Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Because That Night

Because That Night

Jessica Wuu

5.0
Komentar
4.7K
Penayangan
32
Bab

Khusus Dewasa, mohon bijak dalam membaca! Ariel Anata bertemu dengan pria tampan bernama Sean Rinadi di suatu kelab malam. Karena kebencian pada dirinya sendiri, Ariel memutuskan untuk melepaskan kesuciannya pada pria tersebut dengan perjanjian mereka tak akan bertemu setelah malam itu. Namun, siapa yang sangka bahwa kakak dari Ariel, bernama Vania Anata, merupakan gadis yang akan dijodohkan untuk Sean yang membuat Ariel bertemu kembali dengan Sean. Sean yang mendapatkan kesempatan pun berusaha untuk terus berurusan dengan Ariel dan terus mengejar cinta gadis itu. Sayangnya, Ariel malah memanfaatkan Sean karena kebenciannya pada keluarganya sendiri yang sering membandingkannya dengan Vania.

Bab 1 Keputusan Gila

Kelab malam di pusat kota begitu ramai saat malam minggu. Musik dari disk jockey terdengar begitu menggelegar dan diramaikan oleh tamu-tamu yang bergoyang. Sekelompok pria duduk di sofa menikmati minumannya sambil membahas wanita dan menikmati aksi wanita yang meliuk-liuk di lantai dansa.

"Wah, kamu beruntung ya dapat pacar seperti Suzy," ujar seorang pria pada temannya, "sudah cantik body-nya perfect pula."

"Ahaha, ya begitulah," ucap pria yang dimaksud dengan bangganya, "butuh perjuangan besar untuk menaklukkan hatinya," lanjutnya.

"Kalian lihat tidak, gadis yang dibawa oleh Suzy? Dia juga sangat cantik."

"Yang itu lebih susah lagi didekati," komen kekasih Suzy, "tapi iya sih, dia benar-benar cantik."

"Hai, semua!" Tiba-tiba seorang pria tampan bertubuh tinggi tegap mengenakan jas hitam menghampiri para pria itu.

"Hai, Sean!" seru seorang pria lainnya, "lama kau tidak kelihatan, sepertinya kau sangat sibuk sejak menjabat menjadi CEO di perusahaan keluargamu, ya?"

"Ya, lumayan," jawab pria bernama Sean itu, "kebetulan aku tidak terlalu sibuk akhir-akhir ini jadi bisa bersenang-senang saat week end."

"Ayo duduk!"

Sean duduk di antara para pria itu, ia memesan minuman dan memandang ke arah lantai dansa. Amat banyak wanita-wanita cantik nan seksi bergoyang di sana namun ada satu yang menarik perhatiannya. Seorang gadis cantik berambut hitam sebahu yang memiliki mata bulat nan tajam tampak bergoyang bersama teman-temannya. Tubuh indahnya yang proporsional meliuk-liuk begitu menggoda.

Tidak lama kemudian pelayan membawakan minuman untuk Sean. Sean pun menikmati minumannya sambil terus memandang ke arah gadis itu. Ia bagai terhipnotis akan kemolekan gadis itu hingga ia tak menyimak obrolan teman-temannya yang asik bercengkrama di sana. Tiba-tiba gadis itu dan teman-temannya berhenti bergoyang, mungkin mereka kelelahan dan mulai haus. Dan Sean tak menyangka para gadis-gadis itu menghampiri sofa mereka.

Seorang gadis cantik dengan tubuh montoknya duduk di pangkuan kekasihnya. "Aku haus," kata gadis itu dengan nada manja.

Pria yang merupakan kekasihnya langsung memberikannya minuman dan gadis itu meneguknya. Gadis-gadis lainnya mengambil minumannya masing-masing dan bergabung mengobrol dengan para pria itu. Sementara gadis bermata bulat nan tajam duduk di tepi sofa sambil memegang gelas minumannya, ia tampak merenung dan memikirkan sesuatu yang sepertinya agak berat. Sean pun berinisiatif mendekati gadis itu. Ia berpindah tempat dan duduk di sampingnya.

"Hai," sapa Sean singkat.

"Hai," balas gadis itu.

"Boleh aku tahu namamu?" tanya Sean.

"Ya," jawab gadis itu, "namaku Ariel," lanjutnya, "kau?"

"Kau bisa memanggiku Sean," jawab Sean. Gadis bernama Ariel itu mengangguk lalu meneguk minumannya.

"Kau sering main di kelab ini?"

"Tidak juga," kata Ariel, "kau?"

"Aku juga tidak sering sih." "Kau masih mengenakan jas ke sini, kau pasti orang sibuk," tebak Ariel. "Ya, memang kadang-kadang aku sibuk," kata Sean, "tapi aku juga butuh hiburan."

"Ya, tentu saja," ucap Ariel. Tiba-tiba terdengar suara tawa yang menggelegar dari teman-teman mereka dan itu membuat Ariel dan Sean merasa terganggu.

"Bagaimana kalau kita duduk di bar saja?" ajak Sean. Ariel hanya mengangguk setuju lalu mereka pindah dan duduk di bar.

"Aku sempat melihat kau tampak merenung dan menurutku kau lebih kalem dibanding teman-temanmu yang lain."

"Ya, aku memang tidak terlalu banyak bicara," kata Ariel.

"Apa ada sesuatu?"

Ariel terdiam sejenak. "Sebenarnya ... saat ini aku ingin mengotori diriku sekotor-kotornya," ucapnya.

Sean mengernyit tak paham. "Seperti apa?"

"Sex misalnya," jawab Ariel, "tapi aku tidak tahu harus melakukannya dengan siapa."

Sean menatap serius ke arah Ariel. "Apa kau belum pernah sama sekali melakukannya?"

Ariel menggeleng. "Belum. Kau?"

"Aku pernah melakukannya dengan beberapa wanita," jawab Sean jujur.

"Wow, berarti kau sudah berpengalaman," puji Ariel.

"Heheh, ya begitulah," ucap Sean.

"Bagaimana kalau kau membantuku?" pinta Ariel, wajahnya tampak begitu serius menatap Sean.

"Membantu dalam hal?"

"Membantuku mengotori diriku sekotor-kotornya," terang Ariel.

Sean mengernyit tajam. "Kau serius?" tanya Sean, "ayolah, kau belum pernah melakukannya sebelumnya, kan? Apa kau tidak sayang dengan keperawananmu?"

"Bagiku itu sudah tak penting lagi," kata Ariel, wajahnya tampak sendu, "aku membenci hidupku dan aku terlalu muak dengan aturan hidup ini."

Sean meneguk minumannya sekali hingga habis lalu ia menoleh memandang Ariel. "Baiklah, aku akan membantumu."

"Tapi ada satu syarat," ujar Ariel.

"Apa itu?"

"Aku ingin setelah malam ini, kita tidak akan bertemu lagi."

"Baiklah ...."

Ariel kini terduduk di sofa suatu kamar di hotel berbintang. Ia menatap ke arah jendela, memandang pemandangan kota dengan cahaya lampu yang berkelap-kelip dari atas. Beberapa kali ia mendesah, jantungnya berdegub kencang. Ada rasa gelisah karena ini pertama kalinya ia akan melakukan hubungan intim dengan seseorang yang bahkan baru ia kenal. Namun, ia sudah menetapkan dirinya bahwa ia akan melepaskan keperawanannya malam ini juga.

Sean yang berdiri di belakang Ariel memandang gadis itu, ia lantas melepaskan jasnya dan melemparnya di sofa dan sukses membuat Ariel tersentak. Ariel menoleh ke arah Sean, pria itu sedang melepaskan dasinya dan melemparnya ke sofa.

"Apa kau tidak mau berubah pikiran?" tanya Sean, jari-jarinya melepas kancing kemejanya satu persatu, "masih ada waktu untuk berubah pikiran."

Ariel menggeleng pelan. "Aku tetap pada pendirianku dan aku sudah siap kau setubuhi."

Tidak menunggu lama Sean langsung menyergap Ariel bak hewan liar saat menangkap mangsanya. Tubuhnya mengungkung gadis itu dan bibirnya melumat bibir Ariel dengan penuh nafsu. Sementara Ariel merasa kaget karena sikap Sean yang tak sabaran, tubuh ringkihnya tak bisa bergerak banyak dalam kungkungan tubuh Sean.

"Tu-tunggu!" ujar Ariel langsung ketika Sean melepaskan ciumannya untuk menghirup pasokan udara.

"Kenapa? Apa kau berubah pikiran?" balas Sean, napasnya terdengar agak memburu karena ia mulai bernafsu dan tak sabaran.

"Bu-bukan itu!" sergah Ariel, "bisakah kita melakukannya dengan lembut?" pintanya, "ini pertama kalinya bagiku ...."

Sean diam sejenak. "Baiklah." Sean lalu melonggarkan pelukannya, dan memajukan wajahnya ke wajah Ariel. Gadis itu memejamkan matanya saat bibir Sean menyentuh bibirnya yang seksi.

Dan mereka pun bercinta.

***

Sean langsung mengernyit ketika sinar matahari pagi yang hangat menyorot kelopak matanya yang masih tertutup. Tubuh polosnya yang sebagian tertutupi selimut tampak tengkurap di atas ranjang. Ia lantas membalikkan wajahnya ke arah lain, tangannya bergerak meraba-raba di sampingnya namun ia hanya menemukan bantal di sana.

Sean langsung membuka matanya dan mengangkat sedikit wajahnya. Gadis yang bercinta dengannya tak ada di sana namun ia menemukan secarik kertas terlipat yang tergeletak di atas meja nakas. Sean duduk di ranjang dan meraih kertas tersebut. Ia membuka lipatan kertas itu dan membaca isinya.

'Terima kasih untuk semalam, kuharap kita tak pernah bertemu lagi dan tolong jangan cari aku ....'

"Ck!" Sean mendecak, ia hampir lupa tentang kesepakatan mereka bahwa mereka tak akan lagi bertemu. Namun, entah mengapa Sean menginginkan gadis bernama Ariel itu padahal ia telah bercinta dengan beberapa wanita lain sebelumnya tapi baru kali ini ia terbawa oleh perasaannya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Jessica Wuu

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku