Di tengah gemerlap Jakarta, Gina seorang mantan wanita malam, berjuang untuk memulai lembaran baru dengan menikahi Daniel, pewaris kaya raya. Namun, masa lalunya yang kelam mengejarnya, menghancurkan segala impian saat dia dituduh membunuh ayah mertuanya. Terperangkap dalam jeruji besi dan bayang-bayang hukuman mati, Gina menemukan kekuatan baru dalam cinta seorang ibu. Ketika tragedi menimpa putrinya, Amy, yang jatuh ke tangan mereka yang berkuasa dan korup, Gina berubah dari korban menjadi pembalas dendam. Dengan setiap detik yang berlalu, ia semakin dekat dengan kebenaran yang akan mengguncang fondasi keadilan dan moralitas. "Bayang-Bayang Masa Lalu" adalah perjalanan Gina yang mendebarkan dalam mencari keadilan, kebebasan, dan penebusan.
Gina berjalan dengan langkah pasti di lorong-lorong gedung yang mewah, keanggunannya tak terbantahkan meski hanya mengenakan gaun sederhana. Rambut hitamnya yang panjang terurai rapi, membingkai wajah yang menunjukkan kekuatan dan kerapuhan dalam satu ekspresi. Di balik matanya yang cokelat terdalam, tersembunyi cerita yang tak pernah ia bagi, sebuah masa lalu yang ia kunci rapat-rapat. Dia adalah sosok yang menarik perhatian tanpa usaha, namun ada dinding yang ia bangun sekeliling hatinya-dinding yang dibangun dari rahasia dan ketakutan akan masa lalu yang mungkin suatu hari nanti mengejarnya kembali. Namun, di tengah keramaian dan tuntutan pekerjaannya sebagai istri seorang CEO, Gina tetap teguh, berusaha keras untuk tidak membiarkan bayang-bayang masa lalunya merusak masa depan yang telah ia bangun dengan penuh cinta bersama Daniel dan putri kecil mereka, Amy.
Gina berdiri di tengah kerumunan yang meriah, cahaya sorotan mengilapkan gaun malam biru langitnya. Dia tersenyum lebar, matanya berbinar-binar saat melihat sekeliling ruangan yang dipenuhi dengan tamu-tamu penting dan karyawan yang antusias. Suasana penuh tawa dan percakapan hangat, namun bagi Gina, suara yang paling berarti adalah detak jantungnya sendiri-irama kebahagiaan yang tak terkira.
Daniel mendekati Gina, menggenggam tangannya dengan lembut. "Kamu terlihat sangat bahagia malam ini," ujarnya, suaranya penuh kebanggaan.
Gina memandang Daniel, cintanya terpancar jelas. "Aku tidak pernah membayangkan kita akan sampai sejauh ini," balasnya. "Melihat semua ini, rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan."
Daniel tersenyum, menarik Gina lebih dekat. "Ini bukan mimpi, ini adalah hasil dari kerja keras dan dedikasi kita. Dan yang terpenting, ini adalah awal dari banyak kesuksesan yang akan datang."
Mereka berdua menatap ke arah Amy yang sedang bermain dengan teman-temannya, tawa cerianya melengkapi simfoni kebahagiaan malam itu. Gina merasakan kehangatan yang meluap dari dalam hatinya, sebuah perasaan yang hanya bisa digambarkan sebagai sempurna.
Daniel berbisik di telinga Gina, meminta izin untuk bergabung dengan yang lain. Gina meengangguk, lalu mengambil tempat duduk.
Gina duduk dengan anggun di barisan depan, matanya terpaku pada Daniel yang berbicara dengan penuh semangat di depan para tamu undangan. Cahaya lampu menerangi wajahnya yang berseri-seri, sebuah simbol dari keberhasilan dan masa depan yang cerah. Namun, ketika pandangannya menyapu ruangan, matanya bertemu dengan sosok yang tak diundang-Reno, pria yang selama ini menjadi rahasia di masa lalunya. Detik itu juga, kilatan kenangan menyambar pikirannya, membawanya kembali ke masa lalu yang kelam.
Nathan, dengan suara yang berapi-api, membagikan visi untuk perusahaan. "Kita akan terus berkembang, tidak hanya sebagai bisnis, tetapi sebagai keluarga," katanya, menatap ke arah Gina dengan senyum penuh kasih.
Gina mencoba tersenyum kembali, tapi senyumnya terkunci saat matanya masih terpaku pada Reno. Dia merasakan jantungnya berdegup kencang, napasnya menjadi pendek. Reno, yang dulu adalah bagian dari dunianya yang paling gelap, sekarang berdiri di sana, mengingatkannya pada segala sesuatu yang telah dia tinggalkan.
Daniel kembali fokus pada tamu undangan dengan senyum lebar, matanya menyapu kerumunan sebelum berhenti pada sosok yang berdiri di sampingnya. "Dan sekarang, saya ingin memperkenalkan seseorang yang sangat spesial," katanya, suaranya penuh antusiasme. "Saudara saya, Reno, yang baru saja kembali dari luar negeri dan akan bergabung dengan kita di perusahaan."
Gina merasakan jantungnya berhenti sejenak. Reno? Kakak kandung Daniel? Tidak mungkin. Dia menatap pria yang berdiri di samping suaminya, wajahnya yang familiar itu membawa seribu kenangan yang ingin dia lupakan. Reno tersenyum dan melambaikan tangan, tidak menyadari kekacauan yang baru saja dia ciptakan dalam hati Gina.
"Selamat datang kembali, Reno!" teriak beberapa tamu, bertepuk tangan.
Reno mengangguk dan tersenyum, "Terima kasih, semuanya. Saya sangat bersemangat untuk memulai babak baru ini bersama kalian."
Gina mencoba menelan rasa paniknya, berusaha keras untuk tidak membiarkan masa lalunya merusak momen ini. Gina mencoba mengusir bayangan masa lalunya yang tiba-tiba muncul kembali. Di sini, Gina berjanji pada dirinya sendiri bahwa tidak ada yang akan menghancurkan dunia yang telah dia bangun dengan susah payah-tidak Reno, tidak masa lalunya, dan tidak ketakutan yang mengintai di sudut hatinya.
Daniel menutup pidatonya dengan tepuk tangan meriah dari para hadirin. Dia menoleh ke arah Reno, mengangguk padanya dengan senyum yang lebar, meminta Reno untuk maju ke depan.
Reno melangkah maju, menerima sambutan hangat dari kerumunan. Daniel memandang Gina, matanya berbinar. Berjalan mendekati Gina dan mengajaknya untuk bergabung bersama Reno. "Gina, sayang, mari bertemu dengan Reno," ajaknya, suaranya penuh harapan.
Gina bangkit dari kursinya, hatinya berdebar kencang. Setiap langkah menuju Reno terasa seperti melawan arus kenangan yang ingin dia lupakan. "Selamat datang di rumah," kata Gina, suaranya stabil meski tangannya sedikit gemetar saat dia menyodorkan tangan untuk berjabat tangan dengan Reno.
Reno tersenyum, menatapnya dengan tatapan yang sulit dia baca. "Terima kasih, Gina. Saya sudah mendengar banyak hal baik tentang Anda," ucapnya, sambil menjabat tangan Gina.
Gin menyaksikan pertemuan itu dengan senyum lebar, tidak menyadari badai emosi yang sedang berkecamuk di dalam hati Gina. Di sana, di tengah keramaian dan sorotan, Gina berdiri di persimpangan antara masa lalunya yang kelam dan masa depan yang ingin dia ciptakan.
Buku lain oleh Reinz JR
Selebihnya