Mengisahkan perjalanan sosok Wang Yu. Dalam menuntut keadilan dan mengangkat kembali sekte NAGA Emas yang terpuruk akibat badai fitnah..! Perjalanan yang terjal berliku, penuh intrik, pengkhianatan, asmara, dan darah..! Mampukah Wang Yu .elalui itu semua..!
Sesungguhnya suasana malam kala itu cukup indah dan hening dihiasi sinaran bulan purnama. Namun keheningan dan keindahan malam itu terkoyak, oleh sebuah suara teriakkan di markas sekte Naga Emas.
"Awas! Ada pencuri masuk ke ruang pusaka!!" teriak seorang anggota sekte kelas menengah, yang kebetulan berjaga di area markas bersama seorang anggota lainnya.
Crash! Crasshk!!
"Arrgghssk!!" cepat bagai kilat berkelebat cahaya merah dari sebuah pedang, yang langsung menerbangkan dua buah kepala penjaga pintu di ruang pusaka sekte Naga Emas.
Dua penjaga ruang pusaka itupun tewas tanpa kata, seorang diantaranya adalah anggota sekte yang baru berteriak tadi.
Slaphs!
Cepat sekali sosok berpenutup kepala kain itu melesat melewati pagar markas sekte, lalu lenyap di kegelapan hutan yang mengelilingi sekte Naga Emas itu.
Puluhan sosok berkelebatan keluar dengan cepat dari dalam markas sekte, mereka langsung menuju ke ruang penyimpanan pusaka dan sebagiannya melesat ke sekitar markas mencari sosok yang mencurigakan.
"Dua penjaga ruang penyimpanan pusaka telah tewas..!" teriak seorang anggota sekte yang melesat ke arah penyimpanan ruang pusaka.
Seketika markas sekte Naga Emas menjadi gempar. Huang Rong selaku putra pertama dari Guru Besar sekte Naga Emas, langsung memeriksa ke dalam ruang penyimpanan pusaka sekte Naga Emas.
Dan hal yang paling ditakuti oleh sekte Naga Emas ternyata benar-benar terjadi.
"Hahh! Bedebah! Kitab pusaka 'Naga Langit' dan pedang keramat 'Naga Emas' telah hilang dari tempatnya!" seru Huang Rong terkejut dan murka bukan main mengetahui hal itu.
Ya, dia serasa tak percaya atas kenyataan telah hilangnya dua buah pusaka, yang merupakan 'urat nadi' dari sekte Naga Emas.
Akhirnya dia mengambil sebuah keputusan 'terpaksa' dalam keadaan darurat itu.
'Hhh! Terpaksa aku harus menghadap dan mengganggu tapa brata ayahanda Wang Zhen di ruang khususnya', bathin Huang Rong, seraya menghela nafas resahnya.
Ya, di bagian belakang markas sekte Naga Emas terdapat sebuah bukit kecil, terdapat pintu batu geser tebal yang tersembunyi d ibawahnya, yang tertutupi oleh tanaman rambat lebat.
Dan di sanalah pintu ruang-ruang laku khusus para leluhur sekte Naga Emas berada. Ruang laku khusus itu hanya boleh dimasuki oleh para ketua, pendahulu, serta leluhur ketua sekte Naga Emas.
Bisa dikatakan, ruang itu adalah ruang akhir bagi para ketua atau tokoh puncak di sekte Naga Emas, untuk menyepi dan mensucikan diri hingga akhir hayat mereka.
Daghs!
Huang Rong menendang sebuah tombol rahasia, yang terdapat di sebelah kanan bawah sisi pintu batu geser.
Dia melakukan hal itu setelah menyingkirkan tanaman rambat lebat yang menutupi pintu batu geser. Sebuah tombol rahasia yang tak akan mudah ditemukan oleh orang luar bahkan anggota sekte biasa sekalipun.
Grrggh..! Grrggh..! Blaaghk!
Pintu batu geserpun terbuka dengan suara bergemuruh keras, Huang Rong segera masuk ke dalam ruang rahasia dan berjalan cepat menyusuri lorong rahasia itu.
Akhirnya Huang Rong hanya bisa mencapai ruang lorong terakhir yang masih terbuka. Karena jika ketua atau leluhur terdahulu telah tak bernyawa, maka ketua atau tokoh yang masuk berikutnya harus memukul tombol buka tutup pintu geser di depan ruang khusus itu.
Dan jika ruang khusus yang berisi ketua yang telah wafat sebelumnya itu telah tertutup, maka siapapun tak akan dapat membuka kembali pintu batu itu untuk selamanya!
Huang Rong terhenti di ruang khusus yang pintunya masih terbuka itu. Dilihatnya sosok sang ayahandanya Wang Zhen, yang nampak masih berada dalam posisi bersila dengan tenang di dalamnya.
"Ayahanda, maafkan ananda telah lancang mengganggu tapa brata ayahanda," ucap Huang Rong, seraya berlutut di depan sosok Wang Zhen yang bersila dengan mata terpejam.
"Hmm. Katakan saja Huang Rong, ada berita penting apakah di markas sekte?" ucap Wang Zhen bertanya, namun sepasang matanya nampak masih terpejam.
"Ayahanda, maafkan kelalaian ananda dalam menjaga pusaka keramat sekte Naga Emas. Malam ini sekte Naga Emas telah kedatangan seorang pencuri.
Pencuri itu berhasil mengambil Kitab Naga Langit dan Pedang pusaka Naga Emas dari ruang penyimpanan pusaka ayahanda," ucap Huang Rong, dengan nada bergetar penuh penyesalan.
"Ahh! Demi Budha Yang Agung! Inilah rupanya makna wisik 'Matahari Tenggelam' selama 90 tahun diatas langit markas kita.
Ayahanda telah mendapatkan wisik itu sejak beberapa waktu terakhir ini," seru kaget bergetar Wang Zhen, saat mendengar kabar mengejutkan dari putra tertuanya itu.
"Ayahanda, apa yang harus Huang Rong lakukan sekarang?" Huang Rongpun bertanya dengan wajah bingung dan panik pada ayahandanya.
"Huang Rong, ruang penyimpanan pusaka sekte kita memiliki jebakkan-jebakkan rahasia, yang tak mungkin bisa ditembus dengan mudah oleh pencuri tersakti di kolong jagad sekalipun.
Jika sampai terjadi ada pencuri yang bisa masuk dan keluar dengan selamat dari ruang penyimpanan pusaka, maka artinya hanya ada satu kemungkinan!
Ada pengkhianat diantara kita! Dimana adikmu Huang Ying?!" seru sang Wang Zhen.
"Ahh! Adik Ying sudah beberapa hari ini belum pulang ke markas ayahanda!" seru Huang Rong terkejut, dia baru terpikirkan soal kemungkinan adanya pengkhianat diantara tokoh puncak di sekte Naga Emas.
"Huang Rong, wisik ayahanda kini sudah berubah menjadi suratan tertulis. Sekte Naga Emas perlahan akan tenggelam selama 90 tahun, seiring dengan 'hilangnya' dua pusaka sekte kita.
Dan hanya salah satu dari keturunan terpilih kita, yang akan bisa membangkitkan kembali sekte Naga Emas menuju masa puncak keemasannya. Bahkan puncak tertinggi dalam sejarah sekte Naga Emas di kemudian hari!" seru Wang Zhen seraya terhenti sejenak.
"Huang Rong. Ayahanda cuma bisa berpesan, walau apapun yang terjadi Jangan pernah membubarkan atau menutup sekte Naga Emas kita!
Walau anggotanya hanya tinggal keluarga kita saja! Ingat itu Huang Rong! Dan katakan hal ini pada seluruh keturunanmu kelak!" Wang Zhen berkata dengan penekanan suara yang tajam dan dalam.
"Baik ayahanda!"
"Sekarang adalah permintaan ayahanda yang terakhir. Kaupukul hancurlah tombol penutup pintu ruang khusus ayahanda, setelah kau berada di luar ruangan khusus Ayahanda ini!
Lalu kau keluarlah dari dalam bukit leluhur sekte ini, Huang Rong!" seru Wang Zhen tegas tak terbantahkan.
"Ayahanda..!" seru Huang Rong dengan suara sedih bergetar, hal yang menyatakan keberatan hatinya.
Ya, tentu saja demikian. Karena dengan memukul hancur tombol pintu ruang khusus ayahandanya itu, berarti Wang Zhen sudah memutuskan untuk tak berhubungan lagi dengan dunia luar.
Ya, Wang Zhen akan terkurung hingga dia menemui ajalnya didalam ruangan khusus itu!
"Lakukanlah Huang Rong! Dan ingat, jangan sampai 'Mustika Naga Emas' yang berada dalam dirimu, jatuh ke tangan orang yang bukan keturunan langsung darimu!
Keluar dan jadilah tegar putraku!" seru tegas bergetar Wang Zhen, memberi pesan untuk terakhir kalinya pada putranya.
"Ayahanda ...." Huang Rong bersimpuh dan mencium wajah, tangan dan lutut sang Ayah Wang Zhen dengan perasaan pedih, sedih dan berat hati. Namun perintah sang ayahanda tetaplah perintah yang harus dipatuhinya.
"Selamat jalan ayahanda..!" Huang Rong mengucapkan salam terakhirnya, saat dirinya hendak memukul hancur tombol pintu ruang khusus Ayahandanya.
Ya, Wang Zhen adalah ketua ke 27 dari sekte Naga Emas. Dengan tertutupnya pintu ruang khusus itu, maka resmilah kini Huang Rong menjadi ketua ke 28 dari sekte Naga Emas.
Bruaaghk! Grrghh..! Blammph..!
Huang Rongpun memukul hancur tombol pintu batu ruang khusus itu, dan pintu batu tebalpun bergeser menutup dengan suara menggetarkan lorong.
Ya, pintu ruang khusus ketua ke 27 dari sekte Naga Emas, Wang Zhen telah tertutup rapat untuk selamanya.
***
Sementara itu di sebuah markas sekte, yang hanya berselisih dua desa dengan sekte Naga Emas berada.
Slaph! Taph!
Melesat cepat dan mendarat dengan ringan, sesosok tubuh berpakaian hitam dengan memakai penutup kain hitam pula, melalui sebuah ruang berjendela yang dibiarkan terbuka di markas sekte.
"Ahh! Ketua Yung Lo sudah kembali rupanya. Bagaimana dengan keterangan yang kuberikan pada Ketua, sesuaikah?" terdengar seru gembira, seraya bertanya dari seseorang di dalam ruangan.
"Keterangan yang sangat tepat dan berguna sekali Huang Ying!" sahut sosok berpakaian hitam, seraya membuka penutup kain hitam di kepalanya.
"Hehehe! Wah, kalau begitu, aku berharap imbalan yang Ketua Yung Lo janjikan diberikan malam ini juga. Karena aku kalah bertaruh lagi di rumah judi Ketua," ucap pria yang ternyata bernama Huang Ying!
"Baiklah Huang Ying. Terimalah imbalanmu ini!" Yung Lo berseru, seraya kelebatkan cepat pedang merahnya.
Bab 1 PENCURI MISTERIUS
06/06/2024
Bab 2 INSIDEN PASAR HONGTU
06/06/2024
Bab 3 PENGEROYOKKAN
06/06/2024
Bab 4 MUSTIKA NAGA EMAS
06/06/2024
Bab 5 SERANGAN LIMA KETUA SEKTE
06/06/2024
Bab 6 MALAM KELAM SEKTE NAGA EMAS
06/06/2024
Bab 7 MALAM JAHANAM
06/06/2024
Bab 8 SOSOK SANG PENYELAMAT
06/06/2024
Bab 9 SUKMA PARA LELUHUR
06/06/2024
Bab 10 SUMPAH SANG KSATRIA
06/06/2024