Dalam Pelukan Sang Miliarder

Dalam Pelukan Sang Miliarder

Fitra Dewi Gusanti

5.0
Komentar
2.2K
Penayangan
31
Bab

Kehidupan Raissa berubah drastis setelah kehilangan pekerjaannya dan terancam kehilangan panti jompo tempat dia dan ibunya tinggal. Panti tersebut akan digusur oleh seorang taipan muda, Arkhan Alvaro, pemilik lahan yang dikenal kejam dan tak berperasaan. Raissa, seorang gadis mandiri dengan tekad kuat, memutuskan untuk menghadapi Arkhan langsung, memohon agar dia membatalkan penggusuran. Namun, permohonannya terus ditolak oleh pria dingin itu. Hingga suatu hari, Arkhan mengajukan syarat yang tak pernah Raissa bayangkan. Dengan senyuman licik dan tatapan tajam, dia berkata, "Jika kau ingin aku menyelamatkan panti itu, aku ingin kau menjadi milikku. Sepenuhnya." Raissa terperangkap dalam dilema besar, antara menyerahkan dirinya atau menyaksikan orang-orang yang ia cintai kehilangan tempat tinggal. Hubungan mereka yang dimulai dengan paksaan perlahan berubah menjadi perang emosi-kebencian, cinta, dan pengorbanan yang menguras air mata.

Bab 1 Tawar Menawar yang Mematahkan Hati

Raissa duduk di sofa ruang tamu yang tampak seperti singgasana raja, di lantai 38 sebuah gedung pencakar langit yang menjulang di pusat kota. Tangannya yang dingin menggenggam map cokelat lusuh berisi dokumen panti jompo-satu-satunya senjata yang dia miliki untuk melawan kekuasaan pria yang sebentar lagi akan ditemuinya. Jantungnya berdetak kencang, bukan karena kagum pada kemewahan di sekitarnya, tetapi karena rasa takut yang mencengkeram setiap serat keberaniannya.

Dia menoleh ke jendela besar di ruangan itu. Dari sana, seluruh kota terlihat seperti miniatur yang tak berarti. Rasanya seolah dia hanyalah titik kecil di dunia Arkhan Alvaro, taipan muda yang terkenal dingin dan tanpa belas kasihan. Pria itu memiliki segalanya-uang, kekuasaan, dan kemampuan untuk menghancurkan hidup seseorang hanya dengan sekali tandatangan.

Pintu ruangan terbuka dengan bunyi halus. Raissa langsung menoleh. Pria itu masuk, mengenakan setelan jas hitam sempurna yang membingkai tubuh tegapnya. Wajah Arkhan tampak seperti pahatan dewa Yunani, dengan rahang tegas dan mata hitam yang memancarkan keangkuhan.

"Jadi, kau yang ingin bertemu denganku?" suara Arkhan rendah, tapi tajam seperti belati.

Raissa berdiri dengan lutut gemetar. Dia mencoba terlihat tegar, tetapi tangannya yang gemetar mengkhianatinya. "Ya, Tuan Arkhan. Nama saya Raissa Damaris. Saya ke sini untuk membicarakan panti jompo di Jalan Cendana."

Arkhan berjalan ke kursinya tanpa menghiraukan Raissa yang berdiri seperti patung di tengah ruangan. Dia duduk dengan santai, menyandarkan tubuhnya ke kursi kulit mahal. "Oh, jadi kau datang untuk itu. Lalu, apa yang ingin kau katakan?"

Raissa menarik napas dalam-dalam. "Saya memohon, Tuan. Mohon jangan gusur panti itu. Tempat itu adalah rumah bagi banyak orang tua yang sudah tak memiliki apa-apa lagi. Jika panti itu hilang, mereka tidak akan punya tempat untuk pergi."

Arkhan mengangkat alisnya, seolah heran dengan permohonan itu. "Dan mengapa aku harus peduli? Kau tahu berapa banyak tempat yang telah kugusur selama ini? Aku tidak pernah menerima keluhan seperti ini."

"Tuan, ini bukan hanya soal lahan. Ini soal hidup orang-orang yang tak mampu melindungi diri mereka sendiri. Saya akan melakukan apa pun agar Anda mau mempertimbangkan ulang keputusan itu," Raissa berkata, suaranya bergetar.

Mendengar kata-kata itu, sebuah senyum kecil muncul di sudut bibir Arkhan. Namun, senyum itu bukan senyum hangat; itu adalah senyum seorang pemburu yang menemukan mangsanya.

"Apa pun, katamu?" Arkhan menyandarkan tubuhnya lebih dalam ke kursi, tatapannya kini penuh minat.

Raissa merasa ada yang salah dengan senyum itu, tetapi dia sudah terlalu terdesak untuk mundur. "Ya, Tuan. Apa pun."

Arkhan berdiri, langkahnya perlahan mendekati Raissa. Saat pria itu berdiri hanya beberapa inci darinya, Raissa bisa merasakan aura dingin yang membuat bulu kuduknya meremang.

"Kau mau menyerahkan apa pun? Bagaimana jika aku menginginkan... dirimu?" Arkhan berbicara pelan, tetapi setiap kata seperti bom yang meledak di kepala Raissa.

Raissa terdiam. Matanya membelalak, bibirnya terbuka tetapi tak ada suara yang keluar. "Apa maksud Anda?"

Arkhan menyeringai. "Aku tidak ingin uangmu-jelas kau tidak punya itu. Aku tidak ingin janji kosong. Tapi kau... kau bisa menawarkan dirimu. Jadilah milikku, sepenuhnya, dan aku akan mempertimbangkan untuk menyelamatkan panti itu."

Kata-kata itu menusuk jantung Raissa. Dia merasa seperti ditelanjangi di hadapan pria itu, bukan secara fisik, tetapi secara emosional. Tawaran itu bukan hanya penghinaan, tetapi juga jebakan.

"Tuan Arkhan, ini tidak masuk akal. Saya... saya hanya meminta Anda untuk menunjukkan sedikit belas kasihan," katanya dengan suara yang hampir pecah.

"Belas kasihan?" Arkhan terkekeh, nadanya dingin dan tanpa emosi. "Kau salah tempat, Raissa. Aku tidak bekerja berdasarkan belas kasihan. Dunia ini adalah tempat di mana yang lemah akan dihancurkan. Jika kau ingin sesuatu dariku, kau harus memberikan sesuatu yang setara."

Raissa merasa air mata menggenang di matanya, tetapi dia menolaknya jatuh. Dia tidak ingin terlihat lebih lemah dari yang sudah dia rasakan. "Tuan Arkhan, Anda tidak bisa memaksa saya seperti ini."

Arkhan menyentuh dagunya dengan tangan yang kuat, memaksa Raissa menatapnya. "Aku tidak memaksamu. Aku hanya memberimu pilihan. Kau yang memutuskan."

Raissa merasakan darahnya mendidih. "Pilihan? Ini bukan pilihan! Ini adalah penyiksaan!"

Arkhan mengangkat bahu acuh tak acuh. "Sebutan apa pun yang kau suka. Tapi aku adalah pria yang selalu mendapatkan apa yang kuinginkan. Kau punya waktu 48 jam untuk memberiku jawaban."

Raissa tidak tahu bagaimana dia bisa berjalan keluar dari ruangan itu tanpa jatuh pingsan. Perasaannya campur aduk-marah, terluka, dan putus asa. Setiap langkahnya terasa berat, seolah-olah dia membawa beban seluruh dunia di pundaknya.

Dia menatap kota yang gemerlap di luar gedung itu, tetapi tidak merasa kagum. Di dalam dirinya, perang besar sedang terjadi. Harga dirinya berkata untuk menolak tawaran Arkhan dan melawan sampai akhir, tetapi tanggung jawabnya terhadap panti dan para lansia yang tinggal di sana membuatnya tak bisa mengambil keputusan itu dengan mudah.

Di dalam mobil yang membawanya pulang, air mata yang dia tahan akhirnya jatuh. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan, membiarkan dirinya menangis dalam keheningan malam.

"Haruskah aku mengorbankan diriku demi mereka?" bisiknya pelan, tetapi tidak ada jawaban. Hanya suara hatinya yang terus bertarung, menimbulkan luka yang semakin dalam.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Fitra Dewi Gusanti

Selebihnya

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Renell Lezama
5.0

Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Dalam Pelukan Sang Miliarder
1

Bab 1 Tawar Menawar yang Mematahkan Hati

10/12/2024

2

Bab 2 Dilema dan Pengkhianatan Hati

10/12/2024

3

Bab 3 Raissa merasa seperti baru saja menginjak garis batas

10/12/2024

4

Bab 4 Dalam Bayang-Bayang Luka

10/12/2024

5

Bab 5 Luka yang Tersimpan dalam Diam

10/12/2024

6

Bab 6 Rantai yang Tak Terlihat

10/12/2024

7

Bab 7 Pernikahan yang Terlontar dari Sebuah Dusta

10/12/2024

8

Bab 8 Janji yang Mengalir di Ujung Air Mata

10/12/2024

9

Bab 9 Ketika Hati Berkata Berbeda

10/12/2024

10

Bab 10 Ujian yang Menguji Segalanya

10/12/2024

11

Bab 11 Di Ujung Jalan yang Tak Pasti

10/12/2024

12

Bab 12 Di Balik Bayang-bayang Harapan

10/12/2024

13

Bab 13 Pertarungan yang Tidak Terdengar

10/12/2024

14

Bab 14 Kebenaran yang Terungkap

10/12/2024

15

Bab 15 Jalan yang Tak Kembali

10/12/2024

16

Bab 16 Ketika Dunia Berubah

10/12/2024

17

Bab 17 Gelombang Perubahan

10/12/2024

18

Bab 18 Perang yang Tak Terelakkan

10/12/2024

19

Bab 19 Pertarungan di Ambang Kehancuran

10/12/2024

20

Bab 20 Api yang Tak Pernah Padam

10/12/2024

21

Bab 21 Sebelum Fajar

10/12/2024

22

Bab 22 Pilihan di Ujung Pisau

10/12/2024

23

Bab 23 Runtuhnya Tembok Dingin

10/12/2024

24

Bab 24 Di Ambang Harapan dan Keputusasaan

10/12/2024

25

Bab 25 Kebenaran yang Tersembunyi

10/12/2024

26

Bab 26 Raissa tidak bisa tidur malam itu

10/12/2024

27

Bab 27 Rahasia yang Terungkap

10/12/2024

28

Bab 28 Pengungkapan yang Mengguncang

10/12/2024

29

Bab 29 Suara sirene semakin mendekat

10/12/2024

30

Bab 30 Jalan Menuju Pengampunan

10/12/2024

31

Bab 31 Menatap Ke Depan

10/12/2024