Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sang Anak Konglomerat

Sang Anak Konglomerat

Dewi Tan

5.0
Komentar
3.7K
Penayangan
13
Bab

Suster Dewi di utus untuk merawat seorang anak konglomerat yang lumpuh dan depresi, yang bernama William, karena dalam sebuah kecelakaan maut yang menyebabkan istri dan calon anak Wiliam meninggal dunia. Karena tragedi itu, Wiliam berubah sifat menjadi kasar dan arogan, sensitif dan mudah tersinggung, dan tidak ada satupun perawat yang bertahan lebih dari tiga hari. Mampukah suster Dewi bertahan lebih dari 3 hari?

Bab 1 Rumah Besar

Aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam gerbang sebuah rumah yang sangat besar dan mewah, setelah sebelumnya seorang security membukakan pintu gerbang yang nampak tinggi menjulang itu.

Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh halaman rumah yang sangat luas itu, mungkin luasnya 10 kali lipat dari rumahku, tidak, lebih dari 10 kali lipat, bisa jadi 20 kali lipat, karena rumah ini bak istana, begitu besar dan megah.

Ini adalah hari pertama aku bekerja di rumah ini, menjadi seorang perawat untuk Tuan muda, yang katanya lumpuh dan mengalami depresi berat, setelah mengalami sebuah kecelakaan tragis, di mana sang istri meninggal dalam kecelakaan itu, padahal katanya mereka baru satu bulan menikah.

Seorang wanita berseragam rapi datang menghampiriku, Sepertinya dia adalah pelayan di rumah ini, pakaiannya terlihat rapi meskipun Dia seorang pelayan, penghuni rumah ini benar-benar orang kaya, mungkin dia salah satu konglomerat terkaya di negeri ini.

"Suster Dewi ya? Ayo silakan Sus, Tuan dan Nyonya besar sudah menunggu di dalam!" Sapa pelayan itu, yang aku sendiri belum mengetahui siapa namanya.

"Terima kasih!" ucapku sambil tersenyum. Kemudian aku pun melangkah mengikuti wanita itu masuk ke dalam rumah mewah itu.

Dalam hati Aku berdecak kagum, ketika aku masuk ke dalam rumah itu, benar-benar seperti istana, bahkan lantai rumah itu pun seperti kaca, terlihat pantulan wajahku di lantai rumah itu, dan anehnya, wanita tadi tidak membuka alas kakinya, padahal biasanya kalau masuk rumah selalu membuka alas kaki, tapi berbeda dengan rumah ini, Ah, namanya juga orang kaya, dengan sedikit ragu aku pun melangkah masuk ke dalam sebuah ruang tamu yang maha besar.

Seorang laki-laki dan wanita paruh baya duduk di sofa ruang tamu itu, semua barang-barang yang ada di ruang tamu itu terlihat sangat mahal dan artistik, bahkan lampu hiasnya pun sangat besar seperti kristal yang pantulan cahayanya menyilaukan mata, benar-benar indah dan luar biasa, rumah mewah yang baru pertama kali aku masuki ini.

"Tuan, Nyonya, suster Dewi sudah datang!" ucap pelayan wanita tadi dengan penuh rasa hormat kepada laki-laki dan wanita paruh baya yang duduk di sofa itu.

"Iya Bi Marni, sekarang kau boleh pergi, suster Dewi, Silakan duduk!" kata laki-laki paruh baya itu yang adalah Tuan Bagus Sudrajat, nama yang aku ketahui dari dokter Anton, dokter yang merekomendasikan aku untuk bekerja di sini.

"Aku melihat CV Anda suster, anda adalah suster terbaik di rumah sakit Bunda!" ucap wanita paruh baya itu yang kuketahui bernama Nyonya Rahayu.

"Terima kasih Tuan, Nyonya, saya diperkenankan untuk bekerja di sini, saya akan melaksanakan tugas saya dengan sebaik-baiknya!" ucapku sambil menundukkan wajahku hormat.

"Suster, kamu jangan percaya diri dulu, karena sudah ada beberapa orang perawat yang mengundurkan diri karena tidak tahan mengurus Putraku yang sedang sakit itu, Aku harap kamu berbeda dengan suster-suster yang lain!" lanjut Tuan Bagus.

"Saya akan berusaha bekerja dengan baik Tuan, sesuai dengan kemampuan saya!" ucapku lagi, dalam hati aku penasaran juga, memangnya segarang apa sih Putra mereka, sampai katanya beberapa perawat mengundurkan diri karena tidak tahan.

Selama ini aku bekerja di rumah sakit atau di manapun, tapi tidak pernah ada kasus mengundurkan diri karena kekerasan atau apapun itu, bahkan aku juga pernah mengurus lansia yang lumpuh dan super galak, itu pun tidak masalah bagiku.

