Dalam Pelukan Sang Miliarder
uangan yang megah itu seolah menatapnya dengan dingin, mengingatkan bahwa dia berada di tempat yang
tegas: "Jangan mencoba melarikan diri." Kata-kata itu masih terngiang di telinganya, seperti rantai yang membelenggu. Dia memandang k
g sudah aku lakukan?" bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar. Dia tidak bisa melarikan diri,
alan mendekatinya dengan gerakan santai tetapi penuh kendali. Wajahnya tidak menunjukka
khan dengan nada dingin, tangannya menyeli
umpulkan keberanian. "Saya... tida
"Kau akan belajar. Kau ada di sini untuk memenuhi peranmu.
si yang bergejolak di dadanya. "Saya hanya i
a Raissa dengan intensitas yang membuatnya merasa seperti telanjang. "Kau benar
an, tetapi Arkhan memotongnya dengan senyu
beban yang menekan dada Raissa. "Aku sudah berjanji, dan aku akan menepatinya. Tetapi aku tidak akan m
ebar. "Tidak! T
kepanikan yang tergambar jelas di wajah Rai
tar yang tak bisa dia kendalikan. Dia merasa kecil, tidak berdaya di hadapan
ntuknya. Kamar itu jauh lebih besar daripada apartemennya sendiri, dengan tempat tidur mewah ya
min besar di seberang ruangan. Wajahnya yang lelah, matanya yang semb
mamnya pelan. "Aku harus menemuka
uasaan, dan kendali. Dia hanyalah seorang gadis yatim piatu yang menco
s tidak akan membantu. Dia harus kuat, tidak peduli seberapa sulit sit
a ketukan di pintunya. Dia membuka mata, meras
" katan
tu tersenyum tipis, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Raissa hanya
a. Roti panggang, telur, dan secangkir kopi panas. Semua
untuk makan, pintu kamarnya terbuka lagi.
gun," katanya
ng, menatapnya dengan hati-hati. "Ad
dan menyesapnya seolah itu miliknya. "Hari ini, kau akan ikut
rutkan alis.
akan tahu nanti. Siapkan diri
tidak akan ada gunanya. Dengan hati yang
. Arkhan menggandeng Raissa memasuki ruangan penuh dengan orang-orang penting
i sampingku," bisik Arkhan di telingan
tengah keramaian seperti ini, terutama ketika dia tahu semua orang di r
yang memeluk tubuhnya dengan sempurna. Dia tersenyum lebar pa
mbut tetapi tajam. "Aku tidak men
n ketegangan di udara. "Raissa adalah tamu istimewa
asakan tatapan tajamnya. "Kau pasti spesial," kata
inya, dia berjanji pada dirinya sendiri: dia tidak akan membiarkan siapa pun, termasuk Arkhan, membuatnya me