Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kontrasepsi Di Tubuh Istriku

Kontrasepsi Di Tubuh Istriku

Diyahlubis

5.0
Komentar
681
Penayangan
5
Bab

Belum memiliki keturunan merupakan masalah besar dalam sebuah rumah tangga. Kemal yang mendambakan kehadiran buah hati, terus didesak oleh keluarga supaya menceraikan istrinya saja. Renata punya alasan khusus mengenai penolakannya itu, tetapi keluarga Kemal mendesak keturunan demi mewarisi kekayaan mereka nantinya. Akankah Kemal berhasil mendapatkan anak dari istrinya tersebut? Ikuti kisah mereka dalam novel ini.

Bab 1 PERMINTAAN KELUARGA

Di dalam mobil mewah berwarna hitam, duduk lah seorang pria dengan posisi menimpa stir yang ada di depannya. Pria itu melipat kedua tangan, lalu menyandarkan kening tepat di tengah-tengah.

"Jika kau tidak melepaskan Renata, maka kau yang akan kami keluarkan dari keluarga ini," ancam ayahnya, Azzam.

Masih jelas terekam setiap kalimat yang keluar dari kedua orang tuanya. Seakan memberi garis keras dan kecaman pada Renata karena tidak mau memiliki keturunan.

Kabar tersebut tersiar karena adiknya tidak sengaja mendengar obrolan Renata bersama psikiater beberapa hari lalu saat bertamu ke rumah kakaknya.

Tidak ada niat Danisa mengatakan yang dilihatnya itu. Namun, tadi malam ketika dia pulang dalam keadaan mabuk, mulutnya meracau tak jelas. Termasuk mengatakan kabar tentang rumah tangga kakaknya hingga membuat perdebatan hari ini.

"Sudah Mama bilang kalau kau itu tidak cocok dengan Renata! dia hanya ingin hartamu. Dia bahkan tidak memikirkan masa depan pernikahan kalian. Mana ada orang yang benar-benar mencintai suaminya, tapi tidak ingin punya anak!" ucap Ratna, ibunya Kemal, saat pertengkaran tadi terjadi.

Di saat Kemal masih stress mengingat kejadian di rumah orang tuanya tadi, ponsel yang berada di dasbor terus berbunyi.

Namun, Kemal tidak mau menjawabnya. Kemal memilih keluar dari mobil untuk menghirup udara agar meringankan beban pikirannya. Dia mengambil sebatang rokok, lalu menghisapnya.

Sudah lama dia tidak menyentuh barang yang membuatnya candu itu. Sejak berniat melakukan program kehamilan dan menuruti perkataan dokter, Kemal menjauh dari benda tersebut. Sayangnya, rezeki anak tak juga turun untuk mereka.

Dari pertengkaran ini, logika Kemal pun terbuka. Kata-kata ibunya perlu dibuktikan. Belum pun habis sebatang, Kemal langsung membuangnya dan segera meninggalkan lokasi itu. Dengan kecepatan tinggi, Kemal melaju ke arah rumahnya.

Dalam perjalanan pulang, Kemal menjawab panggilan Renata yang masuk terus menerus sejak tadi. Kemal mendengar istrinya bicara keras sekali sampai membuatnya berdecak kesal.

"Kau di mana Kemal?" tanya Renata bernada jengkel.

"Aku dalam perjalanan pulang,"jawabnya singkat.

"Aku menunggumu di rumah. Kita harus bicara." Renata terlihat emosi sekali.

"Oke." Kemal memutus panggilan kemudian menaruh ponselnya kembali dan fokus dalam menyetir.

Beberapa menit kemudian, Kemal tiba di rumah. Saat dia membuka pintu, Renata menyambut suaminya dengan wajah kusut.

Kemal masuk begitu saja dan langsung menaruh jas yang dipegangnya ke sofa. Renata menyerang suaminya dengan ucapan kasar tanpa disuguhkan minuman terlebih dahulu.

"Aku marah pada keluargamu, Kemal!" ucapnya dengan nada tinggi.

Pria itu mendesah dengan tatapan menyempit. "Kau tidak berniat memberiku segelas air?" tanyanya.

"Tidak. Aku lebih tertarik membahas keluargamu dari pada memberimu segelas air." Renata menolaknya.

Kemal berdecap kehausan kemudian jalan menuju dapur. Sepertinya dia harus melayani dirinya sendiri meski ada istri di rumah. Renata mengikuti dengan ocehan tanpa henti.

"Mamamu itu terlalu ikut campur dengan rumah tangga kita. Kau juga sudah tahu alasanku tidak mau punya anak, tapi kau malah tidak membela aku di depan kedua orang tuamu," katanya lagi dengan lantang.

Prang!

Berharap mendapat tanggapan dari suami, Kemal tiba-tiba membuang gelas yang isinya sudah habis diminum. Suara nyaring dari kaca yang bertaburan di lantai itu membuat telinga Renata sakit, jantungnya pun langsung berdegup kencang.

Kemal yang sudah berusaha sabar dan mengalihkan perhatian agar mereka bisa bicara dengan baik-baik, malah diserang terus dengan kata-kata. Renata terkejut. Matanya menatap lantai yang berisi pecahan kaca dari gelas berwarna biru itu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku