Suamiku Menghamili Adikku

Suamiku Menghamili Adikku

Nein@

5.0
Komentar
3.8K
Penayangan
20
Bab

Alina harus menelan pil pahit di malam pertama yang harusnya ia rasakan bersama sang suami. Namun, semua itu nyatanya tak terjadi padanya. Ia harus menerima kenyataan bahwa sang suami justru tidur dengan sang adik. Dan di saat itu juga, adik Alina dinyatakan hamil. Bagaimana nasib Alina selanjutnya? Apakah ia akan menjadi janda? Dan apakah sang suami mau menikahi Adiknya dengan semua permalasahannya yang terkesan menerpa kehidupan rumah tangganya baru satu hari itu.

Bab 1 Salah belah duren

Suara desahan terdengar didalam sebuah kamar hotel. Dua insan yang sedang melakukan ritual malam pertama yang dilakukan oleh sepasang suami istri. Namun, siapa disangka jika malam pertama itu tak seharusnya terjadi.

Kamar yang seharusnya Ilham masuki adalah kamar sang istri tapi ia malah masuk kekamar adik iparnya. Yang saat itu juga melaksanakan pernikahannya dengan sang suami.

"Kenapa mas Ilham lama banget ya?" Gumam Alina yang menunggu Ilham dikamar pengantin mereka.

Kasian si Alina, menunggu suami yang lagi main kuda-kudaan sama sang adik.

Didalam sebuah lift terdengar suara siulan seorang pria yang menggambarkan hatinya yang begitu bahagia karena akan menghabiskan malam pertamanya bersama sang istri. Ia adalah Dante, suami dari adik Alina. Yang sudah tak sabar ingin menemui sang istri yang menunggu dirinya didalam kamar.

Sementara didalam kamar sang istri sudah melakukan malam pertama bersama kakak iparnya.

Dante bukan hanya suami dari adik Alina . Tapi ia juga sahabat Ilham. Dante menikahi Alisa dan Ilham menikahi Alina.

"Makasih sayang!" Ucap Ilham dengan napas yang masih terengah-engah. Ia pun turun dari tubuh wanita yang ia pikir itu adalah istrinya.

Tak terdengar suara sang istri yang membalas ucapannya. Ia pun menoleh kearah sang istri dan ternyata sang istri sudah tertidur karena kelelahan. Ilham membelai wajah sang istri yang hanya terlihat samar-samar karena kamar itu hanya diterangi cahaya lilin.

"Dalam gelap pun, kau terlihat sangat cantik, sayang!" Puji Ilham walaupun ia tak bisa melihat wajah sang wanita dengan jelas.

Selama ini Alina dan Alisa menggunakan cadar untuk menutupi wajah mereka. Baik Ilham maupun Dante tidak pernah melihat wajah istri-istri mereka masing-masing. Itulah yang membuat mala petaka ini terjadi.

Dante yang sudah berada didepan pintu sudah tak tahan ingin segera menggagahi sang istri. Ia pun langsung membuka pintu kamar.

"Loh, kok lampunya mati?" Ucap Dante. Yang melihat kamar itu hanya diterangi cahaya lilin. Dante pun menyalakan lampu kamar itu dan membuat ia terkejut. Melihat pakaian berserakan dimana-mana. Ia pun melihat kearah ranjang pengantinnya.

"Lampunya sudah menyala, sayang!" Ucap Ilham yang menyadari jika wanita yang ia anggap istri itu terbangun karena cahaya lampu. Wanita yang tidur membelakanginya itu pun

semakin menarik selimut yang tadinya hanya menutupi tubuhnya tapi kini menutupi wajahnya juga.

"Ilham!" Seru Dante kaget.

"Te!" Seru Ilham

"Mas Dante!" Seru Alisa yang baru duduk dari tidurnya yang tak kalah kagetnya dengan Dante.

"Mas Ilham! Kenapa Kamu disini?" Tanya Alisa yang blo'on ntah memang belaga blo'on

"Hah?" Seru Ilham dengan wajah bingung.

