Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
closeIcon

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka

Samuel Andi

2 Buku yang Diterbitkan

Buku dan Cerita Samuel Andi

Ayah Mertuaku, Musuhku

Ayah Mertuaku, Musuhku

Romantis
5.0
Setelah kematian tragis suaminya, Laras merasa dunianya runtuh. Namun, keluarganya, terutama mertua, memperlakukannya dengan sangat hangat. Mereka seolah ingin menutupi kesedihan Laras dengan perhatian yang tulus, membuatnya merasa sedikit tenang di tengah duka yang mencekam. Di antara mereka, Rizqan, abang iparnya, selalu hadir dengan senyum yang lembut. Laras selalu mengira itu sekadar perhatian keluarga, tapi lama-kelamaan ia mulai merasakan sesuatu yang berbeda di setiap tatapan Rizqan. Ada kehangatan dan kepedulian yang tak biasa, seolah menyembunyikan perasaan yang lebih dalam. Malam itu, hujan turun deras, dan Laras duduk sendiri di ruang tamu sambil menatap hujan yang membasahi kaca jendela. Rizqan masuk, membawa dua cangkir teh hangat. "Ini, biar hangat," katanya, suaranya lembut dan nada yang lebih dalam dari biasanya. Laras menerima cangkir itu dengan tangan gemetar. "Terima kasih, Rizqan..." suaranya nyaris tak terdengar. Percakapan mereka mengalir begitu saja, ringan tapi penuh makna terselubung. Mereka tertawa, berbagi cerita masa lalu, dan tanpa disadari jarak di antara mereka terasa semakin dekat. Saat larut malam, hujan tak kunjung berhenti, dan suasana menjadi semakin intim. Rizqan duduk lebih dekat, menatap Laras dengan tatapan yang tak bisa disembunyikan lagi. "Laras... aku... aku tidak bisa membohongi perasaanku lebih lama lagi," ucapnya, suaranya nyaris bergetar. Laras menatapnya, hatinya campur aduk antara takut dan rindu. Tanpa sadar, mereka tertarik satu sama lain, dan malam itu, dalam kesunyian rumah yang diterangi lampu redup, mereka membiarkan perasaan yang lama tertahan itu meledak-menghapus duka sejenak dengan kehangatan yang terlarang tapi nyata.