Jodoh Pilihan Oma
han, merasa asing dengan kenyamanan tempat tidur di sekitarnya. Butuh beberapa detik baginya untuk menging
ga yang mekar seolah menyambutnya dengan hangat. Tapi, rasa syukur yang mulai mengisi hatinya itu segera diselimuti kecemasa
mar dike
Suara lembut Nenek Melati
n membuka pintu. "Iya,
Nenek saja, Nak. Tidak usah sungkan. Ayo, t
uk dengan ragu
nyerbu hidung Kayla. Dion sudah duduk di meja makan, mengenakan kemeja putih dan celana ba
k Melati sambil menar
ra suasana hangat ini, tetapi ia tidak bi
Kayla pelan sambil me
inya, akhirnya membuka suara. "A
Ia menunduk, merasa bingung. "Saya... saya belum tahu.
cara seperti itu. Kamu tidak merepotkan siapa
" Kayla menco
n," kata Nenek Melati tegas. "Kamu am
ak bisa diganggu gugat. Tapi ada sesuatu yang mengusik pi
berdiri dari kursinya. "Aku ha
"Hati-hati di jalan, Dion
elum meninggalkan ruangan. Gadis itu tampak gugup di
dengan Ling
taman belakang. Mereka duduk di bangku kayu di b
ni adalah tempat yang penuh kasih. Jangan takut atau merasa terbe
ma kasih, Nek. Saya benar-bena
ai membangun kembali hidupmu. Kalau kamu mau, aku bisa mem
diberikan Nenek Melati benar-benar tulus, se
mbali ke rumah, seseorang mengetuk pintu depan dengan keras. Kayla yang
u?" tanya Kayla
ebelah," jawab Nenek Melati sant
dengan penampilan rapi dan ekspresi penasaran ma
baru," kata Riska dengan nada sedikit menyindir
sambil tersenyum lebar. "Dia akan
i ujung kepala hingga ujung kaki. "Kamu dari mana, Nak
tapan tajam itu. "Saya... saya baru p
rbalik ke arah Nenek Melati. "Kamu ini memang selalu ba
ang aku lakukan, Riska. Dan aku tidak butuh nasihat tent
tkan." Setelah itu, ia pamit dengan senyuman tipi
an Tak
sebuah mobil berhenti di depan rumah. Kayla mengenali mobil itu s
ut. Ia membawa beberapa berkas di tangan, tampak lela
ini?" tanya Dion samb
nek menyiram bunga,
. Jangan terlalu lama di
etapi sebelum menutup pintu, ia sempat melirik Kayla lagi. Ada sesua
t Dion dengan senyuman hangat. "Kamu
awab Dion sambi
h dulu. Oh, aku hampir lupa, besok kita harus pergi ke pasar
engan alis terangkat. "
pula, aku tidak bisa membawa barang belan
ela napas.
di rumah ini perlahan-lahan mulai terbentuk. Tapi di balik kedam