"Kalian berdua benar-benar keterlaluan!" Ucap Dante dengan wajah memerah. Bariton langkah kaki Dante secepat kilat mendekati Ilham yang masih bingung dengan apa yang terjadi.

"Brengsek kau Ilham!" Ucap Dante dengan penuh amarah.

Bugh

Bugh

Arhkkkhh

Dua pukulan mendarat di pipi kiri dan kanan ilham

"Apa-apaan sih, Lo?" Tanya Ilham yang masih juga belom mengerti mengapa sahabatnya itu memukulnya.

"Jadi. Tadi aku melakukan itu dengan mas Ilham bukan dengan suamiku!" Batin Alisa. Ia pun menangis histeris.

Sementara dikamar sebelah, Alina masih kebingungan karena suaminya tak juga datang kekamarnya.

"Mas Ilham kemana sih? Aku cari keluar aja kali ya!" Ucap Alina. Ia pun kembali memasang cadarnya yang tadi sempat ia lepas.

Alina pun berjalan kearah pintu dan membukanya. Setelah pintu terbuka ia mendengar suara keributan dari kamar sang adik dan suaminya.

"Suara apa itu?" Gumam Alina. Ia pun berjalan mendekati kamar itu untuk mencari tahu apa yang terjadi dikamar sang Adik.

Saat didepan pintu kamar. Alangkah terkejutnya ia, saat melihat adik iparnya sedang memukuli suaminya.

"Astaghfirullah! Ada apa ini, Mas?" Tanya Alina yang gelagapan melihat kedua pria itu sedang adu otot.

Ditengah pergulatan itu. Alina samar-samar mendengar suara tangisan. Yang ternyata itu adalah tangisan Alisa.

Hiks.....hiks......hiks ....

"Alisa! Kamu kenapa? Dan kenapa mereka berkelahi?" Tanya Alina dengan suara dan tubuh bergetar.

Alisa tak bergeming. Ia terus menangis histeris membuat Alina tak tahu harus bertanya kepada siapa lagi.

Alina pun menelpon orang tuanya untuk meminta bantuan untuk melerai perkelahian antara suami dan adik iparnya itu.

"[Halo, yah! Cepetan segera kemari! Mas Ilham dan Dante berkelahi! Alina gak tau, yah. Pokoknya ayah cepetan kemari!]" Pinta Alina pada sang Ayah lewat ponselnya.

"Mas! Udah mas. Hentikan perkelahian kalian!" Pinta Alina. Namun, tak ada satu pun diantara kedua sahabat itu berniat menghentikan pukulan mereka.

Hiks hiks hiks

"Alisa! Tolong katakan pada kakak, apa sebenarnya yang terjadi disini?" Tanya Alina lagi. Namun, lagi-lagi sang Adik tak bergeming. Ia masih fokus dengan tangisannya.

"Bagaimana aku akan mengatakannya pada kakak. Kalau aku sudah tidur dengan suaminya!" Batin Alisa. Ia pun semakin frustasi dan semakin menangis sejadi-jadinya.

Alina pun semakin panik melihat Alisa semakin mengeras tangisannya. Saking paniknya, hingga ia tak menyadari jika suaminya itu berkelahi hanya mengenakan boxer saja.

"Astaghfirullah! Ada apa ini?" Tanya pak Sugi yang baru tiba dikamar itu.

Pak Sugi tak datang sendirian. Ia datang bersama pak sunar dan Bu Henny orang tua dari Ilham. Mereka pun melerai pertikaian antara kedua pria itu.

"Sudah hentikan! Apa yang kalian lakukan?" Sentak pak Sunar. Ia pun berjalan mendekati Ilham untuk melerainya. Namun, ia tak kuat menarik Ilham.

"Pak Sugi, tolong bantu saya!" Pinta pak Sunar.

Sang besan pun membantu pak Sugi untuk melerai perkelahian itu dengan menarik Dante dan pak Sunar menarik Ilham. Sementara Bu Henny menghampiri Alina dan juga Alisa yang menangis histeris.

"Alina! Ada apa ini? Kenapa mereka sampai berkelahi seperti ini?" Tanya sang mertua yang bingung dengan kelakuan anak dan sahabat anaknya itu. Mereka seperti sedang berada di area tinju.

"Dan...adik kamu kenapa menangis?" Sambung sang mertua yang melihat Alisa menangis histeris.

"Alina juga gak tahu, Ma! Saat Alina masuk kekamar ini. Sudah seperti ini keadaannya." Jelas Alina yang sama bingungnya dengan sang mertua.

Alina dan Heni hanya bisa melihat pemandangan yang tidak biasa yang ada dihadapan mereka. Tarik menarik antara pak Sugi dan juga pak sunar seperti orang yang sedang main tarik tambang. Sebentar kesana, sebentar kesini. Bikin puyeng yang melihatnya.

Melihat suami dan besannya itu seperti tak mampu untuk melerai perkelahian itu. Bu Henny pun tak tinggal diam. Ia maju ke depan mendekati para pria yang sedang main tarik tambang itu.

"Ber...hen...tiiiiiiiiii!" Teriak Bu Henny yang justru mampu membuat keempat pria itu terdiam terpaku.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gemoy
5.0

Kami berdua beberapa saat terdiam sejanak , lalu kulihat arman membuka lilitan handuk di tubuhnya, dan handuk itu terjatuh kelantai, sehingga kini Arman telanjang bulat di depanku. ''bu sebenarnya arman telah bosan hanya olah raga jari saja, sebelum arman berangkat ke Jakarta meninggalkan ibu, arman ingin mencicipi tubuh ibu'' ucap anakku sambil mendorong tubuhku sehingga aku terjatuh di atas tempat tidur. ''bruuugs'' aku tejatuh di atas tempat tidur. lalu arman langsung menerkam tubuhku , laksana harimau menerkam mangsanya , dan mencium bibirku. aku pun berontak , sekuat tenaga aku berusaha melepaskan pelukan arman. ''arman jangan nak.....ini ibumu sayang'' ucapku tapi arman terus mencium bibirku. jangan di lakukan ini ibu nak...'' ucapku lagi . Aku memekik ketika tangan arman meremas kedua buah payudaraku, aku pun masih Aku merasakan jemarinya menekan selangkanganku, sementara itu tongkatnya arman sudah benar-benar tegak berdiri. ''Kayanya ibu sudah terangsang yaa''? dia menggodaku, berbisik di telinga. Aku menggeleng lemah, ''tidaaak....,Aahkk...., lepaskan ibu nak..., aaahk.....ooughs....., cukup sayang lepaskan ibu ini dosa nak...'' aku memohon tapi tak sungguh-sungguh berusaha menghentikan perbuatan yang di lakukan anakku terhadapku. ''Jangan nak... ibu mohon.... Tapi tak lama kemudian tiba-tiba arman memangut bibirku,meredam suaraku dengan memangut bibir merahku, menghisap dengan perlahan membuatku kaget sekaligus terbawa syahwatku semakin meningkat. Oh Tuhan... dia mencium bibirku, menghisap mulutku begitu lembut, aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, Suamiku tak pernah melakukannya seenak ini, tapi dia... Aahkk... dia hanya anakku, tapi dia bisa membuatku merasa nyaman seperti ini, dan lagi............ Oohkk...oooohhkkk..... Tubuhku menggeliat! Kenapa dengan diriku ini, ciuman arman terasa begitu menyentuh, penuh perasaan dan sangat bergairah. "Aahkk... aaahhk,," Tangan itu, kumohooon jangan naik lagi, aku sudah tidak tahan lagi, Aahkk... hentikan, cairanku sudah keluar. Lidah arman anakku menari-nari, melakukan gerakan naik turun dan terkadang melingkar. Kemudian kurasakan lidahnya menyeruak masuk kedalam vaginaku, dan menari-nari di sana membuatku semakin tidak tahan. "Aaahkk... Nak....!"

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku