Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta Rahasia Sang Pewaris

Cinta Rahasia Sang Pewaris

Jessica Wuu

5.0
Komentar
3.7K
Penayangan
21
Bab

Ananda Edward, seorang pria bertemperamen keras atas prinsipnya dan merupakan pewaris dari kekayaan mendiang ibunya, melakukan keonaran di kelab malam yang membuatnya terkurung dalam penjara dan membuat ayahnya, Ishan Edward, murka padanya. Nanda akan dibebaskan dengan beberapa syarat, salah satunya adalah bekerja di perusahaan lain sebagai karyawan biasa dengan memakai nama Ananda Iskandar. Suatu hari, Nanda diikutkan dalam proyek launching toko butik Royal Soul, bersama salah satu manager handal bernama Erika Adhinata, seorang gadis muda, cantik, cerdas dan multitalent. Dengan kelebihan dan kelembutannya, ia mampu menyentuh hati Nanda yang tak percaya akan cinta. Namun, cinta itu ternyata bertepuk sebelah tangan karena sang pujaan hati belum benar-benar bisa melepaskan diri dari cinta masa lalunya, seorang pria hedon berhati lembut yang gemar tidur bersama gadis-gadis cantik. Lalu, bagaimana perjuangan Nanda untuk membawa Rika ke pelukannya?

Bab 1 Amarah Tak Terkendali

Mungkin aku memang pria yang tidak memiliki perasaan, tidak memiliki cinta dan itu terjadi setelah kematiannya ... ibuku ....

Aku pernah mendengar bahwa ibu adalah cinta pertama seorang laki-laki, sepertinya itu benar karena aku merasa ibuku adalah cinta satu-satunya yang aku miliki di dunia ini. Aku selalu ingin melakukan hal-hal yang membuatnya bangga dan senang jika melihatku. Apapun sulitnya itu … pasti akan kulakukan, hanya untuk melihatnya bisa tersenyum padaku.

Aku mencintai ibuku segala-galanya. Cara dia menjagaku, mengurusku, mengajariku … bahkan saat ia memarahi dan membentakku sekalipun, cara ia tersenyum ketika bangga padaku dan mengacak-ngacak rambutku ketika aku melakukan kebodohan, rasa cintaku malah terus bertambah.

Ah, dia sudah tiada. Aku tidak akan pernah merasakan cinta lagi. Tidak ada harapan dan cita-cita lagi untuk membuatnya bangga. Semuanya sirna … dan kini hidupku tidak memiliki arah dan tujuan, tidak ada lagi yang bisa aku lakukan.

Kurasa tidak ada lagi wanita yang bisa membuatku kagum atau hanya sekedar menyukainya … selain ibuku .…

***

Namanya Nanda, pria berambut jabrik dengan cat berwarna silver, memasuki bar sambil mendengus marah. Wajahnya terlihat sangat menakutkan, seakan-akan ia hendak membunuh seseorang. Tak peduli siapa pun yang ada di depannya, ia pasti menyambarnya. Kursi, meja, semuanya ia sambar sambil melemparnya dengan kasar, bahkan mungkin seorang jompo sekalipun yang lewat di depannya mungkin tak segan-segan ia mendorongnya. Semua orang-orang di bar dibuat terkaget-kaget oleh keonaran yang ia lakukan. Sebenarnya, apakah yang sedang terjadi pada anak muda berambut jabrik itu?

Akhirnya, Nanda terhenti di suatu ruangan yang dikenal dengan ruang VIP di kelab itu. Ia menatap geram pintu masuk yang tertutup rapat. Ia mengambil kuda-kuda untuk menendang pintu itu.

Brak!

Dan pintu itu langsung melayang setelah mendapatkan tendangan keras dari Nanda. Tampak di dalam ruang seorang gadis berambut panjang dengan cat blonde nan bergelombang bersama pria berambut Mohawk dengan tattoo yang penuh di lengannya sedang bermesraan. Apakah hubungan kedua orang yang jelas-jelas terlihat seperti sepasang kekasih itu dengan Nanda?

Pria berambut Mohawk terlihat kaget akan kedatangan pria berambut jabrik secara tiba-tiba, apalagi pria itu mengganggu kesenangannya bersama gadis pujaannya. Sedangkan, gadis blonde itu terlihat pucat melihat kedatangan Nanda. Tampaknya ada sesuatu antara gadis itu dengan Nanda.

"Hei, apa yang kau lakukan?!" seru pria berambut Mohawk bernama Bazz itu ke arah Nanda.

Nanda tidak menjawab, ia malah mendekati kedua orang itu dengan wajah sangar yang menggeram penuh emosi. Nanda menarik bagian depan baju Bazz lalu meninju wajah pria itu dengan penuh kekuatan. Bazz pun terpental jauh.

"AAAAA!" teriak menjerit sang gadis yang ternyata bernama Maya.

"Kau diam saja di situ!" bentak Nanda ke arah Maya sambil menunjuk gadis itu, "jangan kemana-mana, aku belum selesai dengan pacar gelapmu itu, tunggu bagianmu!" Ia lalu mendekat ke arah Bazz dan menghajarnya habis-habisan. Maya yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa menangis menjerit-jerit melihat Bazz seperti akan dibunuh oleh Nanda.

Malang sekali nasib Bazz. Sebenarnya, ia sendiri tidak mengenal Nanda.

Setelah puas menghajar Bazz yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa, Nanda mendekati Maya dan menarik lengannya dengan kasar.

"Ikut aku!" perintah Nanda pada Maya.

"Tidak mau!" teriak Maya berusaha meronta, "aku tidak mau!"

"Aku bilang ikut!" bentak Nanda tak kalah nyaringnya, "kau belum aku beri pelajaran, ya!"

"Tidak mau!" teriak Maya, "kita putus, aku tidak mau lagi berhubungan denganmu! Kau gila! Sadis … kau tidak punya perasaaan! Kau bukan manusia tapi kau monster, setan!"

BUAK!

Nanda meninju wajah cantik Maya dan Maya yang lemah tentu saja terlempar.

"Huh, kau bilang aku tidak punya perasaan?" ucap Nanda dengan seringai tajamnya, "lalu … kenapa dulu kau mengejar-ngejarku, hah? Sudah tahu aku tidak punya perasaan eh tetap ngotot mau jadi pacarku," Nanda lalu tertawa seperti kesetanan, "kau pikir … aku bersedia mau jadi pacarmu karena aku benar-benar menyukaimu?" Nanda membuang ludahnya ke samping, "sudah bagus aku bersedia jadi pacarmu, asal tahu saja … aku mau jadi pacarmu karena aku bosan melihat kau terus mengejar-ngejarku, dasar perempuan jalang!" teriaknya mengumpat.

Maya lalu menangis, menangis sejadi-jadinya. Selama ini Nanda memang kasar tapi ini pertama kalinya Nanda melakukan kekerasan yang sesungguhnya. Awalnya, ia hanya menganggap Nanda adalah tantangan baginya karena Maya terkenal sebagai gadis yang mampu membuat pria mana pun pasti tergila-gila padanya. Ternyata… ini di luar perkiraannya, Nanda benar-benar pria yang sangat mengerikan.

Tidak lama kemudian polisi datang. Sepertinya manager kelab itu memanggil polisi sejak keonaran yang Nanda lakukan di bawah tadi. Dua orang polisi menahan kedua tangan Nanda.

"Hei … kalian mau apa? Lepaskan aku!" sergah Nanda pada polisi-polisi itu namun polisi-polisi itu tetap menyeret Nanda.

"Hei, kubilang lepaskan! Kalian tidak punya telinga, ya? Aku belum selesai dengan murahan itu!"

***

Nanda kini berada di balik jeruji besi. Di mana lagi kalau bukan di penjara. Ia duduk melantai dengan kedua lutut tertekuk sambil mendengus marah. Rupanya, ia belum puas telah menghajar sepasang kekasih yang telah membuatnya kalap. Kalap bukan karena cemburu melihat pacar sendiri menjalin hubungan dan bermesraan dengan pria lain tapi karena Nanda merasa harga dirinya telah diinjak-injak oleh Maya, pacar Nanda. Yah yah yah … dengan kejadian barusan hubungan Nanda dan Maya bisa dinyatakan telah putus tapi sepertinya Nanda masih ingin menghajar mantan pacarnya itu.

"Ananda Edward?" seorang petugas memanggil Nanda, petugas itu membukakan jeruji penjara untuk Nanda. "Ada yang ingin menemuimu," katanya.

"Siapa?" tanya Nanda rada malas.

"Ishan Edward, ayahmu."

Nanda langsung merasa lega. Akhirnya, ayahnya akan membantu Nanda keluar dari tempat membosankan itu. Segera Nanda berdiri dan bergegas untuk menemui ayahnya, ia pun berjalan mengikuti petugas itu.

Ketika sampai di suatu ruangan untuk menjenguk para kriminal, ia melihat ayahnya duduk di depan meja, Ishan terlihat memejamkan matanya dengan tangan terlipat di perutnya.

"Ayah!" seru Nanda begitu memasuki ruangan dan langsung mendatangi ayahnya. "Syukurlah ayah cepat datang, aku sudah tidak sabar lagi ingin keluar dari tempat ini, tempat ini sangat membosankan."

Tiba-tiba Ishan berdiri, menarik bagian depan baju Nanda dan .…

BUAK!

Tinjuan yang pasti sangat keras mendarat dengan mulus di wajah Nanda, Nanda langsung terjatuh.

"Kenapa ayah memukulku?!" teriak Nanda. Ishan kembali mendekati Nanda dan .…

BUAK

Tendangan yang tak kalah kerasnya mendarat di perut Nanda.

"Kau bertanya kenapa ayah memukulmu? Ho … pertanyaan yang sangat bagus, dengan senang hati ayah akan menjawabnya!" bentak Ishan ke arah Nanda, "pertama… kau membuat onar di kelab, kedua … kau memukul seorang pria yang ternyata tidak mengenalmu … ketiga … aku benar-benar tidak menyangka kau bisa memukul seorang perempuan! Siapa yang mengajarimu, hah?"

"Si jalang itu pantas mendapatkannya!"

DUAK!

Kembali Ishan menendang Nanda tanpa belas kasih.

"Selama ini ayah tahu kau memang kasar tapi … ayah benar-benar tidak menyangka kau bisa memukul seorang perempuan … ayah benar-benar kecewa, kau benar-benar sudah sukses jadi bajingan, Nanda…" Ishan menatap Nanda penuh kekecewaan, "jangan harap ayah akan membantumu keluar dari sini!" teriaknya lalu berbalik meninggalkan Nanda.

Nanda mendengus. Pikirnya, ayahnya datang untuk membawanya keluar dari penjara tapi ternyata tidak seperti dengan apa yang dipikirkannya, ayahnya datang tapi hanya untuk memberinya pelajaran.

"Cih .…"

***

Lagi! Ishan menuangkan minuman alkoholnya ke gelasnya kemudian meneguknya dengan sekali tegukan. Pria blasteran seumuran dengan Ishan, berambut coklat sebahu dengan kemeja hijau bernama Roman Keith hanya terus menatap sahabatnya yang jelas terlihat sedang mengalami stress, tidak biasanya sahabatnya yang sering terlihat konyol itu malah terlihat gundah.

"Apa ini tentang putramu lagi?" Roman memulai percakapan.

Ishan menuangkan kembali minumannya ke gelas. "Jangan sebut dia putraku … aku ingin menghapusnya dari kartu keluarga," lalu ia meneguk minumannya.

Roman terperangah dengan ucapan Ishan. Ingin menghapus Nanda dari kartu keluarga? Berarti putra Ishan telah melakukan hal diluar batas, memang Ishan selalu kecewa dengan tingkah laku Nanda yang sulit diatur tapi sebelumnya Ishan tidak pernah mengatakan ingin menghapus Nanda sebagai putranya.

"Jangan bicara begitu…" ujar Roman, "bagaimana pun … Nanda adalah putra satu-satumu, kau jangan lupa kalau Nanda itu anak kebanggaan Maria," ia memperingatkan Ishan.

Ishan malah tertawa tapi terdengar getir. "Maria pasti akan menangis terisak-isak jika melihat anak laki-lakinya sekarang." Ia lalu menuangkan lagi minumannya ke gelasnya, kali ini benar-benar penuh, "aku tidak tahu sebenarnya apa yang salah, anak itu dulunya baik, baik sekali malah tapi … sewaktu Maria meninggal, anak itu jadi pendiam. Kupikir dia akan kembali seiring waktu … tahu-tahunya … dia sudah jadi berandalan …," ia meneguk minumannya.

Akhirnya, Ishan sudah mencapai batasnya. Ia mabuk, mabuk berat hingga tak kuasa berdiri sendiri dan terpaksa Roman membantunya berdiri.

"Maria!" teriak Ishan begitu Roman membopongnya berjalan, "apa kau lihat putramu? Dia sudah berhasil … tapi berhasil jadi preman! Anak kebanggaanmu itu! Ahli waris semua kekayaanmu! Maria! Anak itu jadi kurang ajar!" tiba-tiba Ishan menangis dan Roman terkaget-kaget dengan sahabatnya itu. Menangis? Ini pertama kalinya ia melihat sahabatnya menangis.

"Maria! Apa salahku? Kenapa anak laki-laki kita … putra satu-satunya … bisa keterlaluan seperti itu. Dia berandalan, apa salahku? Siang-malam aku bekerja untuknya, memberikannya pendidikan terbaik agar kelak ia bisa menjadi pemimpin di perusahaanmu, Maria … kenapa anak itu malah … malah …." Tangis Ishan terdengar menggelegar

"Sudah sudah, ya… cup… cup…" kata Roman jahil sambil mengelus-elus kepala Ishan.

***

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Jessica Wuu

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku