/0/26439/coverorgin.jpg?v=ecd29a2007477a657f9164537df95b96&imageMogr2/format/webp)
Tut tut tut... juuu jesssss... juuuuu jessss...
Pung pung pung... Dedeg Dedeg Dedeg... pung...
Suara klakson kereta api berbunyi, mengingatkan orang yang sedang berbaring di tengah-tengah rel kereta api.
"Datang!!!"
Seorang pria muda berbaring terlentang di tengah rel kereta api yang sangat sepi dari manusia.
Sebenarnya, aku berniat bunuh diri. Hidup selalu menguras tenaga dan otak.
Pemuda itu mendengarnya. Suara kereta api semakin mendekat.
Dedeg... Dedeg... pung pung pung...
Klakson kereta api itu begitu nyaring, membuat pemuda itu sedikit bergetar.
"Tenang, Gala. Nggak perlu takut. Rasa sakitnya cuma sebentar, jangan panik. Ayolah, Gala... nggak perlu takut untuk bunuh diri. Penderitaanmu cuma sebentar."
Pemuda itu sudah memposisikan dirinya agar, jika kereta lewat, kepala dan tubuhnya berpisah.Dia melakukan ini agar tidak perlu merenggang nyawa terlalu lama.Tapi tetap saja menakutkan... terlindas kereta api.
Pung pung... Dedeg Dedeg pung...
"Sampai jumpa, dunia!!"
Ia memejamkan mata, sambil berbaring, memangku kedua tangan di atas dadanya. Kepalanya tepat di atas rel kereta api. Ia menunggu keajaiban, meski ia sendiri tidak mengerti, keajaiban apa yang ia maksud.
Sebelum sempat terlindas, aku merasakan ada seseorang...
Mungkin...
Aku juga tidak tahu siapa yang menarik kakiku.
"Ughhh..."
Dedeg Dedeg Dedeg Dedeg... pungggggg... pung...
Angin kencang berhembus sangat keras.
Kereta api itu melewati pemuda yang jatuh di pinggiran rel kereta api yang tidak sempat terlindas.
Bukannya berterima kasih karena sudah diselamatkan, pemuda itu malah mengumpat dengan keras dan tidak senang.
"Jalang! Oh... sakit. Siapa yang menarik kakiku?!"
Kepalaku sakit. Apa aku terbentur besi tadi?
"Ikut aku."
Ucapan itu keluar dari seseorang yang menyelamatkan pemuda itu.
Lalu, ia menampar dengan keras pemuda yang akan bunuh diri tadi.
Aku yang merasa tertampar pun hanya diam saja, mencoba mencerna ucapan dan maksud pria keajaiban itu.
Kalau dilihat-lihat, wajahnya tampan walaupun sedikit tertutup debu.
Ya, sebagai sesama pria aku akui, pria itu cukup tampan... tidak, aku lebih tampan darinya.
Kuikuti dia sampai ke sebuah perkampungan. Aku juga tidak yakin apakah ini bisa disebut perkampungan.
Malam harinya, di rumah penyelamatku, aku disuruh menginap di rumah penyelamatku itu.
Dia bilang begini padaku:
"Hari ini kamu menginap di sini!" Penyelamatku itu menunjuk ruang tidur. Tidak disebut kamar tidur pun rasanya masih agak canggung, karena tempat tidur itu hanya terlihat sangat kecil dan kusut dibanding kemewahan rumahku.
"Besok kamu boleh pergi! Oh ya, juga jangan bunuh diri di hadapanku!"
"Begitu, ya? Apa kau tak tertarik kenapa aku bunuh diri?!" Kudekati pria itu sambil mencondongkan badanku ke arahnya.
"Tidak sama sekali, tidak!"
Pria itu mendorongku ke kamar dengan paksa, lalu menguncinya dari luar.
Aku mencoba segala cara agar pintu itu bisa terbuka. Tapi sayangnya, hasilnya nihil tidak bisa dibuka sama sekali. Aku hanya bisa menyerah, lalu berteriak dengan keras:
"Woi... setidaknya kasih tahu namamu? Aku Tegek Gala!"
Setelah hening beberapa menit, dari balik pintu aku mendengar penyelamatku menyebutkan namanya:
"Sono Kelingga, itu namaku."
Setelah itu, aku mencoba segala cara agar bisa bercakap-cakap dengannya, tapi tidak ada jawaban sama sekali. Hanya keheningan sepi. Walaupun aku memancing percakapan dengan segala cara, dia tetap bungkam.
..........
Kukuruyuk... Kukuruyuk...
Kukuruyuk...
Lingga langsung bangun ketika mendengar suara ayam berkokok. Lalu, dirinya bersiap untuk salat sunnah dua rakaat di malam hari.
Lingga berjalan ke arah kamar mandi tepat pukul 01.05 dini hari untuk mandi, agar pikirannya jernih, dan mengambil air wudhu. Selanjutnya, ia langsung salat Tahajud dan Witir sambil menahan pegal di tubuhnya. Pegal ini disebabkan karena tidur hanya memakai alas karpet. Mau bagaimana lagi? Kamar tidurnya sedang dihuni oleh tamu yang berniat bunuh diri itu.
Lingga mengangkat tangannya berdoa setelah menyebut Asmaul Husna, istighfar, lalu bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian, ia memanjatkan doanya:
"Ya Allah, berikanlah hidayah dan petunjuk pada saudaraku yang berniat bunuh diri. Ya Allah, semoga Engkau menunjukkan jalan yang benar. Allahumma sholli 'ala Muhammad."
Setelah itu, Lingga kembali rebahan di karpet sambil beristighfar 100 kali dan menyebut tasbih, sampai tidak terasa dirinya tertidur lelap.
Gala, yang memperhatikannya, pun terheran-heran.
Apa sebegitu seriusnya sampai dia tidak menyadari kalau aku sejak tadi memperhatikannya, ya?
Benar. Dari tadi, sejak suara berisik di kamar mandi, aku sudah bangun. Hanya saja, aku tetap diam di depan pintu, melihat bagaimana orang yang menggagalkan niat bunuh diriku itu sedang beribadah.
Ya, aku hanya diam di depan pintu. Mengawasi apa yang dilakukan pria ini, sehingga tubuhku sakit karena duduk bersandar di sana cukup lama. Aku cukup kagum padanya, yang bisa beribadah dengan keadaan seperti itu.
Apa ini rupa "penggagal bunuh diriku."
Atau hanya pikiranku saja? Kenapa wajahnya terlihat berkilau, seakan mempunyai cahayanya sendiri?
Aku mendekati pria yang tertidur saat bertasbih dan beristighfar. Aku tahu dia masih mempunyai sedikit kesadaran, jadi aku meninggalkan pesan padanya:
"Aku pergi. Terima kasih atas tumpanganmu malam ini."
Aku tahu pasti, dia yang tertidur itu pasti mendengarnya. Bukannya sombong, tapi terlihat dari kesehariannya, dia tipe pria yang tidak bisa tidur nyenyak.
/0/28739/coverorgin.jpg?v=8d779c1dd09fc1f7a10ea2d39f1962e0&imageMogr2/format/webp)
/0/2453/coverorgin.jpg?v=96c7673aae26a3b99eca8d7df29c9aad&imageMogr2/format/webp)
/0/3258/coverorgin.jpg?v=20250120140828&imageMogr2/format/webp)
/0/26613/coverorgin.jpg?v=7ef3a1c8787b23b50f23a8314f78f397&imageMogr2/format/webp)
/0/13030/coverorgin.jpg?v=20250123144816&imageMogr2/format/webp)
/0/6539/coverorgin.jpg?v=b442eb536248e6caa6553a30e37250fd&imageMogr2/format/webp)
/0/5360/coverorgin.jpg?v=20250121173949&imageMogr2/format/webp)
/0/12069/coverorgin.jpg?v=16c2a531c32afeaf3ab6e9b782cf6e34&imageMogr2/format/webp)
/0/3044/coverorgin.jpg?v=20250120140531&imageMogr2/format/webp)
/0/24743/coverorgin.jpg?v=e1c8d34187a364ff04805d56b0e74d0d&imageMogr2/format/webp)
/0/24858/coverorgin.jpg?v=c94897534e15fd743836622b41256935&imageMogr2/format/webp)
/0/6995/coverorgin.jpg?v=477071284bf8dcad96b8a97850f7598f&imageMogr2/format/webp)
/0/24402/coverorgin.jpg?v=20250616185817&imageMogr2/format/webp)
/0/21624/coverorgin.jpg?v=387f47fc3719e7d447feed111c0c690f&imageMogr2/format/webp)