"Suster, kami akan memberikan padamu bayaran yang besar asal kamu bisa mengurus Putraku dengan baik, Putraku itu lumpuh, tidak bisa berjalan dan dia masih rutin minum obat, dia depresi atas kecelakaan yang menimpanya, apalagi istrinya yang sedang mengandung meninggal dalam kecelakaan itu!" ungkap Nyonya Rahayu.

"Saya ikut prihatin dengan apa yang menimpa Putra Tuan dan Nyonya, semoga beliau lekas sembuh!" ucapku yang belum tahu siapa nama Tuan Muda putra mereka itu.

"Baik, mulai hari ini kau sudah boleh mulai bekerja di rumah ini, nanti Bi Marni yang akan menunjukkan kamarmu, dan segala tugasmu akan dijelaskan oleh Bi Marni, karena dia yang lebih paham mengenai kebutuhan Putraku, dan dia adalah pelayan senior yang paling lama bekerja di rumah ini!" jelas Nyonya Rahayu.

"Iya nyonya!" jawabku singkat.

Kemudian Nyonya Rahayu menepuk tangannya tiga kali, dan Tak lama kemudian Bi Marni datang tergopoh-gopoh, ternyata begitu cara memanggil Bi Marni, dengan tepukan tangan dia sudah paham, tanpa harus berteriak memanggilnya, bagus juga caranya.

"Tolong kau antarkan suster Dewi ke kamarnya, biarkan dia istirahat sebentar, setelah itu beritahukan dia tugas-tugas apa yang harus dia lakukan untuk merawat William putraku!" titah Nyonya Rahayu.

"Baik nyonya, mari suster saya antarkan untuk istirahat ke kamarnya!" jawab Bi Marni menundukkan kepalanya, kemudian dia berjalan menuju ke belakang, aku pun menundukkan kepalaku dan berjalan mengikuti Bi Marni menuju ke kamar.

Setelah aku mengikuti Bi Marni, wanita itu berhenti di depan sebuah kamar yang terletak tidak jauh dari ruang dapur, ada juga beberapa kamar yang ada di situ, bisa jadi di rumah ini ada beberapa orang pelayan.

"Ini kamarnya Sus, kamar Ini adalah kamar yang paling besar di antara kamar-kamar pelayan yang lain, silakan beristirahat!" kata Bi Marni sambil membuka pintu kamar itu.

Aku mengedarkan pandanganku, kamar itu lumayan luas, di dalamnya juga ada tempat tidur besar dan sebuah lemari dari kayu jati, ada juga televisi besar yang menempel pada dinding kamar itu, tidak cocok sih kalau dijadikan kamar pelayan, aku pun kemudian langsung berjalan masuk dan duduk di tepi tempat tidur itu.

"Bi, di rumah ini ada berapa pelayan?" Tanyaku. Bi Marni nampak sedang mengeluarkan selimut baru dari dalam lemari dan juga menyalakan pendingin ruangan.

"Pelayan utama cuma ada tiga kok sus, aku, Mbak Sri, dan juga Anis, kalau aku biasanya yang mengontrol kerja para pelayan, ada juga beberapa pelayan yang pulang pergi, masing-masing sudah punya tugasnya sendiri!" jelas Bi Marni.

"Ooohh!" Aku manggut-manggut tanda mengerti.

Praaaang!!!

Tiba-tiba terdengar suara benda pecah belah yang jatuh dari arah luar kamar.

Aku sangat terkejut, begitu juga dengan Bi Marni.

Tanpa dikomando Bi Marni dan aku pun segera keluar dari kamar dan melangkah menuju ke arah suara itu.

Di ruang keluarga yang terlihat luas itu, nampak Tuan bagus dan Nyonya Rahayu sedang berdiri bersama dengan seorang laki-laki muda yang duduk di kursi roda, di hadapan laki-laki itu ada guci yang pecah berkeping-keping entah apa yang terjadi.

"Aku sudah bilang pada Mama, tidak usah mencari orang lain untuk mengurusku, aku tidak sudi diurus oleh siapapun!" sengit laki-laki itu yang aku tebak adalah putra mereka.

"William! Sampai kapan kau akan begini terus? Mama dan Papa sudah lelah melihat tingkahmu yang Bahkan tidak pernah berubah! Kau butuh perawatan!" sahut Tuan Bagus.

Aku masih berdiri di sudut ruangan itu bersama dengan Bi Marni, tiba-tiba saja Tuan Muda William menoleh ke arahku, matanya melotot menatap sangat tajam, aku begitu ngeri, dia bukan hanya arogan, sepertinya Dia adalah seorang laki-laki berdarah dingin.

"Oke, aku akan buat kamu hanya Bertahan tidak lebih dari 3 hari, kamu akan tahu bagaimana rasanya neraka di rumah ini!" seru Tuan Muda William sambil menunjuk ke arahku.

Seluruh aliran darahku seolah-olah berhenti mengalir, entah mengapa bulu Kuduk ku juga langsung berdiri mendengar ucapannya itu.

Bersambung....

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku