GAIRAH PAPA MERTUAKU

GAIRAH PAPA MERTUAKU

Dewa Amour

5.0
Komentar
1.1M
Penayangan
102
Bab

Tessa Willson dan Leonil Scoth telah menikah hampir dua tahun lamanya. Kesibukan Leo membuat Tessa merasa kesepian. Apa lagi akhir-akhir ini Leo tak pernah membuatnya puas di atas ranjang. Akibatnya Tessa sangat kecewa. Sampai akhirnya Arnold Caldwell datang di kehidupan Tessa dan Leo. Arnold adalah ayah sambung Leo. Arnold datang ke kota New York tadinya untuk urusan bisnis. Namun siapa sangka justru Arnold malah tertarik pada pesona Tessa. Keduanya pun berselingkuh di belakang Leo. Arnold memberikan apa yang tidak Tessa dapatkan dari Leo. Tessa merasakan gairahnya lagi bersama Arnold. Namun di saat Tessa ingin mengakhiri semuanya, dirinya justru malah terjebak dalam permainan licik Arnold. Mampukah Tessa terlepas dari cengkeraman gairah Arnold, dan mempertahankan pernikahannya dengan Leo?

Bab 1 DADDY ARNOLD

"Fuck!"

Desahan itu lolos begitu saja dari bibir Leo.

Sungguh menyebalkan!

Baru saja lima belas menit dirinya mengumuli tubuh polos Tessa, istrinya. Namun miliknya sudah meledak begitu saja. Hal itu yang sering membuat Tessa kecewa setiap kali mereka selesai bercinta.

Tentu saja!

Tessa Willson, istrinya yang baru berusia 23 tahun itu pasti menginginkan lebih dari percintaan mereka. Namun apa daya, akhir-akhir ini Leo sangat sibuk dengan perusahaan, sampai-sampai dirinya mulai jarang berolahraga dan staminanya mulai menurun.

Padahal dirinya baru berulang tahun yang ke 25 pekan lalu. Tapi kenapa tenaganya di atas ranjang sudah seperti kakek-kakek!

"Aku mau mandi," ucap Tessa segera mendorong dada polos Leo dari tubuhnya.

Wajahnya terlihat sangat kecewa. Namun ini bukan yang pertama kalinya. Suaminya itu memang menyebalkan! Leo yang tampan dengan tubuh atletisnya itu, sudah tidak becus membuatnya terpuaskan seperti dulu.

"Darling, bagaimana kalau kita mandi bersama?" tawaran Leo seolah menunjukkan rasa sesalnya atas percintaan mereka yang buruk tadi.

"Tidak, aku mau berendam di bathub. Kamu bisa mandi di kamar mandi tamu saja." Tessa segera beringsut dari ranjang. Dia segera meraih pakaian tidurnya, lantas berlalu meninggalkan Leo.

Menyebalkan!

Tessa mendorong pintu kamar mandi dengan penuh emosi. Hasratnya masih sangat membara, namun Leo sudah selesai begitu saja. Hh, sepertinya dia harus menuntaskannya di dalam bathub.

Leo mengusap kasar pada wajahnya. Sial! Pasti Tessa marah padanya. Leo menarik napas dan segera turun dari ranjangnya. Ia mengenakan boxernya dan segera meninggalkan kamar.

"Darling, pagi ini Daddy Arnold akan tiba di New York." Leo memulai percakapan saat dirinya dan Tessa sedang duduk berhadapan di meja makan. Waktu menujukkan pukul tujuh pagi. Keduanya sedang menikmati sarapan.

"Oh, iya. Lantas, apa kamu mau menjemputnya?" tanya Tessa sembari mengoleskan selai cokelat pada roti yang sedang dipegangnya. Wajahnya masih tampak kesal.

Leo mengerti, rasa kesal Tessa takkan mudah hilang setiap kali mereka habis berhubungan intim. Seperti pekan lalu, Leo membelikan sebuah kalung berlian untuk mengembalikan mood istrinya lagi.

Tapi sekarang, apa lagi yang harus Leo lakukan untuk membuat istrinya itu kembali senang. Tessa sudah memilki banyak perhiasan. Mungkin satu unit mobil sport? Leo mulai berpikir.

Sepasang mata Tessa terangkat pada Leo.

Pria itu tidak menjawab pertanyaannya tadi.

Dia malah terlihat sedang memikirkan sesuatu. Pasti urusan pekerjaan. Menyebalkan! Tessa semakin kesal saja pada Leo.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi, Leo. Apakah kamu akan menjemput Daddy Arnold?" akhirnya Tessa mengulang pertanyaannya yang tadi. Namun kali ini suaranya lebih cetar.

Leo sampai tersentak mendengarnya.

"Ah, iya, Sayang. Aku akan menjemput Daddy Arnold. Bahkan Daddy akan tinggal sementara dengan kita. Kau tidak keberatan, kan?"

Leo meraih jemari Tessa yang ada pada meja. Sepasang pupilnya menatap penuh harap pada istrinya itu.

"Boleh saja. Asalkan dia bisa menjaga kebersihan di rumah ini," cetus Tessa seraya menarik paksa tangannya dari Leo. Dia kembali melahap rotinya dengan santai dan acuh pada pria di hadapannya itu.

"Aku sangat mencintaimu, Darling." wajah Leo berbinar mendengar jawaban Tessa. Dia segera meraih kedua pipi Tessa, lantas mengecup bibir istrinya itu.

"Leo ... Umh!" pekik Tessa kaget.

Waktu menunjukkan pukul sebelas siang.

Tessa sedang duduk bersantai di taman samping mansion Leo. Jemari lentik dengan nail warna silver begitu lincah memainkan tombol navigasi game pada layar ponselnya. Hanya itu yang bisa Tessa lakukan kala mengisi kesepiannya saat Leo tak ada di rumah.

Sedangkan beberapa pelayan tampak sedang sibuk dengan pekerjaan mereka mengurus mansion besar Leo. Mansion peninggalan ayahnya itu memang terlalu besar kalau hanya ditempati olehnya dan Tessa saja. Namun Leo tak ingin meninggalkan mansion warisan ayahnya itu. Dia ingin membentuk keluarga kecilnya di sana.

Tessa dan Leo sangat ingin memiliki seorang anak. Namun Leo terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sampai-sampai ia mengabaikan keinginan mereka. Apa lagi melihat kondisi Leo sekarang. Hh, sepertinya harapan mereka untuk memiliki seorang buah hati semakin tipis saja.

"Maaf, Nyonya. Tuan Leo sedang menunggu anda di ruang tamu." seorang pelayan tiba-tiba datang membuat Tessa kesal, karena dia menjadi lengah dalam permainan game-nya.

"Apa kamu tidak melihat? Aku sedang bermain game! Kenapa kamu malah menggangguku? Lihatlah, aku sudah kalah sekarang!" Tessa segera berdiri merongos pada si pelayan wanita yang kini berdiri di hadapannya itu.

"Maaf, Nyonya. Saya hanya mengikuti perintah dari Tuan Leo." si pelayan menunduk ketakutan melihat Tessa memasang wajah geram padanya.

"Hh!"

Tessa memalingkan wajahnya jengah dan segera berlalu. Baru jam sebelas pagi, tapi Leo sudah pulang? Apakah dia ingin memperbaiki percintaan buruk mereka tadi malam? Tessa berpikir sembari berjalan menuju ruang tamu.

Daddy Arnold?

Sepasang mata Tessa membulat seiring langkahnya yang terhenti. Dia melihat seorang pria tinggi berkulit putih dengan postur kekarnya sedang duduk bersisian bersama Leo di ruang tamu.

Arnold Caldwell, ayah tiri Leo itu tampak masih muda dan tampan di usianya yang hampir 35 tahun.

Bulu halus pada dagunya membuat Tessa menelan salivanya. Macho, pikirnya gemas.

Dia segera melanjutkan langkahnya menuju pada mereka.

Leo dan Arnold segera berdiri melihat Tessa datang. Arnold melempar senyum pada wanita cantik itu. Tessa membalas senyumnya dengan pipi yang bersemu merah. Crazy! Senyuman Arnold membuatnya bergetar.

"Tessa, bagaimana kabarmu?" Arnold segera menyambut Tessa.

"Baik, Dad. Kamu sendiri bagaimana? Apakah sudah menemukan pengganti Mommy di Austria, hm?" Tessa menggoda Arnold dengan pertanyaan yang membuat Arnold dan Leo terkekeh geli.

"Kamu ini, Daddy baru saja tiba. Tapi kamu sudah menyerangnya dengan pertanyaan konyol begitu," ucap Leo sembari menahan tawanya.

"Tidak ada waktu untuk itu, Tessa. Aku sedang banyak pekerjaan di kantor," jawab Arnold kemudian.

Tessa menggigit bibir bawahnya. Bibir basah Arnold sungguh membuatnya sangat tergoda. Bibir yang seksi, ujarnya dalam hati.

Leo segera mengajak Arnold dan Tessa untuk duduk. Mereka pun kembali berbincang-bincang. Hanya seputar obrolan kantor. Tessa hanya menyimak sembari memandangi Arnold. Fuck! Kenapa pria dewasa itu terlihat lebih menarik di matanya daripada Leo.

Tidak, ini bodoh! Tessa segera memalingkan wajahnya. Namun kali ini Arnold yang meliriknya. Tessa duduk dengan bertumpang kaki, membuat kedua paha putihnya terekpos karena roknya yang pendek. Arnold tersenyum smirk melihatnya.

Setelah saling bertukar cerita, Leo pun pamit untuk kembali ke kantor. Asistennya tiba-tiba menelepon dan mengatakan jika Leo masih ada meeting dengan seorang Clien. Meski masih ingin mengobrol dengan Arnold, akhirnya Leo pun pergi.

"Aku akan segera kembali," ucap Leo setelah mengecup pangkal kepala Tessa. Istrinya itu mengantarnya sampai pada mobil.

Tessa hanya mengangguk dan Leo pun berlalu.

"Tessa, dimana kamarku?" Arnold menyambut Tessa saat gadis itu memasuki rumah.

"Ah, iya. Ayo ikut denganku, Dad." Tessa segera berjalan menuju kamar tamu yang ada di lantai dua rumah itu.

Arnold mengikuti Tessa sembari menyeret kopernya. Tessa berjalan melenggok seperti seorang model. Tubuhnya tinggi dan ramping, namun tampak berisi di beberapa titik pentingnya. Arnold menelan salivanya melihat pinggul Tessa melenggak-lenggok. Sungguh indah dan membuatnya tertarik ingin mencicipinya.

"Ini kamarmu, Dad."

Tessa mendorong pintu kamar tamu dan segera mengajak Arnold untuk masuk. Senyumnya sangat manis pada Arnold. Senyum itu pantasnya ia tunjukkan untuk Leo.

"Waw!" pekik Arnold kagum melihat kamar luas tersaji untuknya. Sesuai seleranya. Dia menyukainya.

"Selamat beristirahat, Dad." Tessa hendak berlalu.

"Tunggu, Tessa." Arnold dengan lancang mencekal lengan Tessa.

Tessa menatapnya heran. Genggaman tangan Arnold begitu kuat. Pria itu pun mendekat padanya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Dewa Amour

Selebihnya

Buku serupa

Jatuh Cinta dengan Dewi Pendendam

Jatuh Cinta dengan Dewi Pendendam

Juno Lane
5.0

Sabrina dibesarkan di sebuah desa terpencil selama dua puluh tahun. Ketika dia kembali ke orang tuanya, dia memergoki tunangannya berselingkuh dengan saudara angkatnya. Untuk membalas dendam, dia tidur dengan pamannya, Charles. Bukan rahasia lagi bahwa Charles hidup tanpa pasangan setelah tunangannya meninggal secara mendadak tiga tahun lalu. Namun pada malam yang menentukan itu, hasrat seksualnya menguasai dirinya. Dia tidak bisa menahan godaan terhadap Sabrina. Setelah malam penuh gairah itu, Charles menyatakan bahwa dia tidak ingin ada hubungan apa pun dengan Sabrina. Sabrina merasa sangat marah. Sambil memijat pinggangnya yang sakit, dia berkata, "Kamu menyebut itu seks? Aku bahkan tidak merasakannya sama sekali. Benar-benar buang-buang waktu!" Wajah Charles langsung berubah gelap. Dia menekan tubuh Sabrina ke dinding dan bertanya dengan tajam, "Bukankah kamu mendesah begitu tidak tahu malu ketika aku bersamamu?" Satu hal membawa ke hal lain dan tidak lama kemudian, Sabrina menjadi bibi dari mantan tunangannya. Di pesta pertunangan, sang pengkhianat terbakar amarah, tetapi dia tidak bisa meluapkan kemarahannya karena harus menghormati Sabrina. Para elit menganggap Sabrina sebagai wanita kasar dan tidak berpendidikan. Namun, suatu hari, dia muncul di sebuah pesta eksklusif sebagai tamu terhormat yang memiliki kekayaan miliaran dolar atas namanya. "Orang-orang menyebutku lintah darat dan pemburu harta. Tapi itu semua omong kosong belaka! Kenapa aku perlu emas orang lain jika aku punya tambang emas sendiri?" Sabrina berkata dengan kepala tegak. Pernyataan ini mengguncang seluruh kota!

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku