Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
1.7K
Penayangan
14
Bab

Ketika Aris tidak merasakan kasih sayang yang di berikan oleh Bella kepadanya,dia masih berusaha untuk memahami kesibukan Bella. Apalagi kedua keluarga mereka tidak merestui hubungan mereka,jadinya,mereka harus backstreet dari kedua keluarga mereka yang sama-sama memiliki dendam pribadi yang tidak berkesudahan. Penantian Aris akan perubahan Bella membuat dia merasa kalau dirinya mulai jenuh dengan semua itu, perhatian yang dia dapatkan dari Ana membuat dia merasa,rasabyang seharusnya untuk Bella,mulai dia rasakan berubah kepada Ana.

Bab 1 Membagi rahasia pribadi

"Ya pak' Jawab Ana sopan.

Setelah tiba di dekat majikannya itu.

"Duduklah!" Peritah Aris.

Sembari mengisyaratkan tangannya agar gadis itu duduk di sofa yang ada di sampingnya itu.

"Baik pak" Sahut Ana.

Lalu duduk di sofa yang di maksud oleh majikannya itu.

"Ana, mungkin semenjak kedatangan Elios tempo hari, dan juga keluargaku ke sini hari ini aku yakin sekali kalau di benakmu kau pasti terus-terusan bertanya, mengapa bisa mereka selalu mengejek dan mengiramu kekasihku bukan?" Tanya Aris.

Matanya menatap ke arah gadis itu

"liiiiya pak' Sahut Ana membenarkan.

Wajahnya tampak memerah saat mengakui itu.

"Awalnya kami memang tidak akan pernah memberitahu pada siapapun selain orang-orang yang hanya menjadi kepercayaan kami, tapi berhubung kau juga terlibat di dalam masalah ini, jadi aku memutuskan untuk memberitahu kebenarannya padamu" Ujar Aris menjelaskan.

Ana sempat kebingungan dengan maksud pria itu, tapi Ana tetap duduk manis dan mendengarkan dengan baik apa yang akan di katakan oleh pria itu selanjutnya.

Sebelum Aris meneruskan ucapannya,

Aris terlebih dahulu menarik nafasnya lalu membuangnya kembali, karena ini pertama kalinya dia menceritakan hal pribadinya kepada orang lain.

"Aku dan Bella hanya menikah Siri, bahkan di saat awal pernikahan kami sampai saat ini, kedua belah pihak keluarga kami tidak tahu menahu soal itu, mungkin kau sempat tak percaya dengan ucapanku, tapi itulah kernyataannya, aku memang sengaja menceritakan ini padamu, alasannya hanya karena aku ingin agar kedepannya kau tetap tutup mulut dan tidak menanyakan apa-apa kepada semua kerabatku kalau sewaktu-waktu mereka berbuat hal yang sama lagi, aku harap kau dapat memaklumi mereka, kau tak usah melakukan apa-apa, kau hanya cukup diam menanggapi ucapan mereka semua" Pesan Aris.

"Walaupun saat ini status kami memang sudah bukan suami istri lagi, akan tetapi aku tetap tidak mau kalau berita ini sampai tersebar ke khalayak dunia luar, jadi aku harap kau bisa menyimpan rahasia ini rapat-rapat dari orang lain, kau bisa bukan?"Tanya Aris penuh harap.

".iya pak, Ana jamin, Ana akan berusaha semaksimal mungkin untuk tetap menjaga rahasia bapak, jadi bapak tak perlu khawatir tentang ini"' Sahut Ana seraya tersenyum ke arah pria itu.

Jujur saja Ana sempat terkejut saat mengetahui kalau kedua majikannya itu hanya menikah Siri, mengapa bisa keduanya hanya menikah siri, memangnya ada masalah apa dengan keluarga mereka? begitu pikir Ana.

Tapi Ana memilih untuk membungkam mulutnya dari pada harus menanyai soal kehidupan majikannya itu secara mendetail.

"Aku percaya padamu! kalau begitu sekarang kau boleh kembali ke kamarmu, aku hanya ingin memberitahumu soal itu,"

Ujar Aris menjelaskan.

"Baik pak, kalau begitu saya permisi dulu' Jawab Ana sopan. Lalu berdiri dari duduknya meninggalkan ruang tamu.

******

Entah mengapa semenjak Ana mengetahui kalau kedua majikannya itu sudah bercerai rasanya Ana benar-benar sudah menjadi canggung pada majikannya itu, pedahal dulunya Ana tak pernah merasa secanggung ini walaupun di rumah hanya ada mereka berdua.

"Ana bersiaplah secepatnya! aku akan sekalian mengantarmu ke sekolah terlebih dahulu sebelum ke kantorku hari ini,"

Pesan Aris pada gadis itu sebelum dia meninggalkan meja makan.

"Baik pak' Sahut Ana.

Ana pun langsung cepat-cepat membereskan piring kotor yang ada di atas meja lalu menyucinya.

Setelah menyelesaikan pekerjaan dapurnya barulah Ana bergegas pergi ke kamarnya.

Sesudah penampilannya tertata rapi,

Ana pun langsung buru-buru keluar dari kamarnya.

Di lihatnya majikannya itu sudah menunggu di ruang tamu, saat Aris melihat Ana sudah ada di sana, Aris pun langsung buru-buru keluar rumahnya berjalan ke arah mobilnya yang ada di garasi.

"Masuklah!" Perintah Aris.

Sesudah pintu Mobilnya sengaja ia buka dari dalam, demi mempersilahkan gadis itu agar duduk di sampingnya.

"Apa tak apa-apa kalau Ana duduk bersebelaham dengan bapak?" Batin

Ana. Dia sempat termangu karena pria itu menyuruhnya untuk duduk di depan.

"Tunggu apa lagi? ayo masuk!" Ujar Aris lagi saat melihat gadis itu masih mematung di luar.

"Aah baiklah' Sahut Ana akhirnya. Lalu duduk di samping majikannya itu.

Setelah itu Aris pun langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Cantik sekali gadis ini hari ini, Gumam Aris dalam hati.

Tanpa sadar bibirnya membentuk senyuman tipis saat melihat gadis itu.

Sementara Ana hanya diam mematung di tempatnya, saat ini tubuhnya terasa gemetaran, entah mengapa setelah status majikannya itu sudah menjadi duda rasanya Ana canggung sekali berdekatan dengannya, bahkan duduk bersebelahan seperti ini saja jantungnya langsung deg-deg an seperti sehabis berlari maraton.

Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam membisu, sampai akhirnya mobil Aris sudah terparkir di halaman sekolahnya.

"Saya turun dulu pak' Pamit Ana.

"Terimakasih sudah mengantarkan saya ke sekolah" Lanjutnya lagi seraya ingin bergegas keluar mobil.

"Ana tunggu dulu!"

"Kenapa pak?" Sahut Ana seraya menolehkan wajahnya pada pria itu.

"Ini ambilah! untuk keperluanmu sehari-hari" Ujar Aris seraya memberikan uang ratusan ribu beberapa lembar kepada gadis itu.

"Ah tak apa pak, tak usah' Tolak Ana.

"'Ambil saja! bukankah uangmu kemarin hilang? kalau kau tak punya uang kau akan kelaparan seharian di sekolah, lagi pula bukankah mulai hari ini kau mulai mengikuti Bimbel sehabis pulang sekolah?"

"Tapi pak, Ana tak bisa menerimanya, bapak sudah terlalu banyak membantu Ana."

"Baiklah kalau kau masih keberatan menerima uangku, anggap saja uang ini sebagai pinjamanmu padaku, jadi saat kau gajian nanti aku akan memotongnya, bagaimana?"

Ana pun langsung berpikir kembali, kalau di pikir-pikir apa kata majikannya itu ada benarnya juga, tanpa uang bagaimana dia akan berbelanja, lagi pula Uang tunjangan yang biasa di berikan oleh majikannya itu kemarinnya juga sempat Ana tolak, karena dia masih mempunyai uang sisa yang cukup berkat bonus dari majikannya itu.

"Baiklah, Ujar Ana akhirnya seraya mengambil uang itu dari tangan pria itu.

Setelah Aris melihat gadis itu sudah memasuki gerbang sekolahnya, Aris pun langsung melajukan mobilnya kembali menuju ke Kantornya.

"Hey aku baru saja melihatmu keluar dari sebuah mobil yang sangat mewah, apakah itu mobil majikanmu?" Tegur Sheri saat melihat sahabatnya itu sudah memasuki gerbang sekolah, Sheri pun langsung berlarian menghampirinya.

"Ya, Sahut Ana datar seraya tetap meneruskan perjalanannya ke kelas.

"Wah majikanmu baik sekali, sampai ke sekolah pun kau di antarkan olehnya, aku jadi penasaran ingin bertemu dengan majikanmu itu" Ujar Sheri seraya mengetuk-ngetuk kepalanya sambil membayangkan rupa majikan sahabatnya itu.

"Udah ah! mending kita piket dulu, mumpung lonceng belum berbunyi, Ujar

Ana memperingatkan.

"Ahhh iya aku lupa,' Sahut Sheri seraya langsung mempercepat langkah kakinya untuk menyaingi sahabatnya itu.

******

Sepanjang perjalanan Aris menuju

Kantornya bibirnya terus saja menyunggingkan sebuah senyuman, bahkan mulutnya juga sekali-kali menyenandungkan sebuah lagu.

"Sepertinya hari ini moodku tengah bagus sekali, mungkin gara-gara Rey memberitahuku kalau beberapa hari ini produk perusahaanku mulai merajalela di pasaran yang ada di Indonesia, senang sekali rasanya akhirnya semua kerja kerasku selama ini mulai membuahkan hasil, Batin Aris.

Setibanya di Kantor.

"Pagi pak direktur?"

Sapa satpam kantornya Aris saat melihat direkturnya itu tengah berjalan mendekat ke arahnya ingin memasuki Kantornya.

"Pagi" Sahut Aris seraya tetap terus menerus tersenyum.

"Wah ada apa ini dengan pak direktur? dia barusan saja menyahut sapaanku, bahkan senyuman yang lebar" Gumam satpam itu seraya menatap ke arah direkturnya dengan bibirnya juga ikut meyunggingkan sebuah tatapan tak percaya.

Sesampainya di dalam kantor.

Hal yang sama juga terjadi lagi, setiap semua karyawan Aris yang kebetulan berpas-pas an dengannya itu, juga melakukan hal yang sama persis seperti yang di perbuat oleh satpam itu, bahkan karena saking tidak percayanya mereka dengan penglihatan dan juga pendengarannya, semua karyawan kantornya itu, sampai harus menyakiti salah satu bagian tubuhnya agar mereka bisa terbangun dari mimpi konyolnya itu, tapi di saat mereka melakukan tindakan bodoh itu mereka merasakan kesakitan, akhirnya mereka pun benar-benar yakin kalau semua yang mereka alami saat ini adalah kenyataan, bukan sebuah mimpi tidur belaka.

Sepeninggal Aris.

"Wah apakah Mood pak direktur tengah baik hari ini? bahkan dia juga menjawab sapaan kita, Bisik-bisik para karyawannya.

"Ya, aku sampai tak habis pikir laki-laki berwajah datar dan cuek sepertinya bisa melakukan hal yang sangat langka seperti tadinya' Sahut yang lainnya.

"Hahaahhh apa kalian tak tahu? pak direktur sebentar lagi akan menyebar undangan"Ujar Wisnu menyela para temannya itu.

"Menyebar undangan? memangnya kau tahu dari mana?" Ujar semua karyawati yang ada di situ berbarengan.

Jujur saja mereka sempat merasa patah hati saat mengetahui laki-laki yang diam-diam mereka idam-idam kan itu akan segera menikah.

"Tentu saja aku tahu, kalau kalian tak percaya akan ucapanku tak apa' Sahut

Wisnu acuh seraya langsung pergi menuju ke Toilet untuk memberitahu seseorang.

Sementara para wanita itu hanya saling melemparkan pandangan satu sama lain saat mendengar ucapan ngawurnya Wisnu itu. mereka masih tak percaya dengan kata-kata pria itu, karena mereka tahu sendiri Aris itu orangnya bagaimana.

Tut... panggilan terhubung.

"Hallo." Sahut Rika dari seberang sana.

"lbu ada berita baik hari ini Ujar Wisnu memberitahu penuh antusias.

"*Apa itu?"

"Pak Aris pagi ini bersikap begitu ramah pada semua karyawan kantor, bahkan muka datarnya itu selalu di hiasi dengan senyuman*" Ujar Wisnu bercerita.

"Wah benarkah? ini benar-benar kabar yang sangat membahagiakan, akhirnya

Anak tunggalku satu-satunya itu lembaran hidupnya yang baru akan segera dimulai senang sekali rasanya mendengar kabar bahagia ini darimu' Sahut Rika.

Sudah lama Rika tak pernah melihat senyuman anaknya itu, gara-gara pasca pernikahannya dan Bellena tidak mereka restui, bahkan Rika sampai mati-matian mencarikan calon istri untuk anaknya itu, tapi semuanya ditolak secara mentah-mentah oleh pria datar itu.

"Ya, saya hanya ingin memberitahu ibu soal itu, kalau begitu teleponnya akan saya akhiri dulu" Ujar Wisnu meminta izin.

"Ya" Sahut Rika.

Tak lama setelah itu telepon pun sudah berakhir.

.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Kendari_Delvitha

Selebihnya

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku