Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Dijodohkan Dengan Ustaz Tampan

Dijodohkan Dengan Ustaz Tampan

SkySal

5.0
Komentar
230
Penayangan
1
Bab

Arzu Nabilla (19) adalah gadis yang cukup nakal, urakan, bahkan suka balapan liar. Hidupnya begitu bebas, hingga tiba-tiba semuanya harus berubah ketika dia dijodohkan dengan teman kakaknya yang merupakan seorang Ustaz. Saat pertama kali melihat sang Ustaz yang bernama Azam Miftah( 30), Arzu langsung terpesona karena ketampanannya, tapi bukan berarti ia tertarik secara emosional apalagi memakai hati padanya. Akan tetapi, apa mau dikata, ketika sang Ayah memaksa Arzu menikah dengan sang Ustaz tampan. "Kau tampan, tapi tidak cukup membuatku tertarik untuk menikahimu." Arzu Nabilla . "Kau juga cantik, energik, manis, dan aku sangat tertarik untuk menikahimu." Azam Miftah

Bab 1 Pertemuan Pertama

Balapan liar di tengah malam?

Biasanya, hal itu hanya dilakukan oleh anak-anak jalanan. Namun, tidak ada salahnya 'kan jika seorang gadis muda yang merupakan anak pengusaha berpartisipasi di dalamnya?

Bahkan, dia adalah satu-satunya wanita yang berpartisipasi dalam balapan liar itu.

"ARZU!"

"ARZU!"

"ARZU!"

Tak sedikit yang meneriakkan namanya, bahkan bertaruh untuknya. Hingga beberapa detik tersisa, Arzu yang memakai motor besar itu ada di urutan ke tiga. Membuat semua orang panik, cemas, dan tegang.Suara riuh tadi seketika senyap, mereka membisu menyaksikan apakah jagoan mereka keluar sebagai pemenang atau tidak.Hingga tiba-tiba....

"HUUU!!!"

"ARZU!"

Suara tepuk tangan begitu riuh, teriakan penuh suka cita itu terlontar dari bibir para pendukung Arzu saat sang jagoan berhasil menyalip dua peserta di depannya.

"Sudah aku bilang, Arzu pasti menang!"

"Arzu adalah gadis yang tak terkalahkan!"

"Arzu, kau juara kami!"

Berbagai pujian gadis itu dapatkan, padahal ia sama sekali tidak peduli dengan hal itu.

Kini, Arzu sang pemenang turun dari motornya, ia melepaskan helm-nya dan seketika suara riuh kembali terdengar saat gadis muda itu memamerkan wajah cantiknya.

Arzu Nabilla, gadis yang baru berusia 19 tahun itu melemparkan senyum pada semua pendukungnya, melambaikan tangan layaknya artis yang menyapa para penggemarnya.

"Kamu menang lagi, Arzu," tukas teman Arzu yang bernama Intan dengan raut wajah yang terlihat sangat senang.

"Ambil hadiahnya setelah itu ayo kita pergi!" seru Arzu dan kembali naik ke motornya.Hadiahnya itu hanya sebuah motor matic, yang harganya bagi Arzu hanya lah sekedar uang jajan bulanannya. Namun, ia mengikuti balapan ini bukan untuk hadiah, tapi untuk kesenangannya semata.

🦋

Keesokan harinya.

Arzu yang menginap di rumah Intan kini terbangun. "Astaga, sudah jam 11!" pekik gadis itu. "Kenapa aku nggak dibangunin, Intan?" Ia menggeram kesal pada temannya itu.

"Aku udah bangunin kamu dari tadi, Arzu, tapi emang kamunya aja yang tidur kayak orang pingsan!" sungut Intan.

"Aku pulang dulu, bye!" Arzu berlari keluar kamar Intan tanpa menanggapi ucapan Intan, ia berpapasan dengan ibunya Intan yang sedang membersihkan halaman.

"Nggak makan dulu, Ar?" tanya wanita paruh baya itu. "Astagfirullah, kamu bahkan nggak cuci muka." Ibu temannya yang bernama Tante Ayu itu hanya bisa meringis melihat penampilan Arzu, rambut panjangnya itu acak-acakan, seperti ekor singa, dan wajahnya masih wajah bantal, terlihat jelas dia tidak mencuci wajahnya.

Kaos oblong over size menutupi hanya sampai sebatas pahanya, ia mengenakan celana mini yang bahkan mungkin tidak sampai dua jengkal.

"Buru-buru, Tante," jawab Arzu sembari naik ke atas motor gede-nya.

Tanpa permisi, ia langsung menancap gas, meninggalkan pekarangan rumah temannya itu. Membuat Ibu Intan hanya bisa geleng-geleng kepala.Selama beberapa menit mengemudi, kini Arzu memasuki sebuah komplek perumahan mewah, dengan rumah-rumah besar dan mahal di dalamnya.

Arzu menghentikan laju motornya di dekat seorang pria yang tampak kebingungan."Shhtt!" Panggil Arzu, tapi pria itu sepertinya tak mengerti.

"Sshhttt, Om!" panggil Arzu lagi.Pria itu menoleh, dan seketika Arzu terpana melihat ketampanannya. Sementara sang pria justru meringis melihat penampilan Arzu.

"Cari apa, Om? Cari alamat orang?" tebak Arzu.

"Iya," jawab pria itu. "Emm ... apa kamu tahu rumahnya David Hermawan?" tanyanya.

"Ohh ... David Hermawan." Arzu mengangguk-anggukan kepalanya. "Dia tinggal di ujung sana, Om!" Ia menunjuk ke arah depan.

"Rumahnya cat warna pink, nomor 312"

"Oh, iya. Terima kasih," ucap pria itu.

Ia pun berjalan kaki mencari rumah pria bernama David itu.

Sementara Arzu kini memasuki rumah yang berada tepat di depannya.

"Non Arzu baru pulang? Dari mana saja, Non?" tanya satpam yang membukakan gerbang untuk Arzu.

"Tidur di rumah Intan, Paman," jawab Arzu santai sembari melempar kunci motornya pada Satpam yang bernama Rudi itu. "Cuci motorku, Paman! Sampai kinclong, apalagi tadi malam dia sudah mendapatkan honda matic lho."

"Balapan lagi, Non?" pekik Pak Rudi."Rahasia kita berdua, Paman," kekeh Arzu.Ia pun segera berlari ke rumah dan berseru,

"Aku pulang!"

Seorang pria turun dari tangga, dia berkacak pinggang dan menatap Arzu dengan tajam.

"Dari mana lagi kamu, Arzu? Nggak liat jam berapa sekarang, huh?"

"Dari rumah Intan, Kak," sahut Arzu dengan tenang. "Terus tadi aku udah liat jam. Eh, udah jam 11 aja, ini juga baru bangun, terus langsung buru-buru pulang biar kalian nggak khawatir."

"Kamu tidur di rumah orang terus, emang rumah kamu kurang apa?" desis sang Kakak penuh emosi, apalagi mendengar jawaban Arzu yang membuatnya naik pitam itu.

"Kurang hangat," jawab Arzu sekenanya setelah itu ia masuk ke kamarnya sendiri yang ada di lantai satu.

"Kakak belum selesai bicara, Arzu!"

Bukannya menanggapi ucapan sang Kakak, Arzu justru menutup pintu kamarnya dengan kasar.

"David, adikmu sudah pulang?" David langsung mendongak saat mendengar suara itu, ia melihat ayahnya yang berdiri di ujung tangga.

"Sudah, Pa," jawab David lesu.

"Oh ya, katanya teman kamu mau ke sini, di mana dia?"

"Katanya tadi masih di jalan, Pa. Tapi seharusnya sudah sampai sekarang."

David merogoh ponselnya dari saku, ia terkejut melihat beberapa panggilan tak terjawab dari temannya yang bernama Azam itu.

Sementara Azam yang malang kini terus berjalan mencari rumah ber-cat pink nomor 312. Kakinya sudah sedikit pegal, bahkan ia berkeringat karena hari memang sudah panas.

"Astagfirullah, di mana rumah David?" gerutu Azam. "Seharusnya aku mencatat alamat dia di hp, bukannya di kertas kecil yang bisa dengan mudah hilang."

Kini Azam sudah sampai di rumah nomor 197, dan ia berhenti sejenak di sana sembari mengelap keringat di pelipisnya.

"Ada yang bisa saya bantu, Nak?" Azam menoleh saat mendengar suara parau seorang wanita.

"Assalamualaikum, Nek," sapa Azam dengan sopan pada wanita lansia yang keluar dari rumah nomor 197.

"Waalaikum salam," jawab wanita itu. "Kamu mencari seseorang?"

"Iya," jawab Azam sembari mengatur napasnya. "Aku mencari rumah David Hermawan, apa rumah nomor 312 itu masih jauh?

"Rumah di sini hanya sampai sampai nomor 213, Nak," jawab wanita itu.

"Hah?" pekik Azam, ia mencoba mengingat kembali apa kata Arzu tadi.

Mungkinkah alamat yang Arzu katakan adalah 213? Apa dia salah dengar menjadi 312?

"Yang kamu cari David Hermawan anaknya Aji Hermawan, bukan?" tanya wanita itu.

"Iya, benar," jawab Azam dengan cepat.

"Oh, rumah mereka ada di depan sana, nomor 004. Rumahnya cat warna putih, yang gerbangnya sangat tinggi itu."

Azam kembali memutar ingatannya, dan ia ingat rumah itu tadi tepat ada di depannya.

"Astagfirullah, apa gadis itu mengerjaiku?"

Bersamaan dengan itu, Azam mendapatkan telfon dari David, tentu ia langsung menjawabnya dengan cepat.

"Kamu di mana, Zam?" tanya David."Aku nyasar," jawab Azam lesu.

"Aku ada di depan rumah nomor 197."

"Hah? Gila kamu, ya! Itu lewat jauh dari rumahku."

"Ada gadis nakal yang mengerjaiku," kata Azam. "Sekarang jemput aku ke sini, ya. Aku capek yang mau jalan lagi ke depan sana."

"Oke, oke ... tunggu sebentar."

Azam kini bisa bernapas lega, dan tak lupa ia mengucapkan terima kasih pada Nenek yang sudah memberinya informasi akurat.

Tak berselang lama, David datang mengendarai motor Arzu yang masih basah.

"Gadis siapa sih yang ngerjai kamu?" kekeh David.

"Entahlah, tapi awas saja kalau nanti ketemu," gerutu Azam sembari naik ke atas motor David.

"Kayaknya tadi dia pakai motor seperti ini," gumamnya kemudian.

"Ini motor adekku," kata David, dan Azam hanya mengangguk mengerti.

Sesampainya di rumah David, Azam langsung diajak masuk ke rumah.

"Nggak usah sungkan, anggap aja rumah sendiri," kata David.

"KAK DAVID PAKAI MOTORKU, YA?"

Azam dan David langsung menoleh saat mendengar suara lantang yang menggelegar itu.

"Kamu?" pekik Azam yang melihat Arzu.

🦋

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Dijodohkan Dengan Ustaz Tampan
1

Bab 1 Pertemuan Pertama

17/03/2023