Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Falling in Love with Stepdad

Falling in Love with Stepdad

Kafaa

5.0
Komentar
110
Penayangan
6
Bab

Hari terburuk Dinara dimulai dari hari pernikahan mamahnya bersama dengan Riko Alexander. Suami ke empat sang mamah sekaligus pria yang berkali-kali ia tolak. Dinara yang tidak pernah bisa menebak isi hati dan isi kepala Riko. Mengapa pernikahan ini terjadi? Dan apa tujuan utama Riko menikahi wanita yang sudah melahirkan Dinara.

Bab 1 Mengejutkan

Sebuah mobil sport Porsche warna putih melaju sangat kencang di jalan tol yang lenggang di sore hari. Pengemudinya menikmati perjalanan dengan mendengarkan lagu melalui airpods nya bersama dengan jingga langit yang hampir menggelap hitam. Serta lampu-lampu jalanan yang berbaris rapih sinarnya menyala redup kalah dengan sang jingga.

Kicauan burung pipit melintas di atas atap mobil. Mengalahkan lantunan lagu Britney Spears every time yang memerdukan telinga Dinara si pecinta musik sendu. Dinara yang anggun mengenakan gaun seksinya yang berwarna hitam satin serta kacamata hitam bertengger manis di hidungnya.

Dengan rambut cepol belakang bak wanita seksi Korea. Memang Dinara masih ada keturunan Korea dari sang ayah, Kim Julian. Anak rambutnya tergerai indah di sela telinga dan sekitar dahinya yang sedikit berantakan menambah kesan natural.

Wanita itu baru saja pergi dari kota ke kota untuk menemui rekan kerjanya di sebuah acara besar. Karena perusahaan Dinara yang masih tergolong kecil jadi ia harus bergerak aktif mencari kenalan yang lebih hebat darinya dan melakukan kerjasama agar perusahaannya mengalami keuntungan yang lebih banyak.

Lagu dari Britney Spears pun berganti ke sebuah panggilan telfon dengan dering yang sangat keras. Wanita berusia 29 tahun itu lupa pengaturan suara deringnya belum ia kecilkan. Dan itu memekikan telinganya. Ternyata panggilan tersebut dari mamahnya sendiri, Sania Naura wanita paling seksi sekomplek Teratai. Tak perlu lama Dinara segera menjawab panggilan dari mamahnya. Si janda geulis itu.

"Hallo mah," Dinara lebih dulu menyapa.

"Hallo sayang," sapa Sania dengan bersemangat, suara Sania yang cempreng membuat Dinara memejamkan mata. Menurutnya suara yang terberisik di dunia ini adalah suara sang mamah. Apalagi jika ia sedang dalam mode mengomel. Wahhh mood Dinara hancur seketika gara-gara suara itu.

"Tumben nelfon, tau kan Dinara lagi kerja mamahku sayang," Dinara cepat memungkas.

"Tau dong sayang, tapi rasanya kamu udah di perjalanan pulang, kedengaran tuh suara mobil lewat,"

Nguinggg wushhhh!

Sialan! Mobil mengklakson dengan sangat keras ketika tanpa sadar Dinara mengendarai mobilnya ke tengah.

Dinara menghela nafasnya berusaha tenang mengendalikan mobilnya agar normal kembali. Telinga Sania lebih tajam dari hewan apapun. Sesungguhnya Dinara ingin sekali menghentikan telfonnya dan mendengarkan lagu kesukaannya yang belum selesai dimana ia dapat kedamaian saat mendengarkannya. Daripada mendengarkan suara mamahnya yang ujung-ujungnya mengomel tidak jelas. Sehingga suara sirine nya itu membuat telinganya berdengung.

"Ada apa sih mah?" tanya Dinara malas. Dari balik telefon ia memutar bola matanya.

"Kamu beneran pulang ke rumah kan? Gak mampir ke clubing lagi kan?" Seketika pertanyaan sang mamah yang ngawur membuatnya melotot dan mendengus kesal.

"Mamah nih ngaco, aku tuh udah cape ngapain juga pergi ke clubing, aku kan perginya kalau senggang aja itu juga kalau diajak besti, lagian ini juga masih sore ngapain ke clubing sore-sore,"

"Ya udah mamah tunggu ya, mamah mau ngasih tau sesuatu,"

"Uhhh sesuatu apa lagi? jangan aneh-aneh deh mah," desah Dinara sebal.

Panggilan pun berakhir, tanpa ada kata bye ataupun semacamnya. Sania memutuskan panggilannya lebih dulu. Bagi Dinara itu sudah menjadi hal yang biasa. Sebab ia dan Sania seperti sepasang kawan dan lawan. Namun hal yang dikatakan mamahnya, membuat ia memikirkan sesuatu. Apalagi yang mau mamahnya lakukan? Ia sudah cukup lelah dengan sang mamah yang sebulan 4 kali membawa pria asing ke rumah. Bahkan wajahnya berbeda-beda. Berpayah-payah mendeskripsikan kelebihannya, kepribadiannya dan apapun itu yang bahkan Dinara sendiri tak mau dengar.

Setelah sampai, pintu gerbang besar yang terbuat dari kayu jati tua dibuka oleh dua orang satpam berbadan besar berseragam hitam dari sebelah kiri dan kanan. Gerbang tersebut sangat sulit dibuka dan harus membutuhkan tenaga ekstra, maka dari itu Dinara memperkerjakan kedua satpamnya yang berperawakan seperti atlit MMA itu.

Rumah Dinara begitu besar. Ia punya banyak penjaga di rumahnya. Ini rumah jerih payah Dinara selama berbisnis. Namun di kota ini, semua orang tau kalau Dinara dan keluarganya adalah orang kaya dan terpandang. Apalagi papah Dinara yang sangat disegani oleh masyarakat karena Julian papah Dinara adalah mantan pejabat kota. Hingga akhirnya Julian mengalami kelumpuhan dan meninggal dunia akibat stroke.

Seperti yang biasa Dinara lakukan. Ia akan mengecek satu persatu koleksi mobilnya di garasi. Bukan garasi tapi tempat itu seperti galeri mobil. Di usia Dinara yang menginjak 29 tahun itu. Sudah mengoleksi 20 mobil antik sekaligus mobil sport kesukaan Dinara. Tentu saja mobil-mobil itu dibeli dari harta ayahnya dan hasil kerja kerasnya juga.

"Ih ni anak kebiasaan," tiba-tiba Sania nongol dari pintu masuk garasi lalu berjalan ke dalam garasi yang bisa dikatakan seperti galeri mobil. Suaranya yang cempreng mengagetkan Dinara. Wanita berusia 50 tahun itu menghampiri sang anak. Sepertinya sang mamah baru saja melakukan treatment kecantikan home service. Terlihat dari alis dan bulu matanya yang cetar membahana. Umur memang sudah setengah abad tapi kecantikan Sania tak bisa diragukan. Ia masih awet muda dan bentuk tubuhnya pun masih terjaga. Karena ia pernah menjadi atlit senam aerobik. Dinara pun mewarisi tubuh indah dan wajah cantik Sania. Bahkan Dinara punya tubuh yang lebih tinggi dan lekukan tubuh yang kontras.

"Apaan sih mah? Kok tiba-tiba ke sini sih? Keluar dulu mah, Dinara mau ngecek ada yang kegores-gores engga," ucapnya sembari fokus melihat satu persatu mobil-mobil kesayangannya itu dengan detail. Tangannya mengelap-elap. Memastikan debu-debu halus tidak bertengger di mobilnya.

"Ihhh mobil kamu dari tadi diem aja, gk ada yang kegores-gores,"

"Barangkali ada orang iseng masuk ke sini, terus bikin mobil Dinara lecet gimana, kan aku gak tau seharian ini siapa aja yang masuk ke galeri,"

"Kamu nih gak cape ya, tiap hari ke sini keliling galeri, gak ada kerjaan,"

"Ya emang ini pekerjaan Dinara," pungkas Dinara sembari sedikit menjulurkan lidahnya.

"Kamu ya! lebih mikirin mobil daripada umur kamu yang udah tua tapi gak nikah-nikah, lebih baik kamu cepetan cari jodoh, nikah, punya anak, kasih mamah cucu yang banyak, biar mewarisi semua harta kita, biar gak jatuh ke tangan yang salah, mamah juga udah tua, gak mungkin nemenin kamu terus, kasihan kamu hidup sebatangkara," omel Sania.

Dinara sudah sangat sabar dengan ucapan mamahnya ini. Omelan sang mamah sudah menjadi makanan sehari-harinya, apalagi soal pernikahan. Ia paling ngotot. Semenjak Sania bercerai dengan suaminya yang terakhir. Sania makin cerewet dan membuat Dinara sakit kepala setiap kali mendengarnya. Jadi Dinara tak menanggapi perkataan mamahnya sama sekali. Sania memiliki riwayat pernikahan yang cukup dramatis dan penuh lika-liku. Pertama ia menikah dengan ayah Dinara yakni Kim Julian. Pria campuran Korea dan Amerika. Kemudian setelah Kim Julian meninggal ia menikah lagi dengan pria kaya pengusaha batubara bernama Yosua Hadi Salim dan hanya bertahan selama 4 tahun lalu bercerai. Menikahlah ia yang ketiga kalinya dengan Dorigo Frans bule asal Perancis yang ia temui waktu liburan di Bali. Dan sama-sama menyandang duda janda. Tapi ternyata balas dendam Dorigo kepada mantan istrinya malah dilimpahkan kepada Sania. Pernikahan hanya bertahan selama 2 tahun. Selama itu Sania mendapat trauma yang membuat sepanjang malam menangis. Selama satu bulan kesedihan sang mamah, Dinara lah yang selalu menemaninya healing berkeliling kota bahkan berkeliling negara.

"Udah deh mah, keluar dulu ya, ini lebih penting, karena mobil-mobil ini yang paling Dinara sayang, tuhkan ada yang lecet," Dinara mengelus mobil-mobil koleksinya dengan sayang. Ia tidak mau ambil pusing dengan omelan sang mamah.

"Itu stiker bukan lecet! Lama-lama kamu gila kalau kelamaan jomblo Din," rutuk Sania sembari melenggang pergi. Dinara hanya menghembuskan nafas panjang.

"Lagian siapa juga yang gak mau nikah, ya pasti aku bakalan nikah lah, tapi kan soal rumah tangga itu sakral dan harus selamanya seumur hidup, dan kuncinya 1 setia sama satu orang yang benar-benar mau bersama sampai akhir, berjuang sampai akhir, masalahnya cowo-cowo jaman sekarang gak becus jadi pria sejati," rutuk Dinara yang masih terus berjalan menyusuri galerinya. Ia sempat trauma karena seorang pria di masa lalu yang pernah menyakitinya. Maka dari itu Dinara lebih selektif lagi mendapatkan pasangan.

Setelah itu Dinara keluar dari galeri mobilnya. Ia agak terkejut ketika dirinya mulai memasuki ruang tengah. Di sofa sana, seorang pria tengah duduk membelakanginya. Bersetelan jas hitam dan aroma parfumnya yang maskulin tercium ke seluruh penjuru ruangan.

"Siapa lagi sih? Gk mungkin kan mamah bawa cowo lagi buat dijodohin ke gue? Gawat!" gumamnya. Dinara paling tidak suka dengan perjodohan. Di sana tidak ada Sania sama sekali. Kemana Sania pergi?

Mau tak mau Dinara harus ke sana menghampiri pria tersebut untuk menyapa sekadar bertata krama sebagai tuan rumah.

"Loh? Kok lo sih? Ngapain disini?" tanya Dinara dengan raut terkejut melihat siapa pria di depannya ini.

"Iya ini gue, gue mau bertamu, emang salah?" pria yang bernama Riko itu bernada nyolot tapi masih bisa bersuara lembut dan kelihatan dingin. Hingga Dinara pun membelalakkan matanya malas. Pria ini memang bermuka dingin, hatinya juga terbuat dari es batu. Sehingga ia dijuluki bos berdarah dingin. CEO yang galak dan menyebalkan. Orang diluar sana menyebutnya tegas bukan galak. Sampai ia dikenal sebagai CEO tegas yang paling berpengaruh bagi perusahaan lainnya yang bekerja sama dengannya.

"Ngapain lo bertamu di rumah gue? Lo belum kapok ya sama penolakan gue waktu itu hah?!" Dinara balas nyolot lagi.

"Gak! Jangan kegeeran ya," timpal Riko.

Tiba-tiba Sania muncul dengan membawa nampan dengan dua gelas teh asli Jepang.

Dinara mengernyit melihat tingkah mamahnya. Pembantu di sini banyak, buat apa ia membawa nampannya sendiri? Lagi dalam misi cari perhatian kah?

"Kalian saling kenal?" tanya Sania.

"Iya, saya sama Dinara saling kenal," jawab Riko sopan. Dan itu membuat Dinara meremehkan.

"Kalian temen kerja?"

"Tadinya Dinara itu karyawan saya," sambung Riko dengan bangga memberitahu bahwa ia adalah seorang bos besar.

"Baguslah kalau begitu, mamah gak usah capek-capek memperkenalkan ya," sambung Sania lagi. Sedangkan Dinara dengan hati yang kesal mulai duduk di sofa berseberangan dengan Riko dan menatapnya tajam. Setelah meletakan nampannya Sania juga duduk. Dan menghembuskan nafas dalam-dalam. Muka Dinara kecut, merasa ada yang tidak beres.

"Sebenarnya gini Dinara, mamah...."

"Gak! Dinara gak mau nikah sama dia! Gak mau titik!" Protes Dinara dengan penolakan yang sangat tegas. Keduanya terlihat heran dengan penolakan yang tiba-tiba dari Dinara.

"Ih mamah belum selesai bicara udah di pungkas duluan, bukan Dinara kok yang bakal nikah sama Riko, tapi mamah yang akan nikah sama Riko,"

Bagai dihantam asteroid. Dinara terpaku mendengar kalimat mamahnya tadi. Tak terasa mulut menganga lebar. Kemudian ia berdiri sembari menggebrak meja.

"Apa menikah lagi? Sama cowo ini?" tunjuknya dengan nada sewot.

"Mamah mau nikah sama dia? Yang lebih berondong? Umur mamah beda 20 tahun sama Riko, mamah gak salah pilih suami gitu? Gak mungkin, selera mamah tuh sugar daddy gak mungkin suka sama Riko! Apa yang bagus dari dia?" Dinara protes habis-habisan di depan mereka secara langsung. Mata tajamnya terus mengarah pada Riko.

"Loh emangnya kenapa kalo Riko lebih muda dari mamah? Riko cinta sama mamah, Riko sayang sama mamah, iya kan Riko?"

"Iya Din, aku sayang dan cinta sama mamah kamu," balas Riko dengan suara yang lembut. Seolah ia sedang meledek Dinara. Dan tak lama lagi akan menjadi ayah tiri Dinara.

Riko adalah mantan kakak tingkat dan mantan bos Dinara sebelum ia menjalani bisnisnya sendiri. Riko sudah lama mengejar-ngejar Dinara. Tapi selalu ia tolak. Karena obsesi Riko yang sangat menakutkan untuk Dinara. Akhirnya Dinara memutuskan untuk pindah rumah dan pergi jauh dari Riko.

"Gila! Gak! gue gak setuju lo nikah sama mamah gue, punya keberanian darimana lo? Sampe berani mau nikahin mamah gue?" sewot Dinara

"Gue punya penawaran bagus buat lo, gue bakal kasih mobil antik yang lo inginkan, yang sama sekali gak ada di galeri mobil lo, jadi lo tinggal pilih mau yang mana, nanti gue kasih,"

"Hah curang! Mau suap gue pake mobil antik hah? Gak akan!" Dinara berteriak tepat di wajah Riko. Namun pria itu tetap diam dengan tatapan dingin.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku