Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Intelijen Tampan

Intelijen Tampan

author adiba

5.0
Komentar
2.5K
Penayangan
150
Bab

Carlo bandarez seorang intelijen Russia tampan yang menyembunyikan identitasnya. Sangat banyak perempuan yang tergila-gila padanya karena ketampanannya, kesopanannya, kecerdasannya namun Carlo tetap saja menjaga jarak pada perempuan manapun juga. Di luar dugaan Carlo bertemu dengan Claudia Rodriquez teman semasa kecilnya , amat sulit dibayangkan Carlo mencintai Claudia gadis blasteran Russia Amerika. Sekuat tenaga Carlo membunuh rasa cintanya pada Claudia Rodriguez tapi cinta makin subur karena Claudia pun mencintai Carlo. Dilema terberat bagi Carlo karena mendapat tugas menangani kasus kriminal tuan Samuel Rodriguez ayah dari Claudia gadis yang di cintai selama ini. Apa yang Carlo bandarez lakukan ?. Mengorbankan cintanya atau tidak menjalankan tugasnya sebagai intelijen ?.

Bab 1 Intelijen Tampan

Bab.1

Memang benar kalau Central Intelligence Agency (CIA) milik Amerika merupakan agen rahasia nomer satu terbaik di dunia namun FSB adalah agen intelijen Rusia nomer dua terbaik di dunia . pengamanan di Federasi Rusia dan merupakan penerus dari agen intelijen KGB milik Uni Soviet dulu. Badan intelijen ini dibentuk pada 1995 dan fungsinya adalah mencari informasi, melawan terorisme, serta memperkuat pertahanan dan keamanan negara. Badan intelijen ini setidaknya memiliki 250 ribu personel termasuk agen yang melakukan penyamaran, pegawai rahasia, dan mata-mata luar negeri.

Siapa yang tidak tahu kalau Intelijen asing yang lebih dikenal sebagai Akademi SVR. Semua orang pasti tahu kalau akademi SVR sebelumnya dikenal sebagai Institut Spanduk Merah Yuri Andropov dan Institut Spanduk Merah adalah salah satu akademi spionase utama di Rusia , yang sebelumnya di Uni Soviet . Sekolah tersebut terletak di dekat Moskow , dengan fasilitas utama di utara Chelebityevo dan fasilitas sekunder di Yurlovo. Jangan di tanya bagaimana para intelejen Russia lulusan akademi spionase. Semua pasti berdecak kagum. Seorang pemuda tampan Russia dengan badan tegap , tinggi atletis , kakinya melangkah keluar gedung. Senyum yang menghiasi bibirnya makin memperkuat ketampanan wajahnya.

"Ayah.. aku lulus."

Seru pria tampan itu sembari menghampiri laki tua yang berdiri di halaman gedung megah itu. Bulir air mata bahagia menetes , kebanggaannya sebagai seorang ayah yang melihat putra kesayangannya lulus sebagai salah satu intelijen Russia terbaik. Dengan suara bergetar mengucapkan

" Selamat carlo putraku."

Carlo memeluk ayahnya sembari berkata..

" Mari kita pulang , ayah. Tidak sabar aku ingin menyampaikan berita bahagia ini pada ibu dan Catherine adik perempuan kesayanganku."

"Ya, Carlo. Mari kita pulang sekarang."

Mereka berdua pulang ke rumah dengan mengendarai mobil pick up pengangkut gandum. Di sepanjang perjalanan pulang menuju ke rumah mereka , Carlo yang sedang mengemudi mobil pick up pengangkut gandum, tiba-tiba menoleh ke ayahnya.

"Ayah, tolong rahasiakan pada siapapun kalau aku sekarang intelejen."

Ayahnya mengangguk sembari menoleh ke putranya.

" Ya, pasti ayah rahasiakan, carlo ."

Carlo menghembuskan nafasnya , melemparkan pandangannya ke luar jendela mobil saat melewati area pemakaman.

" Ayah, sudah lama aku tidak ke makam nyonya Samuel Rodriquez."

" tidak ada salahnya kalau sekarang kita mampir sebentar ke makam nyonya Samuel."

Ujar ayahnya , tangannya terulur menunjuk ke arah tepi jalan dekat area pemakaman.

" Parkir mobil di depan sana agar kita tidak jalan jauh ke makam nyonya Samuel."

" Baik, ayah."

Carlo melihat ke kaca spion, tidak ada kendaraan maka Carlo tidak perlu memutar arah . Cukup langsung mobilnya berpindah ke bahu jalan sebelah kanan lalu menepikan mobilnya di depan area pemakaman. Setelah mematikan mesin mobil, Carlo dan ayahnya bergegas turun dari mobil. Mereka berdua berjalan beriringan masuk ke dalam area pemakaman. Langkah kaki mereka berdua berhenti tepat di depan makam nyonya Samuel. Carlo mendekati batu nisan . Tangan kanannya mengusap wajahnya, mulutnya berkata..

" Lama aku tidak mendatangi makammu , nyonya Samuel Rodriquez karena kesibukanku tapi tetap aku tidak pernah bisa melupakan kebaikanmu. Kita tidak ada hubungan darah tapi kamu perempuan baik yang sering menolongku di waktu aku masih kecil."

Ayah Carlo tersenyum , suaranya bergetar ..

"Anak laki kecil ingusan yang dulu sering bermain dengan putrimu , sekarang dia sudah dewasa dan menjadi seorang intelijen tampan , nyonya Samuel."

Carlo menoleh pada ayahnya.

"Nyonya Samuel Rodriquez ini sudah lama meninggal tapi entah kenapa sampai sekarang aku masih merasa sedih kehilangan nyonya kaya yang baik hati ini , ayah."

Ayahnya tersenyum, menghela nafas.

" Karena nyonya Samuel Rodriquez adalah seorang perempuan yang suka menolong dan beliau sudah menganggapmu seperti putranya sendiri, Carlo anakku."

Carlo mengangguk sambil menghampiri ayahnya. Gerimis mulai turun. Carlo menatap batu nisan yang di hadapannya sembari berkata..

" Aku dan ayahku harus pulang , nyonya Samuel Rodriquez. Lain waktu pasti aku kemari lagi. "

Ayahnya memeluk bahu Carlo, mereka berdua berjalan keluar area pemakaman menuju mobil yang di parkir. ayah dan anak itu melanjutkan perjalanan pulang , dalam waktu 15 menit mobil berhenti tepat di depan pekarangan rumah sederhana. Seorang wanita cantik separuh baya bergegas keluar rumah menyongsong kedatangan mereka berdua. Carlo keluar dari mobil , langsung berlari sambil berteriak kegirangan.

"Ibu, aku merindukanmu. Bayanganmu selalu saja menari di pelupuk mataku , Bu."

Ibunya tertawa sambil membalas pelukan putra sulungnya.

" Hari ini ibu amat bahagia bisa memelukmu lagi. Ayo masuk , aku sudah masak makanan kesukaanmu , Carlo ."

Carlo bersama ibunya masuk ke dalam rumah , di susul ayahnya . Carlo melayangkan pandangannya ke seisi rumah sambil berteriak..

"Catherine.. Catherine.. aku pulang."

" Catherine adikmu belum pulang kerja , Carlo."

Carlo membalikkan badan sambil mengerutkan dahinya.

"Belum pulang kerja ?. Apa kerjanya Catherine, Bu.?"

"Catherine bekerja merawat orang tua, Carlo ".

Pemuda tampan rupawan Russia itu menarik kursi lalu duduk menghadap meja makan yang penuh hidangan makanan. Dia tertunduk lesu sembari berkata...

"Ayah ibu ,. bagaimana aku bisa menyantap hidangan makanan selezat ini jika Catherine adik perempuan kesayanganku tidak ada .?"

Ibunya menarik nafas dalam - dalam, belum sempat ibunya membalas ucapan putranya. Terdengar suara teriakan di luar rumah.

"Ayah ibu , aku pulang. Apakah kakakku yang tampan sudah datang , Bu.?"

Carlo mendekatkan jari telunjuk ke mulutnya..

"sstttt.... Aku mau bersembunyi. Jangan katakan kalau aku sudah datang.!"

Orang tua mereka hanya melongo melihat tingkah anaknya , Carlo bergegas bangkit dari kursinya lalu menyelinap di balik pintu ruang makan. Catherine membuka pintu ruang tamu sambil menoleh ke kanan kiri.

"Mana kakakku.?"

Pertanyaan Catherine hanya di tanggapi senyuman di bibir kedua orang tuanya. Gadis imut itu memiringkan kepalanya..

"Bukankah tadi ayah menjemput kakakku .?. Aku merindukan kakakku. Kenapa ayah ibu hanya tersenyum.?"

Catherine melepaskan tali tas di bahunya. Kepalanya melongok ke meja makan , bibirnya bergumam..

"Ibu sudah memasak makanan lezat sebanyak ini tapi kakakku tak pulang. Lebih baik aku sekarang pergi menjemput kakakku. Tolong ayah ibu jangan mencegahku pergi menjemput kakakku."

Gadis itu membalikkan badannya, melangkah ke luar rumah. Carlo langsung keluar dari persembunyian sambil berkata...

"Mari kita makan, aku sudah lapar."

Carlo bersama ayah ibunya duduk sambil tertawa, sedangkan Catherine yang masih berdiri di luar pintu rumah langsung Ng terhenyak mendengar suara dari dalam rumah. Catherine kembali masuk ke dalam rumah menerobos ke ruang makan. Matanya yang indah terbelalak kaget, mulutnya berteriak..

"Kakaakkk.... "

Catherine kari menerjang Carlo yang tertawa terbahak-bahak.

"Hampir saja aku menjemputmu ternyata kakak sembunyi di dalam rumah. "

Carlo memeluk erat adik perempuan kesayangannya..

" Aku tidak mau makan tanpa adik perempuan kesayanganku."

Ibu mereka mulai meletakkan kentang kukus di atas piring.

"Sekarang kita makan ya . Ayah kalian sudah menunggu kita untuk makan bersama."

Mereka mulai makan bersama. Inilah indahnya kebersamaan keluarga Russia, makan bersama keluarga. Selesai makan, saling bertukar cerita. Carlo dan Catherine adalah kakak beradik yang beda usianya 5 tahun.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh author adiba

Selebihnya

Buku serupa

Godaan Sang Mantan

Godaan Sang Mantan

Romantis

5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) "Ughh..." Marina melenguh sambil mencengkram pergelangan tangan Willem. "Sakit, Will." "Kamu mendesah barusan," bisik Willem. Marina menggigit bibirnya menahan senyum yang hendak terbit. Willem segera menegakkan punggungnya, menatap Marina dengan penuh cinta di bawah kendalinya. "Tapi sakit, jangan terlalu keras... ahhh," ucap Marina. Belum selesai ia berucap, tiba-tiba ia mendesah saat Willem menghentakkan pinggul dengan lembut. "Ahhh..." *** Seiring berjalannya waktu, Marina semakin yakin bahwa keputusannya untuk menghindari pertemuan dengan mantan kekasihnya, Willem Roberto, adalah langkah yang tepat. Luka yang dalam akibat keputusan Willem di masa lalu membuat Marina merasa hancur dan ditinggalkan begitu saja setelah ia menyerahkan segalanya kepadanya. Meski Marina berusaha sekuat tenaga untuk menjauhi Willem, takdir mempertemukan mereka kembali setelah tujuh tahun berpisah. Pertemuan ini tidak bisa dihindari, dan Marina pun merasa tergoda oleh pesona mantan kekasihnya. Walaupun hatinya masih terluka, Marina terbawa dalam nostalgia dan hangatnya kenangan masa lalu. Keduanya larut dalam kenangan manis