Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
“Happy New Year…!” Sherly mengangkat gelasnya tinggi-tinggi, yang disusul oleh teman-temannya hingga gelas-gelas itu beradu dan membunyikan dentingan kecil.
“Cheeerrrsss…!” Sorak mereka sebelum menenggak minuman beralkohol itu secara bersamaan.
“Sher…! Gue ke sana sebentar, ya…!” ujar Bianka pada Sherly. Suara dentuman musik yang keras mengharuskan mereka bicara sambil teriak.
“Hah?”
“Gue mau ke sana se-ben-tar…!” ulang Bianka sambil mengeja setiap kalimatnya agar lebih mudah dimengerti oleh Sherly.
“Oh, oke!” Sherly mengacungkan jempolnya lantas kembali masuk ke kerumunan, ikut berjingkrakkan dengan orang-orang yang sedang menikmati pesta tahu baru di pinggir pantai Bali itu.
Namanya Sherly Agatha Siregar, keturunan campuran Medan-Jawa yang menetap di Jakarta. Umurnya 22 tahun, ia baru saja menyelesaikan sidang komprehensif untuk gelar sarjananya. Untuk merayakan keberhasilan itu, Sherly merayakannya di Bali bersama Bianka dan beberapa teman di kampusnya, kebetulan momennya bertepatan dengan tahun baru.
“Minumannya mau gue tambahin?” ujar seorang pria bercelana pendek yang tiba-tiba datang dari balik punggung Sherly.
“Hah? Apa? Sorry, gue nggak dengar…!” balas Sherly.
Pria itu memberi kode dengan mengangkat botol minuman yang ia bawa.
“Oh, boleh.” Sherly menyodorkan gelasnya kemudian mengucapkan terima kasih setelah diisi oleh pria itu.
“Cheers…!” Pria itu meneguk minuman dari botol yang digenggamnya, sementara Sherly menyesap gelasnya kembali. Sejenak Sherly memerhatikan wajah pria itu, ia tidak mengenali, tapi mungkin pria itu salah seorang dari rombongan mereka. Sherly memang terkenal cuek di kampus sehingga tidak terlalu mengenal banyak orang. Bahkan nama presiden mahasiswa di kampusnya saja ia tidak tahu.
“Mau dansa, nggak?” ujar pria itu lagi setengah berteriak.
“Hah?”
Karena Sherly tidak mendengar dengan jelas, pria itu pun berinisiatif membisikkannya di telinga Sherly. “Would you like to dance together?”
Tiba-tiba darah Sherly berdesir, bagian telinga belakang ternyata adalah salah satu bagian sensitive di tubuhnya. Tapi Sherly yang belum mengerti dengan hal itu justru tersenyum mengikuti pertumbuhan hormon di tubuhnya. “Let’s do it!” Sherly melingkarkan tangannya di leher pria itu.
Alunan musik berubah romantis, orang-orang yang tadi berjingkrakkan mulai mencari pasangan untuk melakukan tarian ringan ke kiri dan kanan. Sherly menatap patner dansanya itu. “Tampan,” desisnya sambil menggigit sudut bibirnya sendiri.
“What?” Pria itu menaikkan alisnya, meminta Sherly mengulangi ucapannya karena tidak jelas di pendengarannya.
Sherly tersenyum kecil. “Gue Sherly. Nama lo siapa?” tanya Sherly.
Pria itu justru mengurai tawa kecil. “Pernah dengar tentang one night stand, nggak?”
“One night stand?”
“Ya, sebuah romansa satu malam. Ciptakan satu malam yang indah, dengan orang yang indah, di tempat yang indah. Hanya untuk malam ini, hanya di tempat ini. Setelah itu, lupakan. Kamu mau?”
Sherly mengerutkan dahinya, tapi ucapan laki-laki itu yang lembut ditambah tatapannya yang hangat cukup membius Sherly. Tawaran kencan satu malam itu terdengar menantang sekaligus menarik baginya. “Let me try,” gumam Sherly dengan senyuman khasnya.
Pria itu balas tersenyum dan semakin merapatkan rangkulannya di pinggang Sherly. “Kamu cantik sekali malam ini,” bisik pria itu lagi, bisikan yang membuat Sherly candu.