Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Gina berjalan dengan langkah pasti di lorong-lorong gedung yang mewah, keanggunannya tak terbantahkan meski hanya mengenakan gaun sederhana. Rambut hitamnya yang panjang terurai rapi, membingkai wajah yang menunjukkan kekuatan dan kerapuhan dalam satu ekspresi. Di balik matanya yang cokelat terdalam, tersembunyi cerita yang tak pernah ia bagi, sebuah masa lalu yang ia kunci rapat-rapat. Dia adalah sosok yang menarik perhatian tanpa usaha, namun ada dinding yang ia bangun sekeliling hatinya—dinding yang dibangun dari rahasia dan ketakutan akan masa lalu yang mungkin suatu hari nanti mengejarnya kembali. Namun, di tengah keramaian dan tuntutan pekerjaannya sebagai istri seorang CEO, Gina tetap teguh, berusaha keras untuk tidak membiarkan bayang-bayang masa lalunya merusak masa depan yang telah ia bangun dengan penuh cinta bersama Daniel dan putri kecil mereka, Amy.
Gina berdiri di tengah kerumunan yang meriah, cahaya sorotan mengilapkan gaun malam biru langitnya. Dia tersenyum lebar, matanya berbinar-binar saat melihat sekeliling ruangan yang dipenuhi dengan tamu-tamu penting dan karyawan yang antusias. Suasana penuh tawa dan percakapan hangat, namun bagi Gina, suara yang paling berarti adalah detak jantungnya sendiri—irama kebahagiaan yang tak terkira.
Daniel mendekati Gina, menggenggam tangannya dengan lembut. “Kamu terlihat sangat bahagia malam ini,” ujarnya, suaranya penuh kebanggaan.
Gina memandang Daniel, cintanya terpancar jelas. “Aku tidak pernah membayangkan kita akan sampai sejauh ini,” balasnya. “Melihat semua ini, rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan.”
Daniel tersenyum, menarik Gina lebih dekat. “Ini bukan mimpi, ini adalah hasil dari kerja keras dan dedikasi kita. Dan yang terpenting, ini adalah awal dari banyak kesuksesan yang akan datang.”
Mereka berdua menatap ke arah Amy yang sedang bermain dengan teman-temannya, tawa cerianya melengkapi simfoni kebahagiaan malam itu. Gina merasakan kehangatan yang meluap dari dalam hatinya, sebuah perasaan yang hanya bisa digambarkan sebagai sempurna.
Daniel berbisik di telinga Gina, meminta izin untuk bergabung dengan yang lain. Gina meengangguk, lalu mengambil tempat duduk.
Gina duduk dengan anggun di barisan depan, matanya terpaku pada Daniel yang berbicara dengan penuh semangat di depan para tamu undangan. Cahaya lampu menerangi wajahnya yang berseri-seri, sebuah simbol dari keberhasilan dan masa depan yang cerah. Namun, ketika pandangannya menyapu ruangan, matanya bertemu dengan sosok yang tak diundang—Reno, pria yang selama ini menjadi rahasia di masa lalunya. Detik itu juga, kilatan kenangan menyambar pikirannya, membawanya kembali ke masa lalu yang kelam.
Nathan, dengan suara yang berapi-api, membagikan visi untuk perusahaan. “Kita akan terus berkembang, tidak hanya sebagai bisnis, tetapi sebagai keluarga,” katanya, menatap ke arah Gina dengan senyum penuh kasih.
Gina mencoba tersenyum kembali, tapi senyumnya terkunci saat matanya masih terpaku pada Reno. Dia merasakan jantungnya berdegup kencang, napasnya menjadi pendek. Reno, yang dulu adalah bagian dari dunianya yang paling gelap, sekarang berdiri di sana, mengingatkannya pada segala sesuatu yang telah dia tinggalkan.