Austin O'pry seorang CEO di O'Pry Enterprises Holdings menyabet gelar Arogant, angkuh dan memiliki integritas cukup disiplin dalam perusahaan besar ia miliki. Mengganggap wanita semua sama 'murahan' termasuk pada Aurora Wihelmina, wanita polos dan sederhana bekerja di perusahaannya karena masa lalu menyakitkan ditinggalkan sang tunangan. Aurora yang melihat Austin tampak biasa, seolah tidak tertarik pada kesempurnaan tubuh ia miliki membuat pria bermata biru menggebu. Tidak akan ada wanita yang tidak bisa ia takhlukan dan berakhir di ranjang berderit yang menjadi kebiasaannya. Emosi, penasaran, ingin mengenal, membenci menyatu. Hasrat Austin semakin gila menginginkan Aurora yang terusan menolak dan ingin menjadikannya wanita penghangat ranjang. Ketika, Aurora mulai nyaman ia menyadari kalau ia telah bertunangan dengan pengawal setia Austin. Mampukah Aurora mengakui kebohongan pada Austin ketika pria itu mulai mempercayai cinta? Apakah mereka tetap bertahan ketika Grace mulai berusaha mendapatkan Austin kembali dalam pelukannya? IG : MariaGustiSilaban
Hari ini adalah jadwal kepulangan pria bertubuh sempurna tak bercela kalau kata kaum hawa sebut. Atletikus merupakan bentuk tubuh yang ideal. Ya, pria itu sudah meraih predikat untuk kesempurnaan banyak diimpikan semua kaum wanita apalagi warna mata begitu mencolok ketika orang menatap, berwarna biru.
Bentuk tubuhnya memiliki perawakan bak olahragawan, kepala dan dagu yang terangkat ke atas, dada penuh, perut rata-berkotak, dan lengkung tulang belakang dalam batas normal.
Ia sudah memutuskan kembali dalam beberapa bulan ke Indonesia. Negara itu banyak kenangan untuknya. Kenangan pahit tentu ada, kenangan indah? Entahlah. Austin O'pry masih mengingat kenangan yang membuat menjadi pribadi pemarah, hingga sikap pria melekat dengan kata 'arogan'.
Tiket khusus kelas bisnis itu masih ia tatap, tatapan sendunya menatap tiket itu. Di ruangan apartemen luas bak sebuah gedung besar mewah, Austin tersenyum arogan. Dan diruangan ini ia banyak menghabiskan waktu hanya bekerja.
Austin menatap hiruk pikuk di negara yang terkenal dengan kincir angin. Menatap dari gedung yang menjulang tinggi, mata biru semakin mencolok. Seakan memikirkan sesuatu tapi entahlah, ia masih sibuk berpikir.
Austin meraih ponsel keluaran terbarunya. Setelah menekan nomor yang di tuju, ia memasukkan tangan kanan ke saku celana jas slim ia kenakan sembari berdiri lugas.
"Aku ingin semuanya tertutup. Jangan sampai ada seorang pun yang melihat kepulanganku," ucapnya di selular dan masih memasang wajah angkuh.
"Saya sudah prepare kepulangan Tuan Muda, keamanan sudah cukup ketat setiba Tuan nanti dan untuk mobil dua jam sebelum sampai sudah menunggu."
"Kamu tidak melupakan sesuatu 'kan?!" Austin menekankan setiap kalimat tercetus dari bibir seksinya.
"Semuanya aman Tuan Muda. Sudah saya persiapkan jauh sebelum keputusan Tuan kembali." Seseorang di selular berkata.
Austin bernapas lega, "Bagus kalau begitu. Jadwal keberangkatan beberapa jam lagi. Kamu sudah selesai dengan urusanmu?"
"Sudah Tuan muda, semua yang Tuan butuhkan di Indonesia nanti semuanya sudah saya aman."
"Oke, mobil sudah menunggu di bawah?"
"Sudah Tuan, saya sudah menyiapkan mobil. Saya sedang menunggu Tuan di bandara, mengantisipasi ada orang melihat."
"Aku tidak sia-sia memperkerjakanmu Frank."
"Terimakasih Tuan Muda atas kepercayaannya."
Austin menatap jam tangan pattek phillipe dari balik jas blue navy slim fitnya. "Baiklah, aku akan bersiap." Mematikan ponsel tanpa mendengarkan jawaban lagi.
Dengan langkah elegan, akhirnya ia keluar dari Apartemen pribadi mewah itu.
Sebelum dia pergi, Austin pergi menuju kantor mengambil beberapa berkas perusahaan di Indonesia. Setiap pegawai yang menoleh langsung tertunduk menghormati, memberikan salam disiplin. Tidak pernah seumur hidup mengeluarkan senyum natural. Hanya senyum sekadar menghargai terpancar, itu juga hanya terjadi di rapat kantor.
Austin terus berjalan keluar kantor setelah mendapatkan berkas yang dicari, dengan langkah teratur dan tenang tanpa membalas sapaan pegawai.
Mobil Audi khusus telah menunggu, ia keluar. Sekilas ia menatap kantornya itu, ia akan pergi ke Indonesia selama enam bulan. Sudah sangat lama kantor di sana tidak ada yang mengurus, jadi Austin akan pergi sembari menikmati liburan.
Belajar dari masa lalu yang kelam menjadikan hidup lebih baik dan pastinya membuat siapa pun tidak ingin ke lubang yang sama lagi. Hidup harus tetap dilanjutkan seburuk apa pun masa lalu.
Austin sudah menjadi pria sukses, memiliki semuanya kecuali pendamping. Di umur yang sudah sangat matang belum juga menikah. Jangan tanya berapa wanita yang sudah ditidurinya.
Ajudan itu membuka pintu untuknya, mempersilahkannya duduk, sengaja pulang dengan stelan jasnya, ia ingin dipandang orang dengan sebutan pria kaya.
Mobil pun melaju meninggalkan perusahaan Austin Enterprise Holdings, perusahaan ternama dan terbesar di negara itu.
Sesampainya di Bandar Udara Internasional Schiphol, Austin sudah dinantikan pengawal merangkap sebagai sopir pribadi. Tidak lama menunggu, Frank sudah hadir di depan menundukkan kepala, memberikan hormat untuk atasannya.
"Semua oke?" tanya Austin dengan bibir sensual.
"Semua yang Tuan perlukan sudah beres. Pesawat bisnis juga sangat jauh dari orang bawah."
"Bagus kalau begitu," Austin berjalan angkuh.
Beberapa karyawan di Bandara yang mengenal memberi hormat dan menundukkan kepala. Bagaimana tidak, Austin hampir menanamkan semua saham di setiap perusahaan yang sedang berkembang pesat. Termasuk saham di Bandara ini.
Sesampai di dalam pesawat kelas bisnis, tak henti Austin menatapi sekeliling.
"Tuan semuanya aman," Frank sepertinya mengerti maksud pencarian Austin.
"Aku hanya ingin memastikan saja." Austin merebahkan tubuh sembari memejamkan mata.
"Tuan," Frank memanggil sopan.
"Hmm ...." Austin hanya berdehem, mata masih terpejam.
Frank berdehem, menjelaskan sebaik mungkin. "Nona Grace. Pihak bandara di sana sudah mencoba menghentikan kedatangannya tapi dia terlalu memaksakan keinginan Tuan."
"Apa maunya lagi?" Austin muak.
"Saya juga belum tahu pasti Tuan. Aku pikir nona Grace masih mengharapkan Tuan Muda."
"Apa kamu mengatakan sesuatu dengannya?"
"Ada Tuan, saya mengatakan kalau kedatangan Tuan tidak ingin diganggu siapa pun termasuk dia."
"Lalu?"
"Tapi seperti yang Tuan ketahui, dia tetap bersikeras ingin menjemput kedatangan Tuan."
"Perempuan munafik! Tidak tahu diri." Austin mengungkapkan penuh dengan emosi yang mulai terbakar.
"Kalau Tuan mau, saya bis-"
"Tidak Frank." Austin memotong ucapan Frank lalu menatap serius.
Frank tidak ingin membalas, ia akan tetap mendengarkan setiap perkataan tajam Austin. Pria itu membenci dibantah.
"Biarkan saja. Aku sudah tidak tertarik dengannya, bahkan aku sangat muak melihatnya."
"Kalau Tuan keberatan saya bisa menugaskan petugas keamanan di sana untuk mengusir Nona Grace dari bandara."
"Tidak Frank. Itu tidak perlu. Karena aku sudah tidak perduli tentang kehidupan dia lagi."
"Maaf Tuan, akan saya laksanakan semua perintah Tuan." Frank menunduk patuh.
Austin memilih memejamkan mata kembali. Tak lama kemudian Frank menuju belakang dan ikut merebahkan tubuh. Mereka akan berada di atas awan untuk beberapa jam ke depan.
Setelah penerbangan yang memakan waktu cukup lama akhirnya mereka mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Dengan sigap, Frank menelpon para pengawal yang sudah hadir di Bandara. Langkah Elegan membuat orang terhenyak menatap ketampanan luar biasa. Mata biru mencolok yang pasti membuat para wanita ingin dalam dekapannya.
"Tuan, saya sudah menyiapkan mobil Tuan yang ada di sebelah sana," ucap Frank menunjuk beberapa meter letak mobil hitam kilat terparkir.
"Semua sudah sangat aman," Frank melanjutkan maksud Austin memendarkan pandangan.
Austin memberikan senyum kecil untuk pengawal pribadi itu. Frank sudah bekerja untuknya semenjak ia berumur lima tahun hingga kini usia semakin matang di angka tiga puluh tahun, kesetiaan membuat Frank menjadi kepercayaan keluarga O'pry.
Austin terus berjalan dengan anggun menuju mobil yang sudah di siapkan untuknya.
"Austin!" Seru sosok wanita berambut cukup jreng, merah cerah tersebut.
Austin hapal suara itu, suara pernah mengisi hari, suara yang
Menghancurkan hidupnya. Austin tidak menatap tapi langkah berhenti menunggu.
Merelakan apa saja demi pria ia cintai sudah menunggu sedari malam, menantikan kedatangan yang menurutnya mendadak. Tapi, terkait tentang Austin ia akan siap menunggu selama apa pun itu.
'Mantan tunanganku, apa kabarmu. Apa kamu masih mengingat kisah kita dulu? Kisah yang mungkin sudah kamu lupakan tapi aku ... aku masih mengingatnya.'
Pesawat kelas bisnis mendarat di Bandara, walau menatap dari kejauhan. Tadi malam ia berhasil mengontak Frank, keberangkatan malam dan akan sampai siang ini. Langkah kaki dibalut sepatu hitam mengkilatnya itu melangkah anggun menuju mobil yang sedari subuh menunggu di tempat cukup jauh dari kerumunan orang.
Ia ingin melihat wajah tampan dengan mata binar, apa dia juga-ingin-menemui?
"Austin!" Panggilnya lagi setelah langkah terhenti.
Austin memunggungi, dia tidak menatap. Grace masih mencintai, meski kenangan indah itu ia hancurkan dulu tapi kini yakin ada setetes cinta yang tersisa untuknya.
Grace Novita ingin ke pelukkan Austin, kembali menjadi wanita yang hebat di ranjang bersamanya. Austin belum menikah, bahkan dia masih memegang CEO terkaya di negara Belanda juga di Indonesia.
Mata indah yang tidak akan bisa dilupakan, walau saat itu dia masih merintis kekayaan tapi karena rasa sabar hilang Grace meninggalkannya padahal waktu itu pernikahan mereka tinggal hitungan hari.
"Austin," Grace berjalan sedikit cepat dan berhasil menatap wajah setelah beberapa tahun lamanya.
Dia masih tidak menatap, wajah keras membuat Grace semakin ingin dalam dekapan.
"Apa kamu tidak merindukanku?" tanya Grace.
"Tidak."
"Tap-tapi aku sudah menunggumu sangat lama. Aku- aku ...."
"Aku apa? Berpikirlah yang jernih dan gunakan pikiranmu itu sebaik mungkin."
"Austin, aku masih mencintaimu." Grace menjelaskan bernada serak.
"Jangan jadi wanita yang bodoh!"
Grace memberanikan menyentuh lengan dipenuhi bulu halus . "Kamu pasti masih mencintaiku 'kan? Kenangan indah kita, tidak akan pernah kamu lupakan sayang."
"Lepaskan!" Austin berseru dengan wajah seringai.
"Austin ...."
Austin menyingkirkan tangan Grace, merasa terpojok dengan kelakuan. Menyesal sudah meninggalkan di saat hidup Austin sedang bangkrut, kemiskinan melarat.
Austin menatap Grace pada akhirnya, "Jangan pernah memanggil namaku lagi. Aku harap ini pertemuan terakhir kita," ucap Austin pergi meninggalkan Grace mematung.
Grace terdiam, air mata jatuh menahan rasa menyesal. Dia bukan Austin yang dulu. Sekarang dia menjadi pria dingin yang angkuh, kasar, arrogant.
Tapi Grace berjanji, akan mengambil hati kembali. Karena saat ini dia sudah menjadi pria kaya, memiliki lebih dari empat perusahaan ternama dengan begitu hidup Grace juga tidak akan kekurangan lagi.
Bab 1 Come Back
16/07/2022
Bab 2 Resign
16/07/2022
Bab 3 Arrogant!
16/07/2022
Bab 4 Hate You
16/07/2022
Bab 5 Boss Sucks
16/07/2022
Bab 6 Draw Attention
16/07/2022
Bab 7 Confusing Smile
16/07/2022
Bab 8 Dizzy
16/07/2022
Bab 9 Nervous
16/07/2022
Bab 10 First Kiss
16/07/2022
Bab 11 Curious
19/07/2022
Bab 12 Secret Relationship
19/07/2022
Bab 13 Burning Seeing You
19/07/2022
Bab 14 Making Choices
19/07/2022
Bab 15 Low Trap
19/07/2022
Bab 16 Aurora's Second Kiss
19/07/2022
Bab 17 Don't Believe in Love
19/07/2022
Bab 18 Man with Mature Charm
19/07/2022
Bab 19 Dinner Together
19/07/2022
Bab 20 Love Vibration
19/07/2022
Bab 21 On Purpose
19/07/2022
Bab 22 Shameful Attitude
19/07/2022
Bab 23 Rough Love
19/07/2022
Bab 24 Where Are You
19/07/2022
Bab 25 Badminton
19/07/2022
Bab 26 What is This Feeling
19/07/2022
Bab 27 Kina Fell in Love
19/07/2022
Bab 28 Signs of Falling in Love
19/07/2022
Bab 29 Opium
19/07/2022
Bab 30 Go to the Officer Together
19/07/2022
Bab 31 Ingin Saling Menghangatkan
01/08/2022
Bab 32 Memendam Hasrat
03/08/2022
Bab 33 Pesona Austin
03/08/2022
Bab 34 Mempercayai Ungkapanmu (Rate 18+)
05/08/2022
Bab 35 Hasrat Terlarang Ternikmat
06/08/2022
Bab 36 Jatuh Cinta Sebenarnya
06/08/2022
Bab 37 Kumau, Hanya Aku
07/08/2022
Bab 38 Saling Terbakar Menginginkan
08/08/2022
Bab 39 Sebuah Fakta
09/08/2022
Bab 40 Pria Itu, Frank
11/08/2022
Buku lain oleh MariaGusti
Selebihnya