Karena telah di berikan minuman yang mengandung obat kuat, Calvin tak sengaja melakukan hubungan suami istri dengan kakak iparnya. Bukan hanya sekali, melainkan beberapa kali telah terjadi. Hal ini di karenakan dokter memvonis dirinya akan mengalami impoten parsial jika tidak melakukan hal tersebut. Karena kejadian itu, Calvin terjatuh dalam buaian cinta pada sang kakak ipar, hingga terjadilah kesalahan itu terulang kembali. kebohongan demi kebohongan mulai dibuat. Lalu bagaimana cara Calvin mengatakan hal hina itu pada kakaknya? Dimana Sang kakak memiliki penyakit jantung kronis. Dan mampukah Sang kakak bertahan jika mengetahui apa yang telah terjadi sebenarnya? Ataukah hal itu juga menjadi keinginan kakaknya? Karena memikirkan dirinya yang tak mampu memberikan nafkah batin pada sang istri?
Bug...
"Bagaimana rasanya? Kau menyukainya Calvin?" ucap Fernandes yang memukuli Calvin sampai Calvin duduk berlutut di hadapannya dengan darah yang sudah keluar dari mulutnya dan bercampur dengan air liurnya.
"Oh..ho... kau masih kuat berdiri ternyata. Pukulanku kurang keras rupanya."
Bug... bug...
"Apa masih kurang? Baiklah aku akan memberikanmu lebih dari ini. Sampai aku puas."
Bug...Bug...Bug...
"Hhahaha, aku puas sekali hari ini. Ini adalah malam paling indah untukku. Kau akhirnya berlutut di hadapanku Calvin Alcantara. Aku benar-benar menikmati malam ini. Jo, cepat berikan minuman itu padanya. Aku ingin dia menggila di sini. Kita akan menemaninya bersenang-senang. Setelah itu kita bisa membunuhnya dan Membuang mayatnya di depan Channing. Menyusull kedua orang tuanya yang sudah membusuk!"
"Baik tuan. Cepat bawakan obat itu padaku." ucap Jo kaki tangan Fernandes, yang sudah siap berdiri di samping Calvin.
Fernandes. Dia adalah musuh bebuyutan keluarga Alcantara. Keluarganya telah membunuh kedua orang tua Calvin dan Channing Alcantara. Saat itu mereka masih kecil. Sehingga, Calvin dan kakaknya Channing tak bisa membalaskan dendamnya.
"Cepat minum brengsek!!" Jo mencekoki Calvin dengan satu gelas minuman beralkohol dan ada beberapa obat yang telah di racik dan di campur dalam minuman itu.
Jo memegang mulut Calvin agar terbuka dan meminumkannya secara paksa. Meski airnya tak semuanya masuk, tetapi yang masuk juga banyak.
Bug... Bug... Bug...
"Kalian pikir akan dengan mudah mengalahkanku? Kalian bukan sedang bermain dengan anak kecil. Tapi aku, Calvin Alcantara. Jika kalian bisa membuatku seperti ini, aku juga bisa membuat kalian babak belur!"
Saat Jo memberikannya minuman, dia memukul keras wajah Jo dengan kepalanya, hingga hidungnya mengeluarkan darah dan gelas yang di pegang pecah. Setelah itu dia memukul Fernandes dengan cepat hingga membuat luka memar di wajahnya. Dan sebelum anak buah yang lain berhasil menembakkan pistolnya pada Calvin, Calvin langsung mengambil pistol Fernandes yang di letakkan di sofa sebelah dia duduk, dan dia todongkan di kepala Fernandes.
"Jika kalian tak ingin bos kalian mati, lebih baik buang pistol kalian semua. Cepat!"
"Boss.." mereka semua saling memandang dan juga melihat pada Fernandes.
"Aku bilang cepat!!" ucap Calvin yang semakin menekan pistolnya di kepala Fernandes.
"Cepat buang bodoh! Apa kalian ingin aku mati? Hah?" teriak Fernandes karena Calvin baru saja menarik pelatuknya dan siap kapan saja untuk menembak.
Mereka pun meletakkan semua pistolnya ke lantai dan mereka semua mengangkat tangan mereka ke atas. Sedangkan Calvin berjalan mundur sampai dekat pintu kamar vvip yang Fernandes sewa di dalam club itu.
Calvin juga masih membawa Fernandes dengannya, sampai tepat di depan pintu dia mendorong keras Fernandes hingga tersungkur dan menutup pintu itu serta menguncinya dari luar. Kemudian dia berlari ke arah mobilnya.
"Pintunya di kunci boss!"
"Brengsek!!" umpat Fernandes pada anak buahnya yang berusaha mendobrak pintu dari dalam dan berusaha memghubungi pihak club lewat panggilan intercom di sana.
Andai saja dia tadi bisa membunuh Fernandes akan jauh lebih baik. Sayangnya, pistol yang dia ambil tadi hanya tersisa dua peluru. Karena itu dia tak mungkin membuat dirinya dalam masalah. Yang penting dia keluar dulu dari mereka semua.
Dengan cepat dia menghidupkan mobilnya, tubuhnya perlahan mulai bereaksi. Panas dan pandangannya mulai kabur. Tapi dia masih berusaha untuk melajukan mobilnya.
Tapi karena tak kuat lagi, dia menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Dia mencoba mencari ponselnya dan ingin menghubungi Mario asistennya. Namun karena penglihatannya mulai kabur. Dia tak bisa menemukan ponselnya yang baru saja ternyata saat dia merabanya.
Kring... kring...
"Itu ponselku," Calvin mengambil ponselnya yang berbunyi, cahayanya yang terang dapat membuat Calvin mengambil ponselnya yang ternyata jatuh di bawah dekat kopling.
"Iya halo? Mario? Apa ini kau? Kau di mana?" tanya Clavin yang langsung mengangkat teleponnya.
"Calvin, kau kenapa? Kenapa belum pulang? Kakakmu mencarimu, tapi sekarang dia sudah tidur. Kau di mana sekarang Calvin?"
"Ellice? Apa di sana ada Mario? Jika ada Mario di sana, segera lacak ponselku. Cari aku cepat. Dan satu lagi jangan memberitahukan hal ini pada kakak!"
"Calvin, kau kenapa? Calvin? Halo? Ada apa dengannya? Tapi ponselnya masih terhubung." ucap Ellice yang bingung sambil menatap layar ponselnya yang masih terhubung dengan Calvin.
"Mario di mana? Aku harus mencarinya." Ellice segera menghubungi Mario.
Sementara Calvin sudah menjatuhkan ponselnya. Tubuhnya bereaksi berlebihan. Rasa panas itu sudah menjalar ke seluruh tubuhnya. Dan juga ada rasa membakar di dalam tubuhnya yang ingin cepat-cepat tersalurkan.
"Egh!! Sialan kau Fernandes! Aku akan membalasmu! Aarrggghh!!" Calvin menyetel joknya agar lebih nyaman untuknya tiduran dan sedikit memundurkannya agar lebih bebas dia bergerak di dalam sana.
Hingga, hampir satu jam berlalu, Calvin bahkan sudah menghabiskan dua botol air untuk minum dan menyiram tubuhnya. Pakaiannya juga sudah dia lepas semua, dia sudah polos di dalam mobilnya.
Karena tak kuat menahan itu, Calvin sampai bermain sendiri dengan tangannya pada keperkasaannya agar bisa terlampiaskan. Sumpah, Calvin sudah sangat tak sanggup menahan rasa di dalam tubuhnya ini.
Bahkan dia sudah membenturkan kepalanya di jendela hingga berdarah karena rasa membakar itu sudah menggerogoti tubuhnya.
Tok... tok...
"Mario?" Calvin langsung membuka kunci pintu mobil dan membuka pintu di seberang dia duduk. Tanpa melihat siapa yang ada di balik pintu, hingga membiarkannya masuk begitu saja ke dalam.
"Calvin kau kenapa? Aaakkhhhkk!!"
Bukan Mario yang datang, tapi Ellice. Saat Ellice masuk ke dalam mobil dia langsung menghidupkan lampu mobil karena Calvin sengaja tak menghidupkannya. Namun yang Ellice lihat, justru Calvin yang sudah polos dengan miliknya yang berdiri dan cairan di sekitar keperkasaan milik Calvin sudah tercecer di sana.
"Calvin kau kenapa? Apa yang kau lakukan di dalam mobil ini? Apa kau baru saja bermain dengan wanita?" Ellice bicara masih dengan menutup matanya dengan kedua tangannya. Dia juga tak lupa mematikan lampu mobil Calvin kembali.
"Egh! Kenapa kau yang datang kemari Ellice? Kemana Mario? Kau lebih baik keluar dan pulanglah Ellice. Aku mohon. Dan hubungi Mario. Cepat!" mohon Calvin yang sudah sangat menahan hasratnya, karena tubuhnya semakin bergejolak saat Calvin melihat tubuh Ellice.
"Tapi Mario sedang ada pekerjaan bersama Ethan. Karena itu dia tak bisa di hubungi. Aku juga menanyakan keberadaanmu pada Nelson. Tapi, ada apa denganmu? Kenapa kau sampai seperti ini?"
"Aku sudah di berikan obat oleh anak buah Fernandes. Dan sekarang aku hanya eggh..ehmm...!! Keluarlah Ellice. Kau hubungi saja Nelson kemari kalau Mario tidak ada. Atau hubungi Etan. Cepat keluarlah! Aku tak ingin ssshh..egghh.. kel-luarlah!"
Calvin semakin meracau. Tubuhnya semakin panas dan menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar sentuhan. Mendengar suara Ellice yang begitu lembut, justru membuat Calvin semakin berapi-api.
"Iya aku akan keluar. Aku akan...Akhhk! Calvin Iya aku akan keluar. Lepaskan dulu." ucap Ellice yang mulai gelisah karena Calvin sudah memegang tangannya kuat.
"Ellice, apa kau bisa membantuku? Aku sudah tak sanggup menahannya lebih lama lagi.
Bab 1 Permainan Fernandes
18/10/2022
Bab 2 Bantuan dari kakak ipar
18/10/2022
Bab 3 Kembali terulang
18/10/2022
Bab 4 Panas dalam toilet
18/10/2022
Bab 5 Pernyataan cinta
18/10/2022
Bab 6 Impoten parsial
18/10/2022
Bab 7 Serangan dadakan
18/10/2022
Bab 8 Make a wish seorang suami
18/10/2022
Bab 9 Serangan kembali terjadi
18/10/2022
Bab 10 Karena alkohol
18/10/2022
Bab 11 Lagi-lagi bantuan darinya
20/10/2022
Bab 12 Rencana makan malam
21/10/2022
Bab 13 Kedatangan Fernandes
23/10/2022
Bab 14 Serangan Fernandes
24/10/2022
Bab 15 Serangan di malam sepi
25/10/2022
Bab 16 Akhir dari Fernandes
27/10/2022
Bab 17 Kembali pulang
29/10/2022
Bab 18 Merasakan hal yang berbeda
30/10/2022
Bab 19 Menjajar di atas meja
31/10/2022
Bab 20 Aku hamil
01/11/2022
Bab 21 Apa kami ketahuan
02/11/2022
Bab 22 Memberi dan mengulang lagi kesalahan
03/11/2022
Bab 23 Meminta ijin
04/11/2022
Bab 24 Lagi dan lagi
06/11/2022
Bab 25 Maaf setelah menikmati
07/11/2022
Bab 26 Saling berbalas
08/11/2022
Bab 27 Ellice
09/11/2022
Bab 28 Pie Cheese
10/11/2022
Buku lain oleh Samira
Selebihnya