Takdir seseorang tak pernah ada yang tahu, sama seperti takdir Angeline yang harus hidup di hutan sendirian. Hanya sekumpulan hewan yang menjadi teman hidup Angeline karena Angeline menghindar dari manusia. Kehidupan di hutan yang kejam membuat Angeline kehilangan kodratnya sebagai manusia dan tak bisa menjalani aktivitas dengan baik. Siapa sangka, tragisnya kehidupan Angeline membuatnya bertemu dengan laki-laki tampan sang dokter bernama Daren. Daren merasa iba dan ingin mengembalikan kehidupan Angeline sebagai manusia normal, tetapi apakah Daren bisa melaksanakan janjinya sementara dia memiliki Nasya yang menjadi calon istrinya? Lalu, apakah kebersamaan Angeline dan Daren dalam waktu lama menumbuhkan benih cinta dan bisa mengembalikan Angeline sebagai wanita sejati?
"Franky."
Angeline duduk diantara pohon-pohon rindang di sekelilingnya. Suara hewan buas memekkan telinga dan membuat manusia yang mendengarnya ketakutan lantaran takut diterkam. Namun, tak berlaku pada Angeline. Sudah 8 tahun Angeline hidup sendiri bersama hewan di hutan belantara di Kalimantan.
Dari parasnya, sebenarnya Angeline wanita yang cantik dengan tubuh semampai. Namun, kehidupannya di hutan membuat Abgeline lupa kodratnya sebagai manusia. Baik berbicara, cara menyantap makanan dan lainnya. Angeline pun tak memakai pakaian, hanya dedaunan yang menutupi lekukan tubuhnya. Bahkan Angeline tak mengenakan alas kaki sampai permukaan kakinya rusak dan sering terluka.
"Franky," pekik Angeline tak tekendali mengingat wajah Franky, sang tunangan yang meninggal akibat pisau di dadanya. Angeline frustasi membayangkan wajah Franky, dia berlari tak tentu arah sampai akhirnya menabrak seseorang.
Brukkk....!!!
Tubuh Angeline tersungkur ke tanah, begitupun sosok laki-laki yang menabrak Angeline. Laki-laki itu adalah – Daren ..... – Baik Angeline maupun Daren shock dengan pertemuan itu. Khususnya Angeline yang ketakutan karena melihat ada manusia di hutan belantara.
"Kau siapa?" tanya Daren penasaran. Dia berdiri dan melangkahkah kakinya mendekati Angeline. Dia jongkok dan memandang Angeline tajam. "Kau tinggal di hutan?!" Daren berasumsi Angeline tinggal di hutan mengingat kondisi tubuh Angeline.
"Franky," ucap Angeline menatap Daren tajam. Angeline menggenggam lengan Daret erat. Saking eratnya, Daren sampai menggigit bibir bawahnya kejam sebagai reaksi menahan sakit.
"Sepertinya, wanita ini sudah lama tinggal di hutan. Saya harus meminta bantuan agar wanita ini bisa keluar dari hutan, kasian dia." Daren tampak berpikir langkah apa agar dia bisa membawa Angeline ke pemukiman. Dia berdecak kesal karena langkahnya tak mendapat hasil terbaik, tempatnya saat ini jauh dari pemukiman dan butuh berkilo-kilo mil untuk menjangkau pemukiman.
Ya! Daren adalah seorang dokter yang ditugaskan di Pekusmas di daerah terpencil di wilayah Kalimantan. Namun, saat berjalan-jalan di perbatasan hutan dan pemukiman dia terpisah dari dokter lain yang bernama Alvaro. Karena tak ada signal dan GPS sulit diakses, Daren semakin tersesat dan masuk ke hutan belantara. Namun, Daren berusaha tenang dan mengambil hikmah dia tersesat. Daren bisa menemukan Angeline yang membutuhkan pertolongan.
"Franky!" Angeline terkejut melihat lengan Daren terluka dan mengucur darah segar. Dia meraih lengan Daren dan mengajaknya berlari.
"Hey, kau mau bawa saya kemana!" tegas Daren yang khawatir Angeline akan melukainya.
Angeline hanya menoleh sesaat, kemudian dia membiarkan Daren duduk bersandar di pohon jati yang menjulang tinggi dengan cabangan yang kekar. Angeline sibuk memanjat pohon memetik dedaunan, Daren yang menyaksikan aksi Angeline hanya menelan ludah.
"Tarzan! Kenapa saya seperti melihat Tarzan di dunia nyata." Darena berkata dengan heran, selama ini dia melihat gadis yang hidup di hutan di Televisi yang disebut Tarzan. Namun, saat ini dia menyaksikan itu dengan mata kepalanya sendiri.
"Franky." Angeline menghampiri Daren membawa sejumlah dedaunan, dia mengunyah dedaunan itu dan diletakkan dedaunan yang telah halus pada permukaan tangannya. Lalu, Angeline membalurkannya pada lengan Daren yang terluka.
"Tanaman obat, ternyata kau mencari tanaman obat untuk mengobati luka saya," kata Daren seraya menganggukan kepala. Ternyata aksi Angeline memanjat beberapa pohon untuk mengambil tanaman obat.
Daren merasa sebuah pisau menghunus kejam dadanya. Nasib Angeline sungguh miris, entah mengapa Angeline bisa hidup sendirian di hutan belantara. Entah karena keinginannya sendiri, atau karena kejahatan. Namun, melihat Angeline yang menyebut nama 'Franky' penuh kesedihan menjadi pertanda ada masa lalu kelam pada diri Angeline.
"Franky," Angeline kembali bekata saat mendengar bunyi khas ala cacing. Dia mengetahui Daren tengah kelaparan, dia kembali meraih lengan Daren dan mengajaknya berlari ke arah sungai.
"Kenapa kau mengajak saya ke sungai?" tanya Daren dengan napas tersenggal-senggal karena kelelahan diajak Angeline berlari kencang. Walaupun dia seorang laki-laki dan Angeline seorang perempuan, namun kecepatan Angeline berlari layaknya atlet marathon sehingga Daren tak sanggup berlari dengannya.
Angeline hanya mengulum senyum. Senyuman itu menciptakan lubang indah di kedua pipi Angeline, senyuman yang manis yang membuat Daren menelan ludah. Bahkan Daren yakin jika Angeline hidup normal seperti manusia lainnya, Angeline adalah wanita yang cantik dan cerdas mengingat sikap dan tindakan Angeline yang cekatan.
"Hay, kau mau kemana?" Daren khawatir saat Angeline berjalan masuk ke sungai membawa tombak.
Lagi-lagi, Angeline hanya menoleh ke arah Daren dengan senyuman manis. Daren pun merasa tak berguna karena tak mengetahui apa yang Angeline lakukan. Sejak pertemuannya dengan daren hanya dia yang berbicara karena tak ada kata lain yang Angeline katakan selain nama Franky.
Angeline menghunuskan tombak yang terbuat dari kayu ke permukaan air. Detuk berikutnya, Angeline mengangkat tombak kayu dan terdapat satu ikan besar tertancap di ujung tombak. Sontak senyuman Daren merekah melihat itu. Selama ini dia hidup enak dan serba mudah mendapatkan semua keinginannya, namun kali ini Angeline mengajarkannya untuk hidup sederhana mendapatkan kebutuhan dari alam secara alami.
"Ini cara kau memacing ya. Keren, sini saya bantu." Daren menghampiri Angeline dan mengambil ikan. Daren mengumpulkan ikan yang Angeline pancing, setelah ikan berjumlah 4 Daren meminta Angeline berhenti. "Sudah cukup kok, ayo kita bakar," ajak Daren bangga.
"Franky." Angeline kembali meraih lengan Daren, namun Daren malah mundur dan tampak ketakutan Angeline akan mengajaknya kembali berlari.
"Kita jalan aja ya, jalan lebih menyehatkan," tolak Daren halus yang langsung dianggukan oleh Angeline.
Daren dan Angeline mulai mengumpulkan kayu bakar dan di tumpuk menjadi api unggun untuk membakar ikan. Namun, Daren berdecak kesal karena tak memiliki korek api. Dia menggaruk pelipisnya yang tak gatal.
"Franky." Angeline tersenyum puas. Dia mengambil 2 buah batu dan digesek-gesekkan, beruntung dalam beberapa gesekan api berhasil menyala dan membakar dedaunan kering diatas api unggun. Angeline menatap Daren dan membuat Daren takjub dengan kecerdasan Angeline.
"Kau memang hebat!" Daren bertepuk tangan sebagai rasa kagumnya pada pemikiran Angeline yang kritis.
Dengan sigap Daren membantu Angeline membakar ikan diatas api unggun. Walaupun tengah tersesat di hutan belantara yang jauh dari pemukiman, Daren tak terlalu takut karena bertemu dengan Angeline. Ternyata, nama yang Daren berikan untuk Angeline sesuai dengan kepribadian Angeline yang penolong layaknya malaikat.
"Ayo, kau makan." Daren mengambil sedikit daging ikan dengan hati-hati karena masih panas. Kemudian menyodorkan ke mulut Angeline.
Angeline menggelengkan kepala. Karena Angeline menolak diajak makan, Daren melahap ikan bakar sendirian. Saking lahapnya menyantap ikan bakar, Dare tidak sadar diperhatikan Angeline. Angeline menatap wajah Daren dalam disertai air matanya yang menetes.
"Hey, kau menangis?" Daren menghentikan aktivitas makannya saat menyadari Angeline menangis. Daren tampak berpikir dan menemukan pertanyaan yang pas untuk Angeline. "Setiap kau melihat saya, kau kadang menangis, kadang tersenyum dan bahagia. Apa saya mengingatkanmu pada seseorang."
DEG!
Ungkapan Daren berhasil mendebarkan jantung Angeline. Seketika, Angeline menangis kencang dan membuat Daren terkejut karena tangisan Angeline mengundang auman srigala dan beberapa hewan lainnya. tentunya Daren shock dan kebingungan, dia mendekat ke Angeline dan duduk di samping Angeline.
"Kenapa mendadak banyak suara hewan," ucap Daren ketakutan.
Mata Daren membulat saat srigala dewasa berjalan ke arah Angeline dan Daren. Daren langsung menggenggam lengan Angeline dan membawanya lari, namun tangisan Angeline semakin histeris dan mengundang suara hewan buas di hutan.
"Angeline, cepat lari," pekik Daren seraya menyeret tangan Angeline. Namun, srigala dewasa justru hendak menerkam Daren. Untunglah Angeline sigap menghalau dengan berdiri di depan Daren.
"Franky." Angeline berkata tegas seraya menatap srigala dewasa tajam. Kemudian menghampiri sirigala dan membelai kepala sirigala.
"Ya Tuhan, keanehan apa lagi ini." Ucap Daren dalam hati. Matanya melotot menyaksikan hal langka yang serupa dengan tayangan di Televisi. Dia menyaksikan seorang manusia begitu dekat dengan srigala. Bahkan dari penglihatan Daren, srigala tersebut patuh pada Angeline. Buktinya, sang harimau langsung pergi saat Angeline memberikan kode berupa gelengan kepala.
"Franky." Angeline kembali ke samping Daren, dia memegang kening Daren yang bercucuran keringat. Dengan permukaan tangannya, Angeline mengusap keringat di kening Daren kemudian berlari kencang. "Angeline, tingkah kau membuat saya shock. Saya bisa terkena serangan jantung mendadak jika terlalu lama disini," pikirnya keras.
Daren hendak memejamkan matanya untuk menenangkan pikiran dan hatinya yang kacau. Namun, Angeline datang membawakan kepala hijau. Daren yang kehausan, segera menenggak kepala hijau tersebut seraya mengulum senyum.
"Terima kasih. Oya, saya harus kembali ke pemukiman. Apa kau bisa mengantar saya?" Daren akhirnya meminta pertolongan Angeline untuk keluar dari hutan. Dia tak sanggup lebih lama menetap di hutan.
Angeline hanya menganggukan kepala, dia menunduk dengan raut wajah penuh kesedihan. Kesedihan tersebut diketahui Daren, namun tak ada pilihan lain bagi Daren. Daren harus kembali ke pemukiman dan melaporkan keadaan Angeline yang tinggal di hutan. Bagaimananpun caranya, Angeline harus hidup normal layaknya manusia pada umumnya. Untuk itulah Daren harus bisa kembali kempukiman.
"Kau tenang saja. Saya akan kembali setelah urusan saya selesai," janji Daren mengulum senyum. Daren mengetahui kesedihan Angeline yang bahagia atas kehadiran dirinya.
Angeline akhirnya mengangguk seolah mengetahui Daren akan kembali menemuinya di hutan. Keduanya saling melempar senyum tulus seolah enggan berpisah, namun Angeline akhirnya berdiri dan mengajak Daren berjalan. Daren yakin Angeline akan mengantarnya ke pemukiman warga.
Butuh waktu 4 jam untuk Daren dan Angeline berada diantara perbatasan hutan dan pemukiman. Namun, Angeline merasa ketakutan dan merasa dirinya terancam. Hal tersebut karena Angeline tak pernah bertemu dengan manusia, dahulu Angeline pernah bertemu pemburu hewan di hutan. Sayangnya pemburu itu menembak kaki Angeline dan berniat jahat. Untunglah Angeline ketakutan dan bersembunyi setiap bertemu manusia. Hanya pada Daren, Angeline bisa berinteraksi karena wajah Daren mirip dengan Franky.
"Kau jangan takut. Kau bisa kembali ke hutan, terima kasih ya sudah mengantar saya ya. Jangan lupa, tunggu saya di sungai tempat kita memancing ya." Daren mengulum senyum seraya memegang bahu Angeline, memerikan energi positif agar Angeline bisa tenang.
Angeline mengulum senyum tulus. Dia menganggukan kepala dan memandang wajah Daren intens, detik berikutnya dia berlari cepat masuk ke hutan belantara.