icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Dalam Pelukan Sang Miliarder

Bab 3 Raissa merasa seperti baru saja menginjak garis batas

Jumlah Kata:872    |    Dirilis Pada: 10/12/2024

eluar dari kantor Arkhan, dengan napas yang tak teratur dan jantung yang hampir keluar dari dada. Matahari sore yang redup

ng kini terasa sangat berat. Di layar ponselnya, wajah Bu Nila yang penuh kekhawatiran muncul. Raissa tahu, dia tidak bisa menghindar

kan malam dengan ibunya, meja itu selalu penuh dengan makanan sederhana dan tawa. Kini, hanya ada

as mengalir seperti listrik melalui tubuhnya. Raissa meraih ponsel, menatap

presi, bahkan sedikit dingin. "Aku ingin b

g salah?" Raissa berusa

Kau tidak perlu khawatir. Dat

ia prediksi. Malam itu, dia mengubah pakaian sederhana yang dia kenakan dengan gaun hitam sederhana, rambutnya yang kusut diikat rapi, dan dia berdiri di

ng, seperti suara yang menggetarkan dinding mobil. Setibanya di gedung Arkhan, dia menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah keluar.

pernah berubah-selalu sama, tetapi malam ini, ada sesuatu yang terasa berbeda. Seorang petugas keamanan mengarahkan Raissa ke li

menggema, seolah mengingatkannya bahwa dia sedang berjalan menuju takdir yang tak bisa diubah. Arkhan berdiri di p

embut tetapi mengandung peri

dia bayangkan-tidak ada hiasan yang berlebihan, hanya barang-barang mewah yang terorganisir dengan sempurna. Ark

tusan yang bijak," kata

elawan dorongan untuk melarikan diri. "

kau mengerti apa artinya menjadi milikku. Ini bukan permainan, Raissa. Kau harus tahu bahw

mengulang, mencoba m

. Setiap gerakan, setiap perasaan, setiap napasmu akan menjadi bagian dari hidupku. Aku tidak pedu

n mata yang mulai berkaca-kaca. "Tuan, saya ti

a, menghentikan kata-kata yang hampir keluar. "Ka

ulit yang kini terasa terbakar. "Saya hanya ingin

tidak ada rasa empati, hanya kilau keras yang membuat Raissa merinding. "Kau tahu aku selalu menepati

dan takut bercampur aduk, menumbuhkan benih kebencian terhadap pria di hadapannya, na

enghanyutkan. "Kau tidak perlu takut. Aku tidak akan me

khianatan. Tapi di saat itu, di malam yang penuh keheningan dan ancaman, Raissa membuat satu keputusan lagi-bahwa dia akan bertahan, apa pun yang terjadi. Karena dal

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka