Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Hari ini adalah hari yang paling aku tunggu-tunggu, hari di mana aku akan mencoba mengadu nasib untuk pendidikan di rantau orang.
Semua barang-barang yang aku perlukan sudah dipersiapkan oleh ibuku semenjak dari kemaren, bahkan aku sendiri tak tau jika semuanya sudah dipersiapkan.
"Kalau hidup di negeri orang itu harus berhati-hati, jangan terlalu mudah percaya dengan orang asing, apalagi kamu perempuan yang cantik."
Ibu terus memandangiku seperti anak kecil, meski aku sudah berumur 15 tahun tetapi baginya aku tetaplah anak kecil.
"Dan yang paling penting jangan pacaran! Kakak tidak boleh pacaran sebelum lulus!" Suara yang begitu halus juga mulai terdengar dari dalam kamar.
Aku amat mengenali suara itu, suara Nisa, adikku. Ia tak ingin aku pergi meninggalkannnya sendirian di rumah itu tanpa teman.
Meski ada ayah, ibu dan juga kakakku tetapi ia hanya dekat denganku saja. Bahkan ia tak pernah bermain bersama dengan kakakku.
Entah apa yang telah terjadi dengan kakakku itu semenjak aku melihatnya bicara dengan makhluk aneh pada malam itu.
Ia begitu marah padaku saat ia melihatku sudah berada di belakangnya, dan aku sendiri tak dapat lagi melihat makhluk aneh itu.
Padahal dulunya kami adalah saudara yang paling akrab, banyak orang yang ingin memiliki saudara seperti kami.
"Apa lagi yang kamu pikirkan?" Ayah datang dengan sejuta senyuman yang ia bawakan untuk kami.
Aku hanya menggelengkan kepala saja, tak ingin mengatakan banyak hal mengenai apa yang sedang aku rasakan saat ini.
Selama ini mereka tak pernah tau jika aku dan kakaku tak lagi saling bicara kecuali jika dihadapan mereka.
Sudah berkali-kali aku mencoba untuk bicara dengannya dan berjanji takkan pernah mengatakan kepada siapun tentang makhluk itu.
Meski begitu, ia tak pernah menjawab pertanyaanku, ia hanya meminta supaya aku tak pernah masuk ke dalam kamarnya tanpa seizin darinya.
"Aku pasti akan sangat merindukan kalian semua nantinya." Aku mulai beranjak dari tempat dudukku untuk lebih dekat dengan mereka.
Keduanya hanya tertawa melihat tingkahku, aku sendiri tak tau apa yang aneh dengan sikapku kali ini.
"Kalau dia seperti ini terus bisa-bisa kita tidak punya menantu nantinya." Ayah tertawa melihat ke arahku.
Begitu pula dengan ibu, ia sangat senang sekali jika mengejek anaknya sendiri. Apalagi jika sudah berurusan dengan laki-laki.
"Aku nggak akan nikah sebelum kalian bahagia."
Aku benar-benar serius dengan apa yang aku katakan pada saat ini, aku hanya ingin mereka bahagia sebelum aku menikah nantinya.
"Kebahagiaan kamu adalah kebahagiaan kami juga." Ibu mulai mengelus-elus rambutku layaknya seperti anak kecil.
Semua itu tak masalah bagiku, aku selalu ingin untuk menjadi anak kecil yang akan selalu mereka manjakan seperti ini.
"Dira, kakak kamu mana?" Ayah mulai memperhatikan sekeling.
Ibu menjelaskan jika kakak masih sibuk di kamarnya untuk mengerjakan tugasnya, karena itulah ia ada di sini bersama yang lainnya.
Ayah menyuruhku untuk memanggil kakak yang berada di kamarnya, tanpa berpikir panjang lagi aku segera melangkah menuju ke kamarnya.
Aku berpikir jika sekarang adalah saatnya bagiku untuk bisa memperbaiki hubunganku dengannya. Aku rindu masa-masa indah berdua.
Jarak kamarnya dengan ruangan keluarga sangatlah jauh, ia lebih memilih gudang untuk dijadikan kamarnya setelah dibersihkan.
Do'a demi do'a telah aku ucapkan, aku benar-benar berharap jika hari ini aku bisa berdamai dengannya seperti dulu.
Hari ini jugaa aku akan pergi, hanya dia yang bisa aku percaya untuk membuat ayah dan ibu bahagia seperti yang aku inginkan.
"Kak, ayah dan ibu memanggil kakak!" Aku mulai mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.
Rasanya amatlah berbeda, pada saat aku berada di depan kamarnya rasaya aku sedang berada di tempat yang tak aku kenali.