Seo Inha adalah seorang karyawan biasa yang secara ajaib mendapatkan undian liburan ke Bali dari kantornya. Karena tidak memiliki kekasih, ia berangkat sendirian. Lee Yeon adalah seorang pria kaya dari keluarga konglomerat dan merupakan pewaris tunggal perusahaannya, ia yang sedang patah hati karena kekasihnya lebih memilih memutus hubungan demi mengejar karirnya hingga Lee Yeon memutuskan untuk menghibur dirinya dengan meminum banyak bir hingga mabuk sedangkan Seo Inha tidak sengaja meminum minuman yang telah di campur dengan ramuan kusus yang ia kira adalah sebuah jamu membuatnya mabuk dan salah masuk ke kamar Lee Yeon hingga terjadilah hubungan satu malam di antara mereka berdua. Setelah kejadian itu, Seo inha menyadari jika dirinya hamil dan berusaha menggugurkan kandungannya namun ternyata kehamilannya di ketahui oleh Lee Yeon dan tanpa terduga Lee Yeon memilih menikahi Seo Inha meski tanpa cinta. Kawin kontrak pun terjadi dan Lee Yeon membawa Seo Inha ke rumahnya yang justru mendapat perlakuan baik oleh sang nenek yang merupakan satu satunya keluarga Lee Yeon yang tersisa. Di saat Lee Yeon mulai luluh dan memberikan perhatiannya pada Seo inha dan bayi dalam kandungannya tiba tiba, mantan kekasih Lee Yeon kembali ke Korea dan ingin memulai hubungannya kembali. Siapakah yang akan Lee Yeon pilih di antara mereka? Apakah yang akan dilakukan oleh Seo Inha?
Di sebuah rumah dengan model kuno, para tetua dari keluarga Lee tengah berkumpul mengadakan pertemuan. Ada Ny Jang Miju di sana yang menocoba menceritakan semua kebaikan Lee Yeon pada para tetua. Ny Jang sepertinya adalah nenek Lee Yeon.
Ny Jang meyakinkan para tetua kalau Lee Yeon pasti akan menikah tahun ini. Pimpinan para tetua berkata " Bukankah 3 tahun lalu Kau juga berkata dengan yakin kalau Lee Yeon akan menikah di usia 30 tahun, tapi nyatanya?"
Salah satu tetua lainnya berkata " Kami sekarang tidak bisa percaya lagi dengan kata-kata Ny Jang, jadi lebih baik Ny Jang tanda tangan kontrak saja. Kontrak kepastian kalau dalam 100 hari Lee Yeon akan menikah."
Pihak dari Ny Jang bertanya " Apa hal seperti kontrak diperlukan?" Pimpinan tetua menjawab " Jelas saja itu perlu, karena ini adalah saat kritis, di mana garis keturunan kita bisa berakhir jika Lee Yeon tidak segera menikah."
Lalu datanglah Lee Yeon menyelamatkan Ny Jang yang sedang terpojok. Dia melangkah dengan gagah dan memberi hormat pada para tetua. Kemudian Lee Yeon berdiri menatap semua tetua lalu berkata "Aku Lee Yeon, cucu generasi ke 21 dan putra tunggal generasi ke 9 keluarga Lee dari Jeonju. Aku memberi salam pada semua tetua."
Lee Yeon membungkuk hormat. Setelah itu dia melanjutkan kalimatnya "Aku Lee Yeon, bekerja di perusahaan yang di bangun dengan mengorbankan masa muda nenek. Aku menjadikan Jang Chemichal menjadi perusahaan nomor satu untuk kebutuhan sehari-hari. Bahkan perusahaan itu sudah terkenal di dunia. Aku juga membuat saham naik menjadi 5 kali lipat. Tidak hanya sekali, tapi lebih dari lima kali. Berkat itu, semua tetua yang ada disini tidak perlu mengkhawatirkan dana pensiun. Kapal pesiar dan rumah yang baru di beli bukankah sudah dinikmati dengan baik?"
Para tetua merasa tertohok dengan kebenaran kalimat itu. Lee Yeon menganggap itu hal sepadan dengan belum menikahnya dia sampai detik ini. Bukankah dengan dia belum menikah, semua tetua bisa menikmati hasil jerih payahnya dalam mensukseskan Jang Chemical.
Tapi Lee Yeon tahu dia harus tetap menikah, sehingga dia berkata kalau wanita yang dia cintai akan segera kembali ke Korea, dan untuk itu dia pastikan musim gugur ini dia sudah beristri.
Ny Jang kaget dan menatap ke arah Lee Yeon. Dia takut Lee Yeon hanya main-main saja dengan janji itu.
Lee Yeon pun bersiap menulis surat kontrak bahwa dia akan menikah musim gugur ini, tapi sebelum dia menulis dia sempat menoleh kearah neneknya dan bertanya " Apa tadi itu aku keren?
Ny Jang semakin mengaga mulutnya melihat konyolnya tingkah Lee Yeon. Di situasi seperti ini masih bisa-bisanya Lee Yeon bercanda.
Sementara itu di lain tempat, tampak langkah tergesa dari seorang wanita yang membawa makanan dan minuman di kedua tangannya. Dia harus segera sampai, agar kopi yang dibawanya ini tidak menjadi dingin. Wanita itu adalah Seo Inha.
Seo Inha masuk ke gedung di mana di sana ada kantor tempatnya bekerja.
Seo Inha bergegas menuju lift tepat ketika lift akan menutup. Dengan gesit dan menggunakan kakinya Seo Inha menahan pintu lift sehingga akhirnya terbuka kembali. Dia mencoba menjejalkan dirinya ke dalam sambil tak lupa meminta maaf pada semua yang ada di dalam lift. Seorang wanita di dalam lift protes karena kopi panas yang di bawa Seo Inha mengenai kulitnya. Seo Inha hanya bisa meminta maaf.
Di dalam lift ternyata ada rekan kerjanya, bernama Min Byun Ho. Min Byun Ho adalah seorang pengacara. Dia tahu ada Seo Inha dan langsung mendekatinya. Byun Ho melihat Seo Inha kesusahan membenarkan kacamata Seo Inha yang melorot, dan dengan segera Byun Ho membantu Seo Inha membenarkan kacatamanya agar merasa nyaman.
Byun Ho bahkan membantu Seo Inha membawakan kopi panas yang ada ditangan Seo Inha, agar gadis itu tidak kerepotan karena lift lumayan penuh saat ini.
Seo Inha tentu merasa sedikit canggung tapi Bong Hyun tersenyum manis menatap Seo Inha.
Akhirnya mereka pun keluar dari lift dan mulai berjalan menuju kantor mereka. Byun Ho berkata " Aroma kopinya sangat enak." Seo Inha menjawab " Kopi ini baru diseduh makanya masih tercium aromanya. Apa kau mau?"
Byun Ho tentu ga menolak, walau sepertinya dia hanya basa-basi saja ketika bertanya " Apa ga masalah kalau aku mengambil satu?"
Seon Inha menjawab " Ga apa-apa!"
Tiba-tiba Byun Ho bertanya kenapa Seo Inha "Mengapa kamu mau di suruh-suruh sama temen-temen di kantor?" Seo Inha sedikit terkejut dan bingung harus menjawab apa. Dia kemudian berkata dalam hati " Aku sebenarnya juga akan berhenti dari pekerjaannya ini,"
Byun Ho berlalu pergi sambil menyeruput kopi tang yang didapatnya dari Seo Inha. Seo Inha menatap kepergian Byun Ho dengan senyum tersipu.
Seo Inha langsung membagikan kopi dan pesanan rekan kerjanya dengan cekatan, seolah dia memang terbiasa melakukan pekerjaan itu. Seo Inha bahkan hafal apa-apa saja yang tadi dipesan rekan kerjanya. Tapi semua rekan kerjanya cuek saja, dan bahkan ga berterima kasih atas apa yang Seo Inha lakukan. Seolah itu adalah hal biasa.
Dalam hati Seo Inha berkata "Selalu ada orang seperti ini disekitar kita. Padahal bukan pekerjaan paruh waktu tapi harus melakukan semuanya. Sudah sibuk dengan pekerjaan sendiri, tapi tetap tak bisa menolak. Meski mereka tidak berterima kasih, dia tetap mendengarkan permintaan semua orang."
Rekan kerja Seo Inha seolah tak berhenti menyuruhnya hal-hal remeh seperti fotocopy, bersih-bersih meja, dan buang sampah. Seo Inha setress dengan semua hal tersebut, tapi kemudian dia terseyum dan bergumam " Aku adalah Seo Inha."
Seo Inha lalu mengambil post-it yang ditempelkan di lengannya tadi, dan berkata "Aku seperti post-it ini."
"Meski dibutuhkan semua orang, tapi tak ada yang menganggapnya berharga. Itu karena post-it nyaman untuk di buang" batinnya menatap semua post-it yang tertempel di komputernya.
Hanya satu rekan kerja Seo Inha yang peduli padanya dan jadi sahabatnya di kantor. Dia adalah shin Haeri. Shin Haeri kesal karen Seo Inha selalu mau disuruh-suruh seperti itu. Berkali-kali dia menyuruh agar Seo Inha menolak orang-orang itu dan berhenti melakukan pekerjaan seperti ini.
"Tiap kali kau melakukannya aku merasa sangat marah." ujar Shin Haeri.
Seo Inha menjawab " Aku ga bisa menolak mereka. Susah sekali untuk berkata tidak." Shin Haeri mengajarkan Seo Inha untuk berkata kalau Seo Inha bukan pembantu ketika teman-teman sekantor meminta tolong padanya
"Apa kau ini Kim Jung Eun dari Lovers In Paris? Sudah kubilang tolak mereka. " kata Shin Haeri kesal.
" Ga bisa menolak itu penyakit karena terlalu baik hati."
Seo Inha menjawab " Aku bukannya terlalu baik hati, tapi jika aku menolak, pasti mereka yang meminta tolong padanya merasa sangat malu. Aku merasa ga enak jika seperti itu."
Shin Haeri tetap kukuh meminta Seo Inha belajar mengucap kata tidak ketika teman sekantor menyuruh lagi. " Kau pasti bisa jika mau belajar." Bahkan dengan lucunya Shin Haeri mencontohkan agar setiap malam Seo Inha berlatih mengucap kata tidak pada bantalnya. Shin Haeri mencontohkan dengan gerakan tangan dan Seo Inha menirunya sambil tertawa, karena dia merasa itu lucu.
Bab 1 Chapter 1
25/05/2023
Bab 2 Chapter 2
26/05/2023
Bab 3 Chapter 3
26/05/2023
Bab 4 Undian
26/05/2023
Bab 5 Pemenang
26/05/2023
Bab 6 Seo Inha tiba di Bali
26/05/2023
Bab 7 Salah masuk kamar
26/05/2023
Bab 8 Kesalahpahaman berakhir
26/05/2023
Bab 9 Kedatangan saudara tiri
27/05/2023
Bab 10 Positif Hamil
05/06/2023
Bab 11 Kesepakatan
06/06/2023
Bab 12 Berdebat
06/06/2023
Bab 13 Pernikahan yang tidak diinginkan
07/06/2023
Bab 14 Gadis Siput
07/06/2023
Bab 15 Dokumen perceraian
07/06/2023
Bab 16 Kenyataan yang Pahit
08/06/2023
Bab 17 Nenek Pingsan
08/06/2023
Bab 18 Kelas Senam Ibu Hamil
08/06/2023
Bab 19 Bertemu Edward Choi
08/06/2023
Bab 20 Siput Merah Muda
08/06/2023
Bab 21 Cemburu
08/06/2023
Bab 22 Masalah air Shower
13/06/2023
Bab 23 Kelas menjahit
18/06/2023
Buku lain oleh GT Shenzhen
Selebihnya