Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
2K
Penayangan
15
Bab

Karir dan juga kekuasaan membuat Bella lupa akan tanggung jawabnya sebagai seorang istri. Dia memang di bebaskan oleh Aris untuk bekerja setelah mereka menikah Namun,setelah di rasa arus kalau dia terlalu jenuh dengan semua yang Bella lakukan padanya,salahkah Aris memilih Ana menjadi pengganti Bella?

Bab 1 Sebutan pelakor

"Mas bicara apa sih? Ayok pulang," Ujar

Ana.

Kakinya sudah berjalan meninggalkan pria itu, dia benar-benar malu, mengapa bisa ada seorang pria sepeka itu terhadap sekelilingnya.

Di dalam Mobil.

"'Ah sial!" Maki Aris dalam hati. Saat merasakan celananya yang terasa sedikit sesak.

Betapa dia menginginkan gadis itu malam ini, tubuhnya benar-benar membuatnya candu, apalagi sudah lama dia menahan hasratnya semenjak berpisah dengan mantan istrinya itu, andai mereka sudah menikah, mungkin saat ini gadis itu sudah berada di bawah tubuhnya.

"Kyaaa." Tanpa sadar Ana langsung histeris saat melihat celana pria itu yang tampak menonjol, dia benar-benar malu. Andai tadinya dia tidak mengabulkan permintaan pria itu, yang pastinya sekarang ini dia tidak akan menemukan pemandangan yang begitu menjijikan itu, dia sempat menyesal karena sudah menuruti kemauan pria itu tadinya.

"Apa kau ingin menyentuhnya sayang?"

Tawar Aris. Bibirnya tersenyum menggoda.

"lihh mas mesum!" Maki Ana lalu membuang pandangannya ke arah luar kaca mobil. Dia kesal sekali dengan ulah nakal pria itu.

Sementara Aris lagi-lagi hanya terkekeh lalu melajukan mobilnya untuk pulang.

Walau bagaimanapun begitu bernafsunya dia saat ini, dia tetap berusaha menahannya.

Karena alasan status mereka yang belum menikah.

******

Beberapa hari kemudian.

Puk..

Tepukan lembut di bahu Ana.

"Lho kok murung gitu sih wajahnya?"

Tanya Sheri khawatir saat melihat ulah sahabatnya itu.

Ana sengaja kembali mengajak sahabatnya itu untuk menginap di rumahnya, demi menemaninya di sana selama kepergian calon suaminya itu.

"Gak kok, gue lagi kangen aja sama mas

Aris, Jawab Ana jujur.

"Ihh cie..ciee... Yang sekarang lagi kangen kangenan, Ledek Sheri.

"Kenapa Iho gak telepon aja sih? kalau lagi kangen' Ujar Sheri memberi saran.

"Gue gak mau ganggu mas Aris, lagian kayaknya mas Aris lagi sibuk banget, buktinya sudah beberapa hari kepergian dia ke luar negeri, dia gak ada telepon gue sampai sekarang," Jawab Ana lesu.

"Yang sabar ya sayang, ujian, lagi pula kan kalau udah pulang nanti kalian langsung nikah, kan enak tu, pas malam pertama kalian bisa langsung curahin semua gejolak kerinduan yang ada di dada ya kan, ya kan,'

Jjar Sheri. Sembari mengedip-ngedipkan matanya untuk menggoda sahabatnya itu.

"Ihhh lu apaan sih, bikin malu tau gak"

Jawab Ana. Wajahnya sudah memerah.

"Hahaah, duhhh perut gue mendandak sakit ni gara-gara ngerujak tadi, gue tinggal kebelakang dulu ya an?" Pamit Sheri. Seraya memegangi perutnya yang sakit.

"Ya Jawab Ana.

Setelah kepergian sahabatnya itu Ana pun memilih untuk keluar rumah demi untuk duduk di bangku taman yang ada di hadapan rumahnya itu.

Angin sore berhembus menerpa tubuhnya,

Ana menyesal karena baru kali ini duduk di sana setelah sekian lama tinggal di rumah itu.

Pemandangan yang ada di depan rumahnya itu benar-benar mengingatkannya akan kampung halamannya dulu.

"*Ah rindunya, andai nantinya bisa kembali e kampung halaman bareng mas Aris*" Gumam Ana.

"Non, bibik mau belanja dulu ya, kebetulan semua keperluan rumah udah pada habis' Jjar pembantu rumah tangganya itu meminta izin. Seketika langsung membubarkannya dari lamunannya itu.

"Ah iya bik, sekalian beliin Ana martabak di tempat biasa yang Ana pesan sama bibik beberapa waktu yang lalu ya' Pesan Ana.

"lya non," Jawab bibik itu.

Tak lama setelah kepergian pembantu rumah tangganya itu. Telinga Ana pun langsung menangkap sebuah suara deru mesin mobil yang tepat berhenti di hadapannya itu.

Ana sempat bertanya-tanya dalam hatinya saat melihat mobil yang tak di kenalinya itu berhenti di sana. Matanya terus menatap ke arah mobil itu untuk mengetahui siapa pemiliknya dan juga apa maunya.

Tak.takkk.

Suara langkah kaki si pemilik mobil berjalan mendekat ke arahnya.

Deg...deggg.

Jantung Ana seketika berdetak sangat kencang saat mengenali siapa perempuan itu, tubuhnya langsung gemetaran dan bermandikan keringat.

Sepanik apapun dia saat ini, namun bibirnya tetap dia usahakan untuk terus tersenyum ke arah perempuan itu. Entah sejak kapan

Ana menyadari, dirinya yang sekarang benar-benar sudah cocok untuk terjun ke dunia entertainment karena kemampuan aktingnya yang sudah cukup hebat.

"lbuk' Sapa Ana lembut. Lalu cepat-cepat berdiri dari duduknya untuk menyambut kedatangan mantan majikannya itu.

Tangannya sudah terulur demi untuk menyalimi perempuan itu.

Plakkk..

Bella pun langsung mendaratkan tamparannya di pipi gadis itu. Dia benar-benar geram saat melihat ulah gadis itu.

"Lancang sekali gadis ini, masih bisa memasang tampang polosnya itu untuk mencoba mengelabuiku' Maki Bella dalam hatinya.

Sementara Ana hanya terlonjak kaget dengan perlakuan mantan majikannya itu. Perih, pipinya terasa perih akibat tamparan wanita itu. Namun bibirnya tetap ia paksakan agar terus tersenyum ke arah perempuan itu.

"lbuk, kenapa ibu menampar Ana? apa Ana ada melakukan kesalahan sama ibuk' Ujar

Ana meminta penjelasan.

Plakkk..

Bella kembali mendaratkan tamparannya di pipi gadis itu saat mendengar ucapannya yang sok pura-pura bodoh itu.

Sementara

Ana lagi-lagi hanya bisa meringis kesakitan saat merasakan pipinya yang semakin bertambah perih.

"*****! Apa kau pikir aku sebodoh itu heh! aku tidak akan tertipu lagi dengan tampang pura-pura polosmu itu sekarang, seharusnya sejak jauh hari sebelum kau merebut mas Aris dariku kau harus pikirkan beberapa kali terlebih dahulu dengan siapa kau akan berhadapan ehhh!" Maki Bella geram.

Matanya menatap tajam ke arah gadis itu.

Dia geram sekali karena selama ini bisa tertipu saat melihat tampang polos wanita

Srigala berbulu domba itu.

Degg...deg.degg

Debaran jantung Ana pun semakin berpacu dengan sangat cepatnya. Seakan-akan dirinya baru saja menyelesaikan lomba lari maraton, saat mendengar penuturan wanita itu.

Dia tak menyangka kalau perasaan tak tenang yang terus menghinggapinya selama beberapa hari terakhir ini benar-benar terjadi.

"lbuk, maksud ibuk apa? Ana gak pernah ada niatan sekalipun buat rebut bapak dari ibuk' Ujar Ana membela diri.

"Gak pernah ada niatan sekalipun buat rebut mas Aris dari aku kamu bilang!?"

Kecam Bella. Tangannya sudah mengepal erat karena semakin geram.

"Buk, sungguh Ana gak pernah rebut bapak dari ibuk, bahkan kami menjalin hubungan saja pas bapak udah resmi cerai sama ibuk" Ujar Ana menjelaskan.

"Heh kau pikir aku akan percaya begitu saja dengan kata-katamu itu heh, aku lebih mengenal mas Aris di banding kamu, aku benar-bernar gak nyangka ya An kalau kamu itu rupanya diam-diam goda mas Aris di belakang aku, dasar kamu pelakor! wanita murahan, apa kamu segitu gak lakunya ehh sampai harus merusak rumah tangga orang lain!" Maki Bella lagi.

Tangannya sudah menjambak rambut gadis itu, sementara Ana hanya meringis kesakitan.

"Buk, Ana gak salah, Ana gak pernah menggoda suami ibuk sekalipun." Ana masih bersikeras membela diri, karena nyatanya dia memang tak pernah menggoda pria itu.

Deg.

Saat dia mengucapkan kata-kata itu.

Tiba-tiba memory ingatannya kembali melintas tentang kejadian saat pertama kali dia tinggal di rumah itu.

Yang mana dengan santainya dia meminta pertolongan pada majikan prianya itu untuk menemaninya tidur di saat mati lampu waktu itu. "Ah, apakah itujuga termasuk menggoda?"

Batin Ana.

Ana pun baru tersadar kalau perbuatannya waktu itu benar-benar sudah salah. Tidak seharusnya dia meminta pertolongan kepada seorang pria untuk menemaninya tidur di kamar walaupun situasi saat itu tidak memungkinkan, terlebih pria itu juga sudah beristri.

Bahkan karena ulahnya itu,mereka juga sempat bercumbu walaupun tanpa ****

"Ehhh di dunia ini mana ada maling yang ngaku maling, dasar ******! wanita murahan!" Caci makian tak hentinya terlontar dari mulut Bella.

Tangannya semakin kuat untuk menjambak rambut gadis itu.

"Buk maafin Ana buk, Ana emang pernah ngajak pak Aris buat nemenin Ana tidur di kamar, karena waktu itu situasinya lagi darurat, tapi sungguh buk, Ana hanya memintanya untuk menemani Ana tidur di kamar, tanpa melakukan apa-apa, di hati

Ana gak pernah ada niatan sekalipun buat rebut bapak dari ibuk' Jawab Ana.

Tubuhnya sudah beringsut ke kaki perempuan itu, untuk mendapatkan pengampunannya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Kendari_Delvitha

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku