Sang Anak Konglomerat
ya melempar dan mengamuk!" umpatku kesal k
hut Bi Marni sambil mengusap lembut bahu
bisa menahan diriku untuk tidak menangis, tapi tidak untuk malam ini,
akan saja kalau Suster sudah tidak tahan lagi untuk bekerja di sini, dan tidak sanggup me
kalau aku harus mengundurkan diri saat ini juga, aku tidak dapat apa-apa, karena ak
iba-tiba muncul di otakku, Abangku yang mudah sekali terpengaruh dengan lingkungan sekitar, Padahal aku tahu betul
aha untuk melemparku, berusaha untuk menyerangku, tapi aku tidak sampai mati ka
u seperti itu setiap harinya Sus, tidak ada orang yang bisa mengubah s
terlanjur masuk rumah ini, Lalu kenapa aku harus mundur?
ahat saja di kamar, besok kita lanjutkan lagi pekerjaan kita!" kata Bi Marni sambil berjalan melewati ruangan besar yang sudah te
dia sudah makan atau belum, si
kasihan sekali pada wanita paruh baya itu, hanya dia yang bisa dan berani masuk untuk membersihkan kamar Den W
memang aku segera beristirahat dan tidur untuk menenangkan pikira
*
ku ketika terdengar suara alarm yang sengaja aku
mar ini, hawa dingin masuk menyeruak membelai kuli
mandi ada di dalam kamar ini, aku langsung mandi dan berpa
uk dengan pekerjaannya masing-masing ada yang menyiram tanaman, membersihkan kolam renang, membe
gaja berjalan mengelilingi rumah ini untuk lebih mengenal seluk-beluk ya
a sudah Memiliki segalanya di rumah ini, Putra tunggal seorang konglomerat kaya, namun
a masih tidur, mereka kan orang kaya Terserah mau bangun
dah rapi!" sapa ses
g keranjang cucian, Sepertinya dia mau ke laundry, sesua
g sedari tadi mencari-cari Bi Marni, karena Bi Marni inilah
an sarapan pagi, Coba saja ke sana!"Jawab Mbak Sri yang kemu
ng makan, benar saja, Bi Marni nampak sedang m
pagi ini ada yang bisa dilaku
ah itu membantu Den William untuk mandi!" jawab Bi M
memandikannya kan Bi?" tanyaku yang me
Den William akan bisa mandi sendiri di kamar mandi, setelah itu dia akan berusaha memakai pakaiannya sendiri karena yang lumpuh itu kan hanya kakinya, tapi
ah aku bisa mengantarkan sarap
ini, karena sejak dulu dia sudah kebiasaan bangun pagi, apa
tu Narumi, nama yang cantik, secantik orangnya ketika aku m
angkah menuju ke kamar Den William kembali, berusaha untuk tidak m
memang laki-laki itu sudah bangun dari tidurnya, sambil menarik nafas dan m
ursi rodanya membelakangiku, sepertinya laki-laki
k Den William, juga menyiapkan pakaian dan handuk untuk Den Willia
emudian langsung meletakkan sarapan
liam dengan membuka lemari pakaian yang ada di kamar itu
pun, dia hanya diam saja, seolah mem
mbung