Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
JODOHKU DOSEN PEMBIMBINGKU!

JODOHKU DOSEN PEMBIMBINGKU!

Nvrland

5.0
Komentar
383
Penayangan
5
Bab

"Kamu adalah mahasiswa unik yang pernah ku temui. Aku akan terus mengejarmu hingga waktu tak terbatas!" - Mahardika Pradikta Baskara - "Bila kau mengejarku maka aku akan mengikuti permainanmu pak dosenku!" - Maharani Adisty Zahra Mustika Alina - Adisty Zahra Mustika Alina adalah seorang mahasiswi yang memiliki prestasi yang luar biasa. Namun ia menghilang secara tiba-tiba di akhir semester. Hilangnya Adisty Zahra membuat para dosen kuwalahan mencari dan menghadapinya. Para dosen berupaya mencari keberadaan Adisty Zahra. Satu persatu dosen pembimbing skripsi yang mengampu dirinya merasa menyerah dan tak tahan akan sikap Adisty Zahra. Hingga suatu ketika, Leo selaku kaprodi jurusan meminta seorang dosen muda untuk menjadi dosen pembimbing skripsi Adisty Zahra Mustika Alina. Dosen muda itu bernama Mahardika Pradikta Baskara. Selain dosen muda, Mahardika Pradikta Baskara adalah seorang dosen yang memiliki wajah yang tampan. Dialah dosen yang terkenal dan menjadi incaran para mahasiswinya. Melihat pak Leo yang terus kesusahan, Mahardika Pradikta Baskara pun mau menjadi dosen pembimbing skripsi Adisty Zahra Mustika Alina. Mahardika Pradikta Baskara bertekad untuk membuat mahasiswinya itu menyelesaikan skripsinya. Dan Adisty Zahra seorang mahasiswi cerdik pun siap melakukan permainan pada dosen pembimbing skripsinya yang menyebalkan. Dapatkah Mahardika Pradikta Baskara menaklukkan Adisty Zahra Mustika Alina?

Bab 1 AWAL MULA PERTEMUAN

"Menyingkirkannya adalah hal yang mudah untukku wahai pak dosenku!"

- Adisty Zahra Mustika Alina -

''Jika gua bisa selesaiin skripsi gua dan dapat ipk tertinggi gua mau lu nuruti satu permintaan gua.'' ujarku kala itu

''Okey, apapun permintaanmu aku akan turuti itu dengan senang hati. Jadi katakan padaku apa permintaan kamu mahasiswiku?'' tanyanya

''Aku ingin kamu menjadi imamku.'' tuturku dengan bibir yang bergemetar

Dia menarik pinggangku dan membawa diriku pada dekapannya. Menarik daguku ke atas. Matanya memandangku secara dalam. Tangannya berada di bawah daguku sedangkan tangannya yang satu lagi melingkar di pinggangku. Kami saling menatap satu sama lain. Sebuah senyuman terukir di bibirnya. Dan baru pertama kalinya aku melihat dia tersenyum.

''Jika itu permintaanmu maka aku..'' Ucapnya yang masih menggantung. Lalu ia mendekatkan wajahnya di depan telingaku. Lalu ia berbisik, "Maka aku akan melakukan permintaanmu dengan senang hati.''

''Ich Liebe dich calon makmumku.''

Cup!

Ia mengecup pipiku secara tiba-tiba. Aku melotot setelah merasakan kecupan bibirnya di pipiku. Kemudian aku buru-buru mendorong tubuhnya. Wajahku memerah seketika dan aku berusaha menutupinya agar tak ketahuan olehnya.

''Jadi persiapkan dirimu mahasiswiku.'' ujarnya secara terang-terangan tanpa merasa bersalah sama sekali padaku. Ia terkekeh dengan tatapan yang mengejekku.

Kau akan liat sikapku! Dan liat saja dospemku! akan ku buat kau tersiksa! batinku dalam hati.

Bukanlah cinta yang akan kau dapatkan tapi luka kah yang akan kau dapatkan dospemku!

Ya, Itulah sekilas perjanjian yang ku buat dengannya. Sebuah perjanjian bodoh yang membuatku terbelenggu pada sebuah perasaan cinta yang sesungguhnya. Perjanjian yang membuatku kecewa telah membuatnya. sebuah perjanjian yang memberi sebuah filosofi cinta yang berbeda. Filosofi cinta yang datang dari kebencian. Sebuah filosofi yang membuatku mengerti apa arti cinta dari sebuah rasa benci. Dan inilah kisahku. Kisah itu dimulai dari...

"Zar lu kemana aja sih!? Setahun lu ngilang! Para dosen nyari lu bego!" omel seorang cewek mungil berambut coklat sebahu. Dia bernama Nisrina Kananta.

"Iya Dis lu kemana sih! Nasib skripsi lu gimana hah! Bokap lu juga nanya kita terus bego!" timpal seorang cewek berambut keriting panjang dengan tinggi 150 cm. Dia bernama Alinka Hilda. Biasa dipanggil Hilda. Hilda ikut mengomel.

Nisrina dan Alinka terus mengejar sahabatnya sambil mencecar berbagai pertanyaan kepada sahabatnya yang berada di depannya. Mengikuti langkah kaki sahabatnya yang berjalan cepat di depannya. Mereka berdua mencoba menyamakan langkah kaki sahabatnya yang cepat namun sahabatnya semakin mempercepat langkah kakinya. Ya, seseorang yang sedang mereka ikuti adalah Adisty Zahra Mustika Alina. Seorang gadis berambut panjang hitam legam. Seorang gadis yang memiliki tinggi 168 cm. Dan Seorang gadis serta sahabat yang selama ini dicarinya.

Adisty Zahra bukannya menjawab pertanyaan kedua sahabatnya, ia malah semakin mempercepat langkah kakinya. Tak menghiraukan kedua sahabatnya yang terus mengomelinya. Semakin cuek sikap Adisty Zahra pada kedua sahabatnya membuat salah satu diantara mereka berdua tak tahan lagi. Dia adalah Alinka Hilda, seseorang yang sudah tak sabar akan sikap Adisty Zahra.

"Zar jawab! Lu gak punya kuping apa!?" bentak Hilda yang sudah mulai kehilangan kesabarannya. Suara bentakan Hilda terdengar sangat kencang namun lagi-lagi Adisty Zahra tak menghiraukannya. Hal itu membuat Hilda semakin murka.

Di saat bentakan Hilda tak dihiraukan oleh Adisty Zahra, ia pun hendak melangkah maju ke depan namun Nisrina menahan dirinya. Memegang lengan tangan Hilda yang hendak maju ke depan. Hilda menoleh kepada Nisrina, Ia melihat Nisrina yang menggelengkan kepalanya. Memberi kode pada Hilda untuk tak melakukannya.

Hilda bukanlah hilda yang bisa sabar seperti Nisrina. Hilda bukanlah seorang yang tak bisa menahan amarahnya. Hilda adalah hilda yang tak bisa tahan jika dicueki. Dan ia adalah hilda yang akan maju kedepan ketika kemarahannya sudah di ujung. Ia tak akan tinggal diam saja.

"Apa sih Nis! Udah deh jangan hentikan gua lagi! Zahra emang perlu diberi pelajaran!" ucap Hilda seraya hendak melepaskan tangan Nisrina yang sedang memegang tangannya dengan kuat. Bukannya bisa melepaskan tangannya Nisrina semakin memperkuat pegangan tangannya di lengan tangan Hilda. Hilda mencoba memberontak pada Nisrina dan Nisrina yang berusaha untuk terus menahannya.

"Hil sabar ku mohon. Kita pergi saja ya? Kamu bukannya ada pelajarannya pak narno kamu gak inget hil? Ayo kita ke kelas aja sekarang yuk?" ujar Nisrina yang berusaha mengalihkan kemarahan Hilda pada Adisty Zahra. Agar bisa meredakan kemarahan Hilda.

Hilda bukannya teralihkan oleh ajakan Nisrina, ia malah berhasil melepaskan tangan Nisrina yang memegang tangannya. Hilda menghempaskan tangan Nisrina dengan sekali gerakan. Setelah itu ia melangkah maju ke depan. Mengabaikan Nisrina dan terus melangkah maju mengejar Adisty Zahra.

"Zar berhenti gak! Kalo lu gak berhenti gua lempar pake sepatu gua!" teriak Hilda semakin kencang. Tanpa memedulikan orang-orang di sekitarnya. Hilda terus berteriak memanggil nama Adisty Zahra. Hingga Adisty Zahra pun berhenti.

Adisty Zahra menghentikan langkah kakinya. Menolehkan wajahnya sedikit ke belakang. Menatap kedua sahabatnya dengan sorot mata yang tajam nan ekspresi datar.

"Persetan dengan semuanya! Gua gak peduli sama kuliah gua lagi jadi pergilah kalian dan jangan urusi gua lagi!" ucap Adisty Zahra dengan penuh penekanan dan menajamkan sorot matanya kepada kedua sahabatnya.

"Mana bisa gitu! Lu sahabat kita! Bagaimana bisa lu ngomong gitu bego!" maki Hilda membalas ucapan Adisty Zahra

"Kalian hanya orang asing buatku! Hidup-hidup gua dan kalian gak ada hak buat ngatur gua! jadi jangan pernah ikut campur lagi!" Balas Adisty Zahra lebih menusuk. Perkataan Zahra yang sangat sadis.

Setelah mendengar perkataan Adisty Zahra, Mereka berdua diam membisu. Tak ada satupun yang bersuara lagi. Di satu sisi, melihat reaksi diam kedua sahabatnya Adisty Zahra merasa puas. Ia pun memutar tubuhnya dan menatap ke depan.

Sudahlah gua tinggalkan mereka berdua aja! Bodo amat sama mereka! Batin Adisty Zahra dalam hati.

Adisty Zahra melanjutkan langkah kakinya. Saat ia sudah berjalan, ada suara teriakan yang memanggil dirinya. Ya, siapa lagi kalo bukan sahabat Adisty Zahra yang berbadan gemuk bernama Dona Margareta.

"Woiiii kamprettt Adisty Zahraaaaaa!!" teriak Dona dengan suara lantang nan menggelegar

Dona Margareta, seseorang yang berbadan gemuk berlari ke arah Adisty Zahra. Adisty Zahra menghentikan langkah kakinya. Ia terdiam sejenak dan mencoba melihat sosok yang memanggilnya dari kejauahan. Adisty Zahra tak dapat melihat jelas karena dirinya lupa membawa kacamatanya. Dan kacamatanya ketinggalan di kos kekasihnya, Deon.

''Adisty Zahraaa.'' teriak Dona sekali lagi dengan suara yang sangat menggelegar.

Adisty Zahra diam dan mencoba mengenali suara yang meneriaki namanya.

Suara itu?

Suara Dona!

Gawat!

Aku harus segera pergi dari sini sebelum Dona mengintogerasiku! Batin Adisty Zahra dalam hati.

Saat Adisty Zahra hendak menghindar dari Dona, Dona sudah mencekal tangannya.

"Eits mau kemana kamu Adisty Zahra!? Mau kabur?" ujar Dona menyeringai

Adisty Zahra tersenyum tipis, "Ah Dona aku sepertinya sibuk. Aku harus segera pergi karena ada temanku yang menungguku. Jadi lepaskan tanganku ya?"

Adisty Zahra mencoba untuk merayu Dona agar mau melepaskan tangannya. Tapi dona adalah Dona, Dona yang tak akan tertipu oleh ucapan Adisty Zahra. Ia tak akan mudah untuk dibodohi oleh Adisty Zahra. Ia sudah hafal betul dengan kebiasaan Adisty Zahra. Jadi ia tak akan bisa tertipu lagi oleh rayuan atau alasan akal-akalan dari Adisty Zahra.

"Temen apa Deon nih? Deon putra bagaskara kan yang sedang menunggumu di gerbang belakang kampus?" cecar Dona memberikan ulti atas alasan akal-akalan Adisty Zahra.

"Enggak bukan kok Dona. Ada teman lain hehe." ucap bohong adisty Zahra sekali lagi.

"Beneran? Tapi deon udah nunggu tuh. Pake baju hitam dengan setelan jaket couple basket seperti yang lu pake. Jadi apa lu masih mau berkelit lagi Adisty Zahra?" Balas Dona memberikan serangan telak pada Adisty Zahra. Menjabarkan semua fakta di hadapan Adisty Zahra.

Adisty Zahra tak bisa mengelak ucapan Dona lagi. Ia telah kalah telak atas serangan yang diucapkan oleh Dona.

"Iya iya Deon udah nunggu. Ingat Dona apapun yang ku lakukan saat ini bukan urusanmu jadi lepaskan tanganku!" balas Adisty dengan nada tinggi.

"Gua gak akan mungkin melepaskanmu lagi Adisty Zahra! Udah cukup lu ilang-ilangan!" tolak Dona akan keinginan adisty zahra.

"Oh kalo lu gak mau lepasin ya udah gua akan pake cara gua sendiri!" tegas Adisty Zahra tak takut sedikitpun.

"Ya lakukan saja silahkan! Tenagamu tak akan sebanding dengan tenagaku!" Ucap Dona menyombongkan diri seraya menantang Adisty Zahra.

Adisty Zahra melihat ke bawah setelah itu ia menginjak kaki Dona dengan keras. Lalu menghempaskan tangan Dona. Kemudian Mendorong tubuh Dona ke belakang. Dona pun jatuh ambruk ke belakang.

"Adisty Zahra! Apa yang kau lakukan!" teriak Dona.

"Itulah balasan atas tantanganmu Dona! Bye!" teriak Adisty Zahra dengan gaya penuh kemenangan. Meledek Dona dengan menjulurkan lidahnya.

Setelah puas meledek Dona, Adisty Zahra pun memutar kembali tubuhnya.

Udah ah gua cabut aja! Gua udah puas juga. Ucapnya dalam hati

Waktunya menikmati waktu dengan ayang Deonku muwehehe. Batin Adisty Zahra

Adisty Zahra merasa puas bisa lepas dari ketiga sahabatnya. Ia pun memutuskan untuk melangkahkan kakinya. Namun saat ia baru berjalan tiga langkah, ada tubuh seseorang yang menghalangi langkah kakinya lagi kali ini.

"Siapa lagi sih huh!" dengus Adisty Zahra merasa jengkel.

Adisty Zahra mendongakkan wajahnya ke atas. Melihat sosok di depannya yang telah menghalangi langkah kakinya.

"Jadi mau kabur kemana lagi mahasiswi teladanku Adisty Zahra Mustika Alina?" ujar seseorang dengan suara beratnya.

Adisty Zahra tak dapat melihat dengan jelas wajah seseorang di depannya. Karena pantulan cahaya matahari yang menyilaukan matanya yang berasal dari kacamata hitam yang dipakai seseorang yang menghalanginya.

"Siapa kamu!? Kenapa kamu menghalangiku hah!" ujar Adisty Zahra ketus

"Kau mau tau siapa saya? Baiklah akan ku buka kacamataku agar kau dapat mengenalku." balasnya dengan santai.

Seseorang di depannya melepaskan kacamatanya dengan pelan. Beberapa detik kemudian wajah seseorang yang menghalangi Adisty Zahra pun dapat diliat jelas olehnya.

"Perkenalkan Saya Mahardika Attarva Pradikta Baskara, Dosen pembimbing skripsi kamu yang baru." ucap seseorang itu mengenalkan diri di depan adisty zahra.

"Jadi apa kamu sudah bisa mengingatku Adisty Zahra Mustika Alina?"

Apa!

Jadi dia dospem baruku itu!

Jawaban apakah yang akan Adisty Zahra berikan pada dospem barunya?

Dapatkah Adisty Zahra kabur dari dospem barunya?

Nantikan di chapter berikutnya~^^

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku