Ada Apa Dengan Jodohku

Ada Apa Dengan Jodohku

Noeko

5.0
Komentar
643
Penayangan
24
Bab

Laki-laki yang berusaha untuk mencari jodoh dengan segala tantangan dan perjuangan demi Mendapatkan sebuah kemapanan untuk mencari kehidupan yang lebih baik lagi dan mulai memulai dengan ke Ibu kota untuk mencari pekerjaan dan akhirnya terlena dengan kesibukan pekerjaan yang tidak di rasa umur sudah kepala empat. Laki-laki itu adalah Hasan dan akhirnya memutuskan cepat menikah.

Bab 1 Merantau ke Ibu kota

Tidak mudah awalnya untuk menjalani kehidupan yang dilaluinya. untuk sebuah keinginan yang dilandasi rasa ingin memperingan beban orang tua.

Dari pemikiran yang ingin membahagiakan keluarga sering kali mengalah dan mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan keluarga dan adik adiknya.

Yang selalu di ingat adalah kata kata nasehat dari bapak yang sdh tua tetap semangat bekerja.

Di suatu malam terasa dingin menusuk tulang tulangku rasa sunyi di keheningan tiba tiba teringat nasehat bapak kala itu.

"le bapak tidak bisa memberikan kamu harta, tetapi hanya bisa menyekolahkanmu, tandasnya ketika itu pula bapak melanjutkan nasehatnya.

"harta itu bisa habis

kalau di pakai terus tanpa ilmu, tetapi ilmu itu akan bertambah terus kalau kamu pakai."

Sekejap bangun dari lamunan, ku lihat jam di kamar sudah menunjukkan 00.30 menit. tersadar dan seketika itu aku berdoa untuk almarhum bapak ku.

Pada suatu ketika kelulusanku sudah aku terima,dari beberapa tahapan yang sudah aku tempuh dari mulai kkn skripsi dan ujian pendadaran selesai.

Aku mulai meninggalkan kotaku dari sinilah perjuangan yang sesungguhnya baru dimulai. sudah siap apapun yang terjadi adalah sebuah perjalanan hidup.

Tidak mudah untuk pendatang baru yang masih punya idealis yang tinggi, tanpa koneksi dan tanpa skill ketrampilan sebagai kelulusan yang masih baru. apalagi masa itu memang masih membudaya kolusi dan nepotisme.

Tetapi memang jalan itu tidak semua gelap pasti ada yang terang, usaha tanpa kenal lelah dan selalu berdoa.

Siang itu aku dapat kabar untuk tes wawancara dari temen,yang tempo hari memintaku untuk melamar kerja.

Panggilan akrabnya adalah sigi. "San mau ga melamar kerja di tempat kerja aku?" sambil berjabat tangan kita saling menatap wajah kita berdua. saling tersenyum wajarlah kita sudah lama tidak bertemu. Oh, iya namaku hasan.

"makasih gi, secepatnya aku kirimkan lamarannya." tanpa kita sadari obrolan kita sudah lama dan seketika itu pula aku mohon pamit.

Ternyata tidak semua keinginan akan selalu terwujud, tetapi dari semua yang sudah kita lakukan ada hikmahnya. pada intinya aku tidak diterima di tempat kerja temen, tetapi bekerja di tempat lain.

Di suatu hari masih dalam keramaian kota metropolitan, dan hiru pikuk lalu lintas dikebisingan deru mobil, kepekatan polusi udara yang semakin hitam kelam menenggelamkan pikiranku sesaat.

bahwa hidup di kota besar berat, mulai lah persepsi harus berubah.

dalam hatiku berkata," disinilah mencari uang bukan mencari pekerjaan ".

Ya sambil duduk di trotoar kebetulan belum terlalu panas pagi itu,ada bayangan pohon yang menutupi badanku.

"Berarti kalau cari uang,tidak harus memilih pekerjaan, sedang kalau mencari kerja, memilih milih pekerjaan yang menuntut idealisme".

Satu hisapan rokok sambil merenung menentukan sikap, hari makin siang saat itu pula semangat tumbuh dan aku bergegas pulang ke kontrakan ,yang berukuran kecil cukuplah untuk satu orang.

Hari berikutnya dengan semangat baru untuk mencari uang tidak lagi mencari pekerjaan. Langkah ku semakin percaya diri karena bulan depan sewa kamar harus di bayar, bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

Aku sudah bergabung dengan temen temen yang tempo hari sudah mengajakku bekerja.

"Nah gitu san,semangat kerjaan ini halal tidak usah malu,belum saatnya kamu bergengsi." Sapaan pertama pagi ku oleh fajar,dia dulu kakak angkatan aku waktu di kampus.

"Bisa ga makan kamu di metropolitan,kalau masih gengsi," dari sebelah fajar si ahmad ikut berkomentar.

"Siap broo,perjuangan masih panjang, " teriak ku agak keras sambil tangan kanan mengepalkan ke atas pertanda semangat pagi itu.

Dari sesuatu yang tidak kita sukai,belum tentu akan membawa dalam kondisi yang buruk.tinggal bagaimana kita menjalankan pekerjaan.

Bermula dari niat baik maka akan mendapatkan yang terbaik dari segi pertemanan dan dalam dunia kerja.

Betul sekali pekerjaan ini tidak membutuhkan satu lembarpun kertas lamaran. Tapi segala sesuatu asalkan iklas tulus dan disiplin jujur semua akan menemukan jalannya.

Tidak perlu waktu lama aku dipertemukan dengan seseorang sebagai orang kantor, sedang aku orang diluar struktur kantor. Biasalah kita berjarak.

" kamu hasan ya....? Pertanyaan itu keluar dari perempuan cantik, selama aku bekerja berharap bisa berkenalan dengan dia. namanya mb eva,agak sipit matanya.

"Iya .....mb eh bu," agak gugup aku.

" nanti kita bisa ngobrol sebentar ga,punya waktu ga?," belum sempat aku jawab dia sudah memperhalus bahasa, sambil berdiri di gang tengah menuju loby kantor.

"Siaap bu boos," candaku,sambil senyum pertanda menyanggupinya.

Dari beberapa teman, aku di tunjuk sebagai koordinator non struktural diluar kantor.

posisi itu aku jalani dengan sebaik baiknya, bekerja secara profesional walaupun pekerjaan tidak menuntut untuk dikerjakan secara detail progesif dan manajemen yang rapi.

Dalam hatiku," aku bekerja sesui tuntutan dan kebutuhan karakter,sambil belajar membiasakan diri sendiri bekerja berdasarkan kepuasan hati," inilah caraku berbeda dengan temen yang lain.

Orang yang mau berfikir,bekerja tidak hanya berdasarkan tenaga otot saja harus bisa mengamati estimasi dan evaluasi dari volume pekerjaan, jadi tidak asal bekerja sebagai rutinitas harian.pikirku berusaha untuk selalu menasehati diriku dan selalu memotivasi diri suatu saat pasti berguna yaqinku.

Hari berganti dan pada suatu saat material part ada yang kurang disitulah aku laporkan pada mb eva.

"Siang mb eva mau laporan ada material part yang kurang, " kataku

Mb eva berdiri dari tempat duduknya dan mendekati aku," apa saja yang kurang?" Begitu sampai di dekatku, selembar kertas aku sodorkan.

" begini saja kita keluar cari makan," sambil balik ke tempat duduknya mb eva mengambil tas dan kunci mobilnya .kitapun bergegas pergi.

Saat itu yang tergambar dalam hatiku," bahagia ....tak pernah aku bayangkan bisa sedekat ini satu mobil dengan dia."

Dulu pernah bertemu tapi aku ga sempet menyapanya," apa itu yang namanya mb eva?" Kataku dalam hati.

Memang pada saat itu aku sendiri, Jadi tidak ada teman untuk saling tanya.

Diam diam aku suka dengan penampilan dan senyumnya.

" hai san....ngapain ngalamun,Kita hampir sampai nich"suara mb eva membuat ku sadar,aku lagi berdua sama dia.

"maaf AC nya dingin jadi bikin ngantuk " spontan yang keluar dari mulut ku membuat aku agak grogi.

" bagaimana san kerjaan satu bulan lagi bisa selesai " sambil memesan menu makan mb eva bertanya ke aku.

" kalau melihat scadulprojek seharusnya selesai,karena bulan ini volume pekerjaan tinggal sekitar 20%" timpalku, sesekali aku mencuri curi pandang.

" baguslah berarti on target,tidak kena claim,salut dech buat kamu san."timpal mb eva sambil merespon kerjaku.

"Ya aku tahu dari awal ini proyek mb eva, maka berusaha untuk selesai dengan target"aku tidak mau kalah merespon dia juga.

Akhirnya hidangan sudah siap di meja kitapun bergegas untuk makan.apalagi siang ini beda dengan hari hari kemarin,sungguh sangat panas.tapi hatiku sejuk.

" kalau seperti sekarang kondisi iklim kerja di kantor,kemungkinan kecil aku tidak mungkin bisa direkrut menjadi karyawan,melihat dari level atas sampai karyawan bawah berbau nepotisme, " seketika ucapan ku memecah kebuntuhan.

"Aku juga mau resign han,setelah proyek ini selesai "timpal mb eva.

"Ada apa mb,kenapa resign?" Sedikit kaget dan rasa penasaran ku masih penuh tanya.

Sambil menyingkap kacamata ke atas kepala mb eva semakin kelihatan cantiknya dan berkata " rencana mau import sendiri dan kamu saan bisa gabung dengan aku,yang penting kamu selesaikan pekerjaan ini dulu "

"Siaaap bu boos," raut wajah aku tidak mengexspresikan berlebih datar datar saja.

Mb eva berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju kasir dan menunjuk meja no 6 dimana kita tadi menyantap hidangan makan siang, yang agak terlambat. Kamipun segera bergegas pulang.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Noeko

Selebihnya

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Gavin
5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku