Leana tahu, ia tak secantik Sasmita. Leana juga tahu, ia tak sepintar Sasmita. Andai Leana bisa memilih, ia tak akan menerima Elvano sebagai suaminya. Dan andai kakanya yang cantik serta cerdas itu tak pergi begitu saja meninggalkan Elvano di hari pernikahan mereka, Leana tidak akan terjebak dengan lelaki dingin seperti Elvano. Elvano terlihat jelas menolak kehadirannya. Semua yang dilakukan Leana selalu salah dimatanya. Leana paham jika ia bukanlah sosok istri pilihan seorang Elvano Mahendra, tetapi bisakan pria itu menghargainya sedikit saja? Puncak dari kesabaran Leana ketika Sasmita kembali. Leana yang sudah tak kuasa menanggung kepedihannya menggugat cerai Elvano. Tetapi Elvano dengan tegas menolak perceraian yang Leana layangkan. "Tidak ada yang namanya perceraian, Leana. Kamu tetap menjadi istri saya, dan selamanya akan begitu" Lantas, mengapa Elvano tetap mempertahankannya ketika perempuan yang pria itu cintai sudah kembali ke sisinya?
"Mas Elvano, tolong pelan-pelan jalannya, saya kesusahan membawa koper ini" Pria itu bungkam, membuat Leana mengatupkan bibirnya.
Setelah pulang dari kantor urusan agama, Elvano memang langsung menuju ke kediaman utamanya, Leana yang tak tahu apa-apa hanya pasrah mengikuti sang suami.
Tidak ada yang namanya resepsi pernikahan atau pesta besar-besaran, karena mereka menikah di KUA. Dan itupun hanya keluarga inti serta teman terdekat saja yang mengetahuinya.
"Kamar kamu ada di ujung, sedangkan kamar utama saya yang tempati. Jika butuh apa-apa bisa langsung hubungi mbok Sumi"
Leana mengangguk paham, sedangkan Elvano dengan cepat membuka pintu kamarnya. Dan meninggalkan Leana yang masih mematung di tempatnya.
"Oke Lea, ini baru awal. Semangat! Demi adik dan kedua orang tua kamu, okay!" setelahnya Leana berjalan dengan santai ke arah kamarnya. Perempuan itu menyeret kopernya dengan sedikit kesusahan, apalagi roda kopernya yang hanya tinggal sebelah. Membuat Leana mengeluarkan tenaga ekstra.
Setelah sampai di kamar yang akan ia tempati, Leana berdecak kagum melihatnya. Ini terlalu mewah, apalagi ditambah dengan interior yang memanjakan mata. Leana akui dirnya bukanlah berasal dari keluarga yang status sosialnya tinggi, dan melihat secara langsung gaya hidup orang kaya membuat Leana takjub akan kemewahan yang disuguhkan.
Perempuan itu bergegas membereskan bajunya dari dalam koper, dan memindahkannya ke dalam lemari. Setelah dirasa cukup, Leana membuka pintu kamarnya menuju ruang makan. Karena ingin mengisi perutnya yang tak menyentuh nasi sedari pagi, hingga larut malam seperti ini.
"Akh!" Leana cukup kaget melihat Elvano yang duduk dengan santai, sembari menyantap hidangannnya dengan cahaya lampu remang-remang.
"Maaf, saya kira bukan mas Elvano" Pria itu bungkam, membuat Leana tersenyum kikuk.
"Kenapa masih berdiri? Duduklah, dan makan dengan tenang"
Leana bergegas mengambil duduk di hadapan pria itu, Leana menyendok nasinya dengan hati-hati. Lalu mengambil sepotong ayam dan sedikit sambal. Ia mulai menyantap hidangannya dengan tenang, sesekali atensinya mengarah kepada sang suami.
Sangat tenang dan tak tersentuh. Membuat Leana begitu segan mengajak Dokter tampan itu untuk sekedar berbasa-basi.
"Saya akan ke rumah sakit setelah ini."
Leana langsung mengangkat wajahnya, perempuan itu mengangguk kaku sambil berdehem singkat "Apa ada yang perlu saya siapkan untuk kebutuhan mas Elvano?"
Elvano mengambil serbet yang ada di pangkuannya, lalu mengelap bibirnya dengan gaya elgan. Leana sampai mematung melihatnya.
"Tidak perlu, saya sudah menyiapkan semua kebutuhan saya sendiri." Elvano berdiri dari duduknya, lalu menatap Leana dalam, membuat perempuan itu menahan nafas." Kita jalani pernikahan ini seperti pernikahan pada umumnya, tetapi jangan mengusik privasi satu sama lain.
Leana terdiam, namun tak urung menganggukkan kepalanya. "Baik, dan soal-"
"Tetap berlaku" potong Elvano cepat "Kita memang menjadi pasangan normal pada umumnya, tetapi ingat. Tidak boleh ada cinta, jika saya tau kamu menyimpan rasa. Kita selsai "
Leana tergugu, ia memang tak mengharapkan cinta dari pria dingin itu. Leana cukup sadar diri di mana posisinya sekarang ini, ia hanyalah pengganti sementara, sebelum sang pemeran utama datang.
"Baik mas, tetapi bagaimana jika mas Elvano sendiri yang jatuh cinta kepada saya?"
Elvano tertawa remeh, pria itu melangkah ke arah Leana, dan membungkukkan badannya seraya berbisik lirih di telinga perempuan itu.
"Bukankah mimpi kamu terlalu tinggi Leana Pramita?"
Bab 1 Awal pernikahan
07/06/2023
Bab 2 Mencari tahu tentang Elvano
07/06/2023
Bab 3 Melihatnya dengan perempuan lain
07/06/2023
Bab 4 Perasaan menyesakkan
07/06/2023
Bab 5 Kesedihan Leana
07/06/2023
Bab 6 Surat peringatan
07/06/2023
Bab 7 Kedatangan Mama mertua
07/06/2023
Bab 8 Saya menginginkan kamu sekarang
07/06/2023
Bab 9 Menyatu
07/06/2023
Bab 10 Khawatirnya Elvano
07/06/2023
Bab 11 Cepat tumbuh dedek bayi
07/06/2023
Bab 12 Acuh tak acuh
07/06/2023
Bab 13 Ada apa dengan Elvano
07/06/2023
Bab 14 Istri tidak becus
07/06/2023
Bab 15 Pasal 1, mertua tidak pernah salah
07/06/2023
Bab 16 Hamil
07/06/2023
Bab 17 Suasana haru dan kesedihan
07/06/2023
Bab 18 Sania vs Rosita
07/06/2023
Bab 19 Kehamilan Simpatik
07/06/2023
Bab 20 Ngidam
07/06/2023
Bab 21 Dia mengetahuinya
08/06/2023
Bab 22 Teman yang julid
09/06/2023
Bab 23 Sasmita Kembali
10/06/2023
Bab 24 Ketakutan Leana yang tak berujung
11/06/2023
Bab 25 Kemarahan Leana
12/06/2023
Bab 26 Perempuan serakah
13/06/2023
Bab 27 Aku mencintaimu
15/06/2023
Bab 28 Pertemuan Elvano dan Sasmita
16/06/2023
Bab 29 Kebohongan pertama
17/06/2023
Bab 30 Mengapa harus dia
18/06/2023
Bab 31 Makan malam bersama Sasmita
20/06/2023
Bab 32 Perkelahian Elvano dan Zion
24/06/2023
Bab 33 Kecewanya Leana
26/06/2023
Bab 34 Menjadi perempuan egois
29/06/2023