?" Ayu yang baru saja sampai di kantin, hendak mengurungkan niatnya untuk masuk, setelah melihat suasana di dalam sana.

"Tapi kalo nggak masuk sekarang, nanti udah nggak ada waktu lagi," batinnya.

Akhirnya Ayu memutuskan untuk masuk dan untungnya, masih ada beberapa kursi kosong. Ayu pun memilih tempat duduk yang berada paling ujung.

"Aku ikut duduk sini ya."

(Deg)

Baru saja mulai menyuapkan makanan, suara seseorang datang mengejutkannya. Hal itu langsung membuat Ayu mengangkat piring makannya dan bersiap untuk pergi.

"Jangan pergi, duduk di sini aja. Aku cuma numpang makan di meja kamu aja kok, nggak bakalan gigit."

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh rannty

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku