Istriku, bukan Jodohku

Istriku, bukan Jodohku

Samira

5.0
Komentar
9.1K
Penayangan
28
Bab

Karena telah di berikan minuman yang mengandung obat kuat, Calvin tak sengaja melakukan hubungan suami istri dengan kakak iparnya. Bukan hanya sekali, melainkan beberapa kali telah terjadi. Hal ini di karenakan dokter memvonis dirinya akan mengalami impoten parsial jika tidak melakukan hal tersebut. Karena kejadian itu, Calvin terjatuh dalam buaian cinta pada sang kakak ipar, hingga terjadilah kesalahan itu terulang kembali. kebohongan demi kebohongan mulai dibuat. Lalu bagaimana cara Calvin mengatakan hal hina itu pada kakaknya? Dimana Sang kakak memiliki penyakit jantung kronis. Dan mampukah Sang kakak bertahan jika mengetahui apa yang telah terjadi sebenarnya? Ataukah hal itu juga menjadi keinginan kakaknya? Karena memikirkan dirinya yang tak mampu memberikan nafkah batin pada sang istri?

Bab 1 Permainan Fernandes

Bug...

"Bagaimana rasanya? Kau menyukainya Calvin?" ucap Fernandes yang memukuli Calvin sampai Calvin duduk berlutut di hadapannya dengan darah yang sudah keluar dari mulutnya dan bercampur dengan air liurnya.

"Oh..ho... kau masih kuat berdiri ternyata. Pukulanku kurang keras rupanya."

Bug... bug...

"Apa masih kurang? Baiklah aku akan memberikanmu lebih dari ini. Sampai aku puas."

Bug...Bug...Bug...

"Hhahaha, aku puas sekali hari ini. Ini adalah malam paling indah untukku. Kau akhirnya berlutut di hadapanku Calvin Alcantara. Aku benar-benar menikmati malam ini. Jo, cepat berikan minuman itu padanya. Aku ingin dia menggila di sini. Kita akan menemaninya bersenang-senang. Setelah itu kita bisa membunuhnya dan Membuang mayatnya di depan Channing. Menyusull kedua orang tuanya yang sudah membusuk!"

"Baik tuan. Cepat bawakan obat itu padaku." ucap Jo kaki tangan Fernandes, yang sudah siap berdiri di samping Calvin.

Fernandes. Dia adalah musuh bebuyutan keluarga Alcantara. Keluarganya telah membunuh kedua orang tua Calvin dan Channing Alcantara. Saat itu mereka masih kecil. Sehingga, Calvin dan kakaknya Channing tak bisa membalaskan dendamnya.

"Cepat minum brengsek!!" Jo mencekoki Calvin dengan satu gelas minuman beralkohol dan ada beberapa obat yang telah di racik dan di campur dalam minuman itu.

Jo memegang mulut Calvin agar terbuka dan meminumkannya secara paksa. Meski airnya tak semuanya masuk, tetapi yang masuk juga banyak.

Bug... Bug... Bug...

"Kalian pikir akan dengan mudah mengalahkanku? Kalian bukan sedang bermain dengan anak kecil. Tapi aku, Calvin Alcantara. Jika kalian bisa membuatku seperti ini, aku juga bisa membuat kalian babak belur!"

Saat Jo memberikannya minuman, dia memukul keras wajah Jo dengan kepalanya, hingga hidungnya mengeluarkan darah dan gelas yang di pegang pecah. Setelah itu dia memukul Fernandes dengan cepat hingga membuat luka memar di wajahnya. Dan sebelum anak buah yang lain berhasil menembakkan pistolnya pada Calvin, Calvin langsung mengambil pistol Fernandes yang di letakkan di sofa sebelah dia duduk, dan dia todongkan di kepala Fernandes.

"Jika kalian tak ingin bos kalian mati, lebih baik buang pistol kalian semua. Cepat!"

"Boss.." mereka semua saling memandang dan juga melihat pada Fernandes.

"Aku bilang cepat!!" ucap Calvin yang semakin menekan pistolnya di kepala Fernandes.

"Cepat buang bodoh! Apa kalian ingin aku mati? Hah?" teriak Fernandes karena Calvin baru saja menarik pelatuknya dan siap kapan saja untuk menembak.

Mereka pun meletakkan semua pistolnya ke lantai dan mereka semua mengangkat tangan mereka ke atas. Sedangkan Calvin berjalan mundur sampai dekat pintu kamar vvip yang Fernandes sewa di dalam club itu.

Calvin juga masih membawa Fernandes dengannya, sampai tepat di depan pintu dia mendorong keras Fernandes hingga tersungkur dan menutup pintu itu serta menguncinya dari luar. Kemudian dia berlari ke arah mobilnya.

"Pintunya di kunci boss!"

"Brengsek!!" umpat Fernandes pada anak buahnya yang berusaha mendobrak pintu dari dalam dan berusaha memghubungi pihak club lewat panggilan intercom di sana.

Andai saja dia tadi bisa membunuh Fernandes akan jauh lebih baik. Sayangnya, pistol yang dia ambil tadi hanya tersisa dua peluru. Karena itu dia tak mungkin membuat dirinya dalam masalah. Yang penting dia keluar dulu dari mereka semua.

Dengan cepat dia menghidupkan mobilnya, tubuhnya perlahan mulai bereaksi. Panas dan pandangannya mulai kabur. Tapi dia masih berusaha untuk melajukan mobilnya.

Tapi karena tak kuat lagi, dia menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Dia mencoba mencari ponselnya dan ingin menghubungi Mario asistennya. Namun karena penglihatannya mulai kabur. Dia tak bisa menemukan ponselnya yang baru saja ternyata saat dia merabanya.

Kring... kring...

"Itu ponselku," Calvin mengambil ponselnya yang berbunyi, cahayanya yang terang dapat membuat Calvin mengambil ponselnya yang ternyata jatuh di bawah dekat kopling.

"Iya halo? Mario? Apa ini kau? Kau di mana?" tanya Clavin yang langsung mengangkat teleponnya.

"Calvin, kau kenapa? Kenapa belum pulang? Kakakmu mencarimu, tapi sekarang dia sudah tidur. Kau di mana sekarang Calvin?"

"Ellice? Apa di sana ada Mario? Jika ada Mario di sana, segera lacak ponselku. Cari aku cepat. Dan satu lagi jangan memberitahukan hal ini pada kakak!"

"Calvin, kau kenapa? Calvin? Halo? Ada apa dengannya? Tapi ponselnya masih terhubung." ucap Ellice yang bingung sambil menatap layar ponselnya yang masih terhubung dengan Calvin.

"Mario di mana? Aku harus mencarinya." Ellice segera menghubungi Mario.

Sementara Calvin sudah menjatuhkan ponselnya. Tubuhnya bereaksi berlebihan. Rasa panas itu sudah menjalar ke seluruh tubuhnya. Dan juga ada rasa membakar di dalam tubuhnya yang ingin cepat-cepat tersalurkan.

"Egh!! Sialan kau Fernandes! Aku akan membalasmu! Aarrggghh!!" Calvin menyetel joknya agar lebih nyaman untuknya tiduran dan sedikit memundurkannya agar lebih bebas dia bergerak di dalam sana.

Hingga, hampir satu jam berlalu, Calvin bahkan sudah menghabiskan dua botol air untuk minum dan menyiram tubuhnya. Pakaiannya juga sudah dia lepas semua, dia sudah polos di dalam mobilnya.

Karena tak kuat menahan itu, Calvin sampai bermain sendiri dengan tangannya pada keperkasaannya agar bisa terlampiaskan. Sumpah, Calvin sudah sangat tak sanggup menahan rasa di dalam tubuhnya ini.

Bahkan dia sudah membenturkan kepalanya di jendela hingga berdarah karena rasa membakar itu sudah menggerogoti tubuhnya.

Tok... tok...

"Mario?" Calvin langsung membuka kunci pintu mobil dan membuka pintu di seberang dia duduk. Tanpa melihat siapa yang ada di balik pintu, hingga membiarkannya masuk begitu saja ke dalam.

"Calvin kau kenapa? Aaakkhhhkk!!"

Bukan Mario yang datang, tapi Ellice. Saat Ellice masuk ke dalam mobil dia langsung menghidupkan lampu mobil karena Calvin sengaja tak menghidupkannya. Namun yang Ellice lihat, justru Calvin yang sudah polos dengan miliknya yang berdiri dan cairan di sekitar keperkasaan milik Calvin sudah tercecer di sana.

"Calvin kau kenapa? Apa yang kau lakukan di dalam mobil ini? Apa kau baru saja bermain dengan wanita?" Ellice bicara masih dengan menutup matanya dengan kedua tangannya. Dia juga tak lupa mematikan lampu mobil Calvin kembali.

"Egh! Kenapa kau yang datang kemari Ellice? Kemana Mario? Kau lebih baik keluar dan pulanglah Ellice. Aku mohon. Dan hubungi Mario. Cepat!" mohon Calvin yang sudah sangat menahan hasratnya, karena tubuhnya semakin bergejolak saat Calvin melihat tubuh Ellice.

"Tapi Mario sedang ada pekerjaan bersama Ethan. Karena itu dia tak bisa di hubungi. Aku juga menanyakan keberadaanmu pada Nelson. Tapi, ada apa denganmu? Kenapa kau sampai seperti ini?"

"Aku sudah di berikan obat oleh anak buah Fernandes. Dan sekarang aku hanya eggh..ehmm...!! Keluarlah Ellice. Kau hubungi saja Nelson kemari kalau Mario tidak ada. Atau hubungi Etan. Cepat keluarlah! Aku tak ingin ssshh..egghh.. kel-luarlah!"

Calvin semakin meracau. Tubuhnya semakin panas dan menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar sentuhan. Mendengar suara Ellice yang begitu lembut, justru membuat Calvin semakin berapi-api.

"Iya aku akan keluar. Aku akan...Akhhk! Calvin Iya aku akan keluar. Lepaskan dulu." ucap Ellice yang mulai gelisah karena Calvin sudah memegang tangannya kuat.

"Ellice, apa kau bisa membantuku? Aku sudah tak sanggup menahannya lebih lama lagi.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Samira

Selebihnya

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Gavin
5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku