Dion tidak pernah menduga bahwa hari ketika ia dan Nenek Melati menyelamatkan seorang wanita muda dari ancaman sekelompok pria jahat akan mengubah kehidupannya selamanya. Wanita itu, Kayla, adalah sosok yang mandiri dan tangguh meski terjebak dalam situasi berbahaya. Keberanian dan kelembutan hati Kayla perlahan memenangkan hati Nenek Melati, yang kemudian berharap cucu satu-satunya bisa menjadikan Kayla sebagai pendamping hidup. Keinginan sang nenek ternyata mampu menyalakan percikan di hati Dion yang selama ini tertutup rapat. Namun, jalan cinta Dion dan Kayla tidaklah mudah. Ibunya, Bu Ratna, telah lama menjodohkan Dion dengan Amara, seorang wanita ambisius yang tak pernah menyerah memenangkan hati Dion. Amara tidak hanya menginginkan Dion sebagai pasangan, tetapi juga melihat pernikahan dengannya sebagai tiket menuju kemewahan dan status sosial. Kehadiran Kayla membuat Amara geram. Ia menyusun rencana demi rencana untuk menghancurkan hubungan Dion dan Kayla, termasuk menggali rahasia masa lalu Kayla yang dapat menghancurkan reputasinya. Di sisi lain, Bu Ratna merasa Kayla tidak pantas masuk ke dalam keluarga mereka. Dion kini berada di tengah pusaran cinta sejati, ambisi, dan konflik keluarga. Akankah ia mampu mempertahankan cintanya pada Kayla? Atau justru Amara akan berhasil menghancurkan kebahagiaan mereka? Saat rahasia kelam dari masa lalu muncul ke permukaan, pembaca akan disuguhkan drama penuh intrik, pengkhianatan, dan cinta yang dipertaruhkan.
Langit sore mulai berubah kelabu, menandakan hujan akan segera turun. Dion baru saja selesai menghabiskan waktu bersama Nenek Melati, seorang wanita tua yang sangat ia hormati. Bagi Dion, Nenek Melati bukan hanya seorang nenek, tetapi juga seperti ibu kedua yang selalu ada untuknya sejak kecil.
Ketika mereka berdua berjalan menuju mobil, suara gemuruh petir mulai terdengar dari kejauhan. "Dion, kita harus segera pulang. Cuaca buruk seperti ini tidak baik untuk tulang tua nenek," ucap Nenek Melati sambil memegangi lengannya.
Dion tersenyum tipis, membuka payung, dan memayungi neneknya. "Tenang saja, Nek. Kita akan sampai di rumah sebelum hujan deras."
Namun, langkah mereka terhenti saat mendengar suara teriakan dari arah gang kecil di seberang jalan. Suara itu memecah suasana yang sepi, membuat Dion refleks menoleh.
"Lepaskan aku! Jangan sentuh aku!" teriak suara wanita, diiringi suara langkah kaki yang tergesa-gesa.
Nenek Melati langsung memegang tangan Dion erat. "Ada apa itu, Dion? Kamu dengar suara wanita tadi?"
"Ya, Nek. Nenek tunggu di sini. Saya akan lihat."
"Dion, jangan gegabah! Jangan sampai kamu terluka," perintah Nenek Melati dengan nada cemas.
Namun, Dion tidak mendengarkan. Ia segera berlari menuju sumber suara. Ketika ia sampai di gang itu, ia melihat seorang wanita muda yang tampak ketakutan. Wajahnya penuh keringat, rambutnya berantakan, dan pakaiannya sedikit sobek. Ia dikelilingi tiga pria berpenampilan kasar.
"Sudah kubilang, jangan melawan! Kamu tidak punya pilihan," salah satu pria itu berkata dengan nada mengancam.
Wanita itu mundur beberapa langkah, tetapi punggungnya sudah terhimpit tembok. Meski takut, ia berusaha tetap tenang. "Aku tidak akan membiarkan kalian menyakitiku!"
"Lepaskan dia!" suara Dion menggelegar, membuat ketiga pria itu menoleh.
Salah satu dari mereka, pria bertubuh besar dengan tato di lehernya, mengangkat alis. "Dan siapa kamu? Jangan ikut campur urusan orang lain kalau tidak ingin celaka!"
Dion tidak mundur. Dengan tubuh tegap dan mata tajam, ia mendekati mereka. "Kalian sudah cukup membuat keributan. Pergi sekarang, atau aku pastikan kalian tidak akan lolos dari masalah."
Salah satu pria lain yang lebih kecil mendekati Dion dengan seringai. "Berani sekali kamu, anak muda. Lihat siapa yang akan kalah di sini!"
Pria itu menyerang, tetapi Dion lebih cepat. Dengan gerakan sigap, ia menangkap tangan pria itu dan memukulnya hingga tersungkur. Dua pria lainnya maju bersamaan, tetapi Dion tetap mampu melawan mereka. Pertarungan berlangsung sengit, dengan suara pukulan dan teriakan menggema di gang itu.
Wanita yang diserang tadi berdiri di sudut, menyaksikan Dion yang berjuang untuk menyelamatkannya. Dalam hati, ia merasa kagum sekaligus takut. Tidak ada yang pernah berani membela dirinya sebelumnya.
Ketika salah satu pria mencoba melarikan diri, suara sirine polisi terdengar dari jauh. Ketiga pria itu segera kabur, meninggalkan Dion dan wanita tersebut. Dion, yang napasnya mulai tersengal, berbalik dan menghampiri wanita itu.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Dion, matanya menatap penuh perhatian.
Wanita itu mengangguk pelan, meski tubuhnya masih gemetar. "Terima kasih... aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kamu tidak datang."
"Namaku Dion. Kamu?"
"Aku Kayla," jawabnya dengan suara lirih.
Sebelum mereka sempat berbicara lebih jauh, langkah kaki Nenek Melati terdengar mendekat. "Dion! Kamu tidak apa-apa?"
Dion menoleh, memberikan senyuman menenangkan. "Saya baik-baik saja, Nek."
Namun, pandangan Nenek Melati langsung tertuju pada Kayla. "Ya ampun, Nak. Kamu terlihat sangat ketakutan. Apa yang terjadi?"
Kayla hanya bisa menunduk, tak mampu menjawab. Nenek Melati mendekatinya, memegang tangannya dengan lembut. "Kamu aman sekarang. Ayo ikut kami. Kamu bisa tinggal di rumah kami untuk sementara."
Kayla tampak ragu. "Tapi... saya tidak ingin merepotkan."
"Tidak ada yang merepotkan. Kamu butuh tempat aman. Anggap saja ini sebagai tempat istirahat sementara," ujar Nenek Melati dengan senyuman penuh kehangatan.
Dion, meski sedikit bingung dengan keputusan neneknya, tidak membantah. "Ayo, saya akan mengantarmu ke mobil."
Kayla akhirnya mengangguk. Dengan langkah pelan, ia mengikuti Dion dan Nenek Melati. Meski tubuhnya masih lelah dan pikirannya kacau, ada rasa aman yang mulai menyelimuti hatinya.
Di perjalanan menuju rumah, Nenek Melati tidak berhenti berbicara kepada Kayla, mencoba membuatnya merasa nyaman. Sementara itu, Dion duduk di depan, sesekali melirik melalui kaca spion ke arah Kayla. Hatinya mulai dipenuhi rasa ingin tahu. Siapa sebenarnya wanita ini, dan kenapa ia berada dalam situasi berbahaya tadi?
Namun, Dion tidak menyadari bahwa pertemuan ini hanyalah awal dari perjalanan panjang yang akan mengubah hidupnya selamanya.
Bab 1 Langit sore mulai berubah kelabu
06/12/2024
Bab 2 Di sepanjang perjalanan menuju rumah
06/12/2024
Bab 3 sinar matahari menerobos masuk melalui celah tirai kamar Kayla
06/12/2024
Bab 4 Malam menjelang dengan suasana yang hening di rumah Nenek Melati
06/12/2024
Bab 5 Dion tidak bisa tidur dengan tenang
06/12/2024
Bab 6 Wanita itu terlihat seperti seseorang yang tidak mudah menyerah
06/12/2024
Bab 7 Meski berada di bawah atap yang aman
06/12/2024
Bab 8 mencoba menikmati segelas teh hangat
06/12/2024
Bab 9 setelah ancaman dari orang-orang misterius
06/12/2024
Bab 10 Rahasia masa lalunya
06/12/2024
Bab 11 Di balik sebuah ruangan mewah di hotel bintang lima
06/12/2024
Bab 12 Manda semakin gencar menjalankan rencananya
06/12/2024
Bab 13 Dion dan Kayla sedang berdiskusi serius bersama Nenek Melati
06/12/2024
Bab 14 Setelah keruntuhan Manda
06/12/2024
Bab 15 Bayang-bayang masa lalu Kayla semakin menghantui
06/12/2024
Bab 16 Setelah kejatuhan Raka
06/12/2024
Bab 17 kehidupan Dion dan Kayla mulai memasuki babak baru
06/12/2024
Bab 18 Hari-hari berikutnya menjadi penuh tantangan bagi Dion dan Kayla
06/12/2024
Bab 19 Pakaian mahalnya mencerminkan kesombongannya
06/12/2024
Bab 20 Setelah persidangan dan ancaman terakhir yang diterima Dion
06/12/2024
Bab 21 Dion memutuskan untuk meningkatkan pengamanan rumahnya
06/12/2024
Bab 22 Lampu meja yang menyala memberikan penerangan redup di ruangan
06/12/2024
Bab 23 pikirannya terus kembali kepada insiden di perjalanan pulang kemarin
06/12/2024
Bab 24 Aditya masuk ke ruangannya dengan wajah serius
06/12/2024
Bab 25 Dion mengatur segalanya dengan penuh kehati-hatian
06/12/2024
Bab 26 Pertempuran di pengadilan telah dimulai
06/12/2024
Bab 27 ada pula harapan baru yang tumbuh
06/12/2024
Bab 28 Setelah bulan-bulan penuh perjuangan dan penyesuaian
06/12/2024
Bab 29 saling memandang dengan intensitas yang tidak biasa
06/12/2024
Bab 30 Keheningan yang memekakkan telinga menyelimuti ruang pengadilan
06/12/2024
Bab 31 banyak emosi yang sulit untuk dijelaskan
06/12/2024
Bab 32 harapan dan ketakutan
06/12/2024
Bab 33 keputusan yang diambil di dunia ini selalu memiliki konsekuensinya
06/12/2024
Bab 34 mencoba menyusun pikirannya yang mulai berantakan
06/12/2024
Bab 35 jauh dari hiruk-pikuk kota
06/12/2024
Bab 36 perbincangan serius dengan Dion
06/12/2024
Buku lain oleh Sutrisno
Selebihnya