Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
HIDE THE FLASH

HIDE THE FLASH

camelia

5.0
Komentar
132
Penayangan
4
Bab

BLURB GIA adalah selebriti papan atas, dia pemain film yang tengah dipuja-puja banyak orang. Dia berpacaran cukup lama dengan rekan sesama selebriti bernama DIRGA. Gia berasal dari keluarga yang religius, kehidupan bebasnya membuat keluarga harus memisahkannya dengan Dirga. Kebetulan juga Dirga dan Gia berbeda keyakinan. Orang tua Gia meminta Dirga menikahi anaknya, tapi Dirga menolak. Dirga justru berpendapat bahwa Keluarga Gia menghina dirinya. Dirgapun menyebarkan foto-foto pribadi Gia. Yang bersifat sangat sensitive. Tubuh Gia dapat dengan mudah diakses di internet dan dinikmati. Gia terpuruk. Sangat malu menunjukkan dirinya lagi. Gia memutuskan untuk pindah ke Korea. Alasannya pindah ke korea, dia ingin hijarah dari tempat di mana semua orang mengenalnya. Dia menjadi Gia versi yang lebih baik. Kenapa Korea ? Jawabannya sederhana, karena sahabatnya Ama. Sangat suka drama korea. just it ! DISANALAH GIA BERTEMU JAE HOON. Babak baru di hidupnya yang baru...

Bab 1 CERITA GIA ( SATU )

Pov. Gia

Sudah deh, gue gak tahan. Gue capek sama hidup gue, Kalo begini terus gue bisa mati.

Gue akhirnya mutusin pindah ke korea. Gue sedang membenci tanah air gue untuk saat ini. Gue benci kata "Rumah". Gue mau cari rumah gue sendiri.

Meski nyokap nangis teriak-teriak, bokap gue sampai masuk UGD pas gue bilang mau pindah ke Korea untuk beberapa tahun ke depan, gue sekekeh itu untuk pindah ke Korea. Tiket sudah dibeli. Dan barang-barang gue udah dipacking. Seadanya, memang. Bahkan gak bawa HP.

Nothing to lose aja.

Alasan, kenapa Korea ? Karena sahabat sedunia sesuargaku insyaallah. Ama. Suka benget drama korea.

Dia luar sana, masyarakat sok tahu yang menyebut dirinya netijen dengan jempol-jempol haram mereka. Menyebutku "tauladan tak baik" dan any athers sebutan untuk bad human beainglainnya. Mereka menyumpahiku seolah aku sampah, bukan manusia. Terus berada di negara ini membuatku ingin mati. Sungguh ! Aku harus bertahan, aku harus hidup !

Hari itu sahabatku yang begitu lembut bernama Amanda, yang kusingkat Ama. Mengetuk kamarku. Sudah dua hari ku menangis dan merenungi nasib akibat melihat foto-foto fulgarku tersebar luas di internet. Sialnya lagi, aku tahu benar foto-foto itu adalah milik matan kekasihku Dirga...

Aku masih terlalu sedih buat buka pintu itu. Waktu itu Ama bilang sama aku "Ke Korea yuk, lagi winter di sana. Bagus deh"

Korea ? detik itu juga terlintas di benak gue untuk lari dari hidup gue yang sekarang. Mungkin gue bisa memulai sesuatu yang baru di sana.

Akhirnya tangis dua hari gue itu selesai seketika ketika Ama bilang "Korea". Gue buka pintu kamar gue dan dia dengan penuh tangis menyeruak ke pelukan gue. Dia nangis lebih lebay dari gue. Dia meluk gue dengan tangan gemetar "Gue pikir lo bakal bunuh diri" isaknya

"Tadinya" Gue juga ikutan nangis deh

Lalu dia menyeka air matanya dan menyeka air mata gue, dia menatap gue lama sekali "Shalat dulu yuk, ambil air wudhu"

Awalnya aku gentar. Apakah Allah masih menganlku ? Satu hambanya yang selalu bertolak dengan apapun yang diberikannya, satu hambanya yang selalu menolak untuk beryukur. Hingga mentok, jadi seperti ini. Dan tempat bersimpuh yang paling menenangkan itu adalah dihadapannya. Karena dia satu Tuhanku itu, tidak pernah menghakimi aku, dia selalu menerima aku tak peduli sebergelimang apa dosaku ini.

Setelah shalat malam, ditemeni Ama. Sahabatku itu tidak pernah meninggalkanku. Dia menemaniku menangis di atas sejadahku, dia menemani aku mengaji tak peduli seterbata-bata apa aku. Dia menggenggam tanganku. Dia ada, setidaknya satu orang tidak meninggalkanku..

Sejak hari itu aku mantap berhijab. Ini adalah awal baruku. Tertawa saja, aku sudah tidak peduli dengan netijen sekalian.

🌸

Keluar dari kamar pagi itu, barang-barang gue sudah dimasukkan ke mobil Alphard hasil kerja keras gue ! Mama di rumah sakit, dia masih terlalu membenci gue karena keputusan ini. Papa masuk rumah sakit semenjak beberapa hari yang lalu.

Di ruang makan ada pengacara gue Om Singgit, Ama dan Restu suaminya Ama. Mereka sengaja tunggu gue, buat sarapan bareng sebelum berangkat ke Bandara. Kalau Om Singgit, gua curiga dia kemari karena disuruh papa dan kakak-kakak gue.

Gue keluar dengan penampilan baru yang membuat mulut mereka menganga "Gi..." Ama sudah berjilbab lebih dulu daripada gue, sejak menikah dengan Restu dia mulai berjilbab dan istiqomah sampai sekarang. Dia menjadi pribadi yang positif dan agamis sejak berhijab. Tentu dia kaget melihat penampilan gue, seminggu yang lalu gue masih ngerokok dan minum alkohol karena depresi akan semua kasus-kasus itu.

"Bilang Alhamdulillah kek.." Gue meminta Antok sopir gue menurunkan koper gue yang bakal masuk kabin. Gue cuma pakai bagpack kecil di bahu yang isinya skincare dan makeup doang. Hp ! besok aja deh gue beli baru di Korea. Handphone gue, gue tinggalin aja di kamar.

Ama memeluk gue menatap gue lama sekali di anak tangga terkahir "Cantik banget lo"

Gue mengangkat bahu sambil mengerutkan bibir, bukan pujian itu yang mau gue dengar. Gue memang sudah cantik dari lahir karena itulah gue jadi selebriti. Gue melihat Om Sigit dia, berjalan kearah gue.

"Gia ini gak adil buat kamu, rumah itukan 80% yang punya dana kamu, mobil dan sertifikat tanahnya. Mana bisa 50%-50%" Om Sigit ini sebenarnya anak buahnya papa. Dia selalu bersikeras mau menuntut ke jalur hukum semuanya.

Restu menggeret kursi makan kebelakang supaya gue bisa duduk disana "Sambil sarapan yuk, lumayan lima jam perjalanan" Dia melirik Om Sigit supaya bapak itu kembali duduk "Kita santai aja ya om ngobrolnya" Sejak menikah dengan Ama, Restu juga jadi teman baik gue, gue sering minta saran sama cowok satu ini. Dia wise, humble dan gak pernah mau serius-serius banget.

Gue duduk di kursi yang disediakan Restu "Udah ah Om capek. Kalau mau diambil semuanya juga gak apa-apa, uang bisa dicari. Kalaupun dia ngasiin 100% rumah itu, mobil itu ke aku. Gak ada artinya buat aku, gak bisa ngobatin aku"

"Uang hasil jual mobil dan rumahmu itu bisa buat bangun hotel di bali sana Gia"

"Ya udah suruh aja dia bangun hotel" Gue super sarkartis, karena sejujur gue udah capek. Capek banget sama masalah ini. Udah deh, gue gak peduli lagi sama rumah dan mobil apapun itu.

"Kamu ngomong kayak gini, ngebuat pablik jadi mikirnya itu kamu yang dibeli sama dia"

"Om" Restu melepaskan garpu dan sendoknya geram "Kalau om gak mau urus sesuai dengan maunya Gia, aku yang bakal ngomong ke media"

Aduh setop dong, tolong gue mau in good mood, soalnya gue mau pergi jauh ninggalin semuanya disini dan mulai hidup baru. Tolong dong..tolong. Mata gue udah berkaca-kaca lagi. Kalau saja Ama gak genggam tangan gue yang sudah mengepal di atas meja makan, mungkin gue nangis lagi.

"Gak ada yang dibeli Om, dia gak beli gue dan guepun gak beli dia. yesterday we are in relationship, and then we broke. just it"

"Terus kamu mau maafin dia gitu aja, setelah yang dia lakukan ke kamu dan keluargamu ?"

Gue dengan tenangnya mengangguk. Memang berat buat maafin dia. Kalo gue liat muka Dirga sekarang dihadapan gue. Tentu gue masih mau nonjok hidungnya. Tapi hari ini gue bersumpah untuk waktu yang lama gue akan ketemu lagi sama dia. Dan dalam waktu yang lama itu gue mau membiarkan waktu nyembuhin gue, memafkan dia dengan cara berlahan dengan mengubur memori kami.

"CAMO ON GIA" Om Sigit bangkit berdiri dari kursi, dia nunjukin berkas-berkas yang sudah di siapkan "Ini berkas tinggal diajuin ke mabes, then we will win"

"Om please enough !" Gue menatap dia tajam-tajam. Gue bangkit berdiri "Kalo om ngebuat aku pulang ke Indonesia because of this stupid reason, nama om yang bakal ada di mabes" Gue mengisayaratkan sama Ama kalo gue bakal berangkat aja kebandara detik ini, lebih baik sarapan di atas pesawat daripada dengerin Om Sigit ngomong terus.

Gue gak pamit sama dia, gue pergi aja ngeloyor, dia masih marah-marah gak jelas teriak-teriak sama berkas kayak kesetanan.

"Gia" Si om manggil gue lagi. Untuk menghormati gue belikin muka gue dikit aja "You still love him right ?"

"For Now yes, I am still love him" Sejahat apapun dia, dia pernah memberikan kebahagiaan sama gue. Kita pernah saling mencintai seperti orang gila satu sama lain.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku