Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pembalasan sang Pewaris

Pembalasan sang Pewaris

dih_nu

5.0
Komentar
111
Penayangan
7
Bab

"Apapun kasusnya akan kumenangkan!" Hidup Alika Farhan berubah saat diculik oleh seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya. Lebih tak terduga lagi, pria itu mengatakan jika dirinya adalah penerus Keluarga Lysander serta organisasi mafia Velenossa. Belum cukup keterkejutan Alika tentang siapa dirinya, ia harus dipatahkan oleh kenyataan di mana sang kekasih akan menikah dengan orang lain dan akan mengirimkan dirinya ke Luar Negeri. Walaupun tidak percaya pada pria yang mengaku sebagai ayah kandungnya, Alika tidak punya pilihan selain bergantung pada pria itu untuk menjadi kuat dan membalaskan dendam pada keluarga Matthias. Kuat, dan memiliki kekuasaan secara bayangan adalah keinginannya untuk membalaskan dendam pada musuhnya. Kehadiran Regan Remayang Aditama dengan cara mengejutkan ke dalam hidup Alika membuat semuanya berubah.

Bab 1 1. Dipaksa Ke Luar Negeri

Seorang pria dengan pakaian jas tengah mengamati seorang wanita.

"Tuan, kami sudah menemukannya."

"Bawah ke markas sekarang juga," titah seorang pria di seberang telpon.

Setelah mendapatkan perintah dari suara di seberang telepon, mereka pun bergerak menculik wanita yang sejak tadi mereka intai.

"Nona Alika, kami tidak akan menyakiti Anda, jadi memberontak."

Bagaimana Alika tidak berontak jika dia tiba-tiba diculik. "Kami hanya mengantarkanmu pada Tuan kami, dia ingin bertemu dengan Anda."

"Aku tidak ingin bertemu dengan Tuan kalian," bentak Alika. "Lepaskan, aku akan melaporkan kalian pada polisi.

Namun, perkataan Alika tidak didengarkan. Mereka hanya menahan Alika agar tidak memberontak. Sekitar lima belas menit, Alika di bawah kesuatu tempat.

"Lepaskan. Kenapa kalian tidak mendengarkan apa yang aku katakan. Aku akan menuntut kalian, dan memenjarakan kalian," ancam Alika tetapi perkataannya itu membuat seorang pria tertawa.

Suara itu mampu membuat Alika berhenti memberontak. "Lepaskan dia!"

"Baik Tuan."

"Bajingan! Sialan! Kenapa kau menculikku?" Suara Alika meninggi hingga terdengar menggema. Mata Alika baru saja dibuka membuatnya kebingungan dengan pria yang ada di hadapannya saat ini.

"Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu. Dan, mereka juga tidak akan menyakitimu," ucap pria itu.

Alika tidak tahu siapa pria di hadapannya saat ini, ia bahkan tidak pernah bertemu dengan pria itu. "Aku merasa tidak pernah membuat masalah tapi kenapa kau menculikku."

Pria itu tersenyum membuat rahangnya terlihat mengeras. "Ya, ini memang pertama kali kita bertemu."

"Kalau ini pertama kalinya kita berdua bertemu, kenapa kau menyuruh mereka menculikku?" Alika membentak.

"Karena aku ayahmu dan aku datang untuk menjemputmu pulang," ucap pria itu membuat Alika tercengang.

Mata Alika mengerjap beberapa kali, mencoba untuk "A-ayah?"

Saat itu juga Alika tertawa, dia tidak percaya ada seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya. Padahal 23 tahun, ia tidak pernah sama sekali mengenai sosok orang tua kandungnya.

"Iya, aku ayahmu!"

"Tidak tidak mungkin!"

"Bagaimana tidak mungkin? Kau tidak percaya jika ayahmu?"

Alika tidak ingin percaya mengenai penjelasan pria itu, ia pikir itu adalah lelucon, ia pun beranjak pergi tetapi di tahan oleh para pengawal.

"Biarkan aku pergi, aku tidak punya urusan dengan kalian."

Kali ini tidak ada lagi pencegahan membuat Alika segera pergi. Sepanjang perjalanan, ia memikirkana pa yangd ikatakan oleh pria itu. Sama sekali tidak masuk akal baginya.

Dia cucu tunggal keluarga Lysander? Apalagi saat pria itu mengatakan jika namanya bukanlah Alika tetapi Elektra. Apa itu mungkin? Dia telah hidup 23 tahun tanpa mengenai keluarganya. Ia pikir jika pria itu mengada-ngada tetapi saat pria itu mengeluarkan foto, ia tak bisa berkata-kata. Ia keluar dan memilih untuk menganggap jika perkataan itu hanyalah sebuah lelucon untuk menipunya.

Saat tiba di rumah, Alika merebahkan tubuhnya. Ia cukup lelah, tetapi bel pintu berbunyi sesaat kemudian Arsen menerobos masuk ke kamar membuatnya terkejut. Mengambil koper, mengisi semua pakaian tanpa mengatakan alasannya.

Sementara, Alika menatap laki-laki itu seraya mengernyitkan keningnya. "What are you doing, Arsen?" tanya Alika.

Namun, Arsen belum merespon pertanyaan sang kekasih. Tentu saja membuat Alika kesal dan langsung menarik tangannya. "Arsen!" bentak Alika.

Mereka berdua kini saling berhadapan. Arsen menghela napas panjang, lalu berkata, "Paspor, uang, dan semua berkas yang kau butuhkan, ada di dalam amplop ini."

"Apa maksud semua ini? Kenapa ada paspor? Kau ingin aku pergi?" tanya Alika dengan raut memucat.

Arsen mengangguk singkat. "Pergilah ke Amerika. Kau bisa melanjutkan kuliah hukum dan melahirkan di sana. Aku akan menyusulmu minggu depan setelah mengurus beberapa hal di sini," ucapnya.

Tatapan Alika seketika sendu. Dia masih belum mengerti mengapa kekasihnya melakukan semua itu. Benar-benar sangat mendadak.

Perkataan pria itu kini terbukti, mengatakan jika Arsen akan mengirimkannya ke luar negeri.

"Ikuti apa yang aku perintah. Ya?" lirih Arsen mengiringi sentuhan lembut pada pipi Alika.

"Aku tidak mau," tolak sang kekasih.

"Al, please. Ini demi kebaikanmu, jika kamu tidak pergi ke Amerika-maka semua orang disini akan memandangmu hina karena hamil di luar nikah." Arsen pun mengatakan alasannya.

"Bukankah kau akan bertanggung jawab?" tanya Alika dengan manik mata berkaca-kaca.

"Iya. Aku akan bertanggung jawab," sahut Arsen.

Terdengar meyakinkan memang, tapi Alika tidak yakin jika itu adalah jalan yang terbaik untuk mereka berdua. "Terus kenapa kau memintaku untuk pergi ke Amerika? Bukankah kamu berjanji untuk mengajakku pergi menemui orang tuamu?" tanyanya lagi.

"Aku akan membawa mereka ke Amerika. Ada masalah disini yang mengharuskanku tinggal sementara waktu, setelah masalah itu selesai aku pasti akan menyusulmu." Sekali lagi, Arsen berusaha meyakinkan Alika mengenai keputusan sepihak yang dibuatnya.

"Tidak. Aku tidak akan pergi. Kau sudah berjanji padaku," tukas Alika.

"Ikuti apa yang aku katakan. Pergilah ke Amerika demi bayi kita!" bentak Arsen dengan suara tinggi.

Seketika Alika terdiam. Raut wajah Arsen terlihat menakutkan saat ini, membuatnya tidak berani bicara apapun lagi. Meskipun masih ada beberapa hal yang ingin dia tanyakan, tapi tatapan tajam Arsen berhasil membuatnya bungkam.

Alika tidak lagi berpikir untuk menolak saat dokumen penting yang diberikan oleh Arsen digenggamnya erat.

"Ini demi bayi kita," ucap Arsen lirih sambil menggenggam tangan Alika, dia mencoba untuk membuat Alika percaya dengan ucapannya.

Alika tersenyum tipis. "Ya ... aku percaya," lirihnya yang telah menyadari kebenaran dari permintaan Arsen, "bayi ini tidak bersalah," imbuh perempuan itu sambil mengelus perut yang sedikit membuncit.

Lagi pula, Alika sangat khawatir jika semua teman sefakultas pasti akan terkejut bila tahu mengenai kehamilannya, pasti akan mendapatkan gunjingan.

"Terima kasih sudah mengerti," kata Arsen kemudian.

Arsen menatap Alika yang saat ini melihat ke luar jendela, sorot mata sendu memperlihatkan jika dia menyembunyikan sesuatu. Ketika Alika masuk ke garbarata, Arsen segera pulang tanpa dia sadari jika Alika tidak benar-benar masuk ke dalam pesawat, bahkan wanita itu tengah mengikuti mobil Arsen.

Sepanjang perjalanan menuju airport, Alika memikirkan sikap Arsen memintanya pergi ke luar negeri begitu mendadak, ia merasa jika Arsen menyembunyikan sesuatu. Walaupun ragu, ia ingin memastikan apa yang dikatakan oleh pria itu padanya. Apakah pria itu berbohong atau tidak.

Mobil Arsen ternyata masuk ke dalam sebuah gedung pernikahan yang begitu mewah. Alika masih mengikutinya, menatap tempat itu penuh rasa penasaran.

"Siapa yang menikah? Kenapa Arsen datang ke tempat ini?" Alika mulai bertanya pada dirinya sendiri.

Dia melangkahkan kaki memasuki gedung pernikahan tersebut membawa perasaan yang kacau. Pikirannya mendadak menebak kemungkinan terburuk yang akan dilihat nanti. Bukankah tidak mungkin tidak, jika acara yang digelar sedemikian megahnya adalah pernikahan Arsen sendiri?

"Vero? Dia menikah?" monolog Alika saat melihat seorang wanita cantik yang menjadi sorotan dalam acara tersebut.

"Sungguh? Kenapa dia tidak memberitahuku?" tanyanya kemudian.

"Apa mungkin aku yang tidak membaca pesannya?" Sesegera mungkin Alika mengecek ponsel, tetapi tidak menemukan satupun pesan dari Vero. "Apa dia lupa mengundangku? Ya, mungkin dia lupa, tapi siapa pria yang menikah dengannya?"

Dia kembali berpikir keras ketika pembawa acara menyebut nama Arsen disertai pria itu datang dengan setelan tuxedo-membuatnya sangat shock.

"M-mereka-" ucapan Alika tertahan.

Dia hanya bisa mengepalkan tangannya dengan erat melihat pasangan pengantin yang baru akan mengikrarkan janji di hadapan Tuhan.

Alika belum sadar dengan kenyataan yang berada di hadapannya saat ini. Hingga Arsen selesai mengikrarkan janji, barulah Alika tersadar. Ia berjalan menaiki altar pernikahan membuat tamu undangan menatap ke arahnya. Ibu Arsen membulatkan mata, melihat wanita yang tidak diinginkan hadir di acara pernikahan putranya.

Plak!

Satu tamparan cukup kuat mendarat di pipi Arsen saat pria itu baru saja membalikan badan. Vero terkejut saat melihat Alika berada di altar.

"Al?" Bagai disambar petir, Arsen melihat Alika di depan matanya. "B-bagaimana kau-"

"Oh, ternyata ini alasan memintaku pergi ke Amerika agar kau bisa menikah dengan Vero. Hebat, ya. Sangat hebat." Alika bahkan sampai memberikan tepuk tangan atas apa yang dilakukan oleh Arsen.

Arsen tidak menjawab, dia memilih menunduk. Sesaat kemudian terdengar tawa yang membuat fokus semua orang mengarah pada mereka. "Pantas saja, kau bersikap aneh ternyata-"

"Kenapa kau tidak ...."

Terdengar suara tamparan yang baru saja mendarat di pipi Alika. Semua orang dibuat terkejut akan hal itu, termasuk Arsen dia tidak menyangka jika sang mama akan melakukan hal itu pada Alika. Terlihat raut wajah yang dipenuhi amarah saat melihat wanita yang baru saja menganggu pernikahan putranya.

"Jangan ganggu putraku lagi, dasar wanita murahan. Kau tidak pantas menjadi menantu keluarga kami," hina Sonia.

"Tuan, apa Anda hanya akan melihat Nona–" Seorang pria tengah mencoba agar sang boss menyelamatkan Alika.

"Biarkan saja!"

Alika mengusap pipinya yang baru saja mendapatkan tamparan. Dia menghela napas kasar mendengar penghinaan yang baru saja didapatkan. Sungguh tidak menyangka, di depan begitu banyak orang ia diperlakukan tidak sepantasnya seperti itu.

Semua mata tertuju padanya. Apalagi, suara Sonia begitu menggema memenuhi ruangan yang ukurannya begitu luas, membuat seisi ruangan itu bisa mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh wanita paruh baya itu.

Beberapa bisik-bisik pun terdengar membuat Alika melihat sekeliling. Ia sangat jelas bisa merasakan jika semua mata memandang penuh dengan kehinaan bahkan tak ada satupun ingin membela.

"Kau telah merusak acara pernikahanku," ucap Vero dengan tatapan mata yang memerah.

"Aah, merusak acaramu, ya? Kau bahkan sudah menghancurkan masa depanku, Ver!" bentak Alika seiring senyuman sinisnya.

Emosi Sonia memuncak begitu melihat Alika yang tidak tahu diri membuat keributan di pesta pernikahan putranya. Dia mendorong Alika, hingga membuatnya terjatuh.

Arsen langsung hendak menghampiri Alika, tapi Sonia sudah lebih dulu menarik tangannya. "Diam!" perintah wanita itu.

Sementara, Alika hanya bisa menatap Arsen dengan rasa benci. Sonia juga menggandeng tangan Vero dan mengajak sepasang pengantin baru itu pergi dari sana.

"Mari saya bantu," ucap seorang pelayan laki-laki sambil berjongkok di depan Alika.

Miris memang, dari sekian banyak orang di dalam gedung itu, hanya ada satu yang mau membantunya. Itu pun seorang pelayan. Alika lantas menerima bantuan sang pelayan seraya berdiri. Tatapannya begitu sinis-memperhatikan kepergian Arsen bersama dua wanita itu.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh dih_nu

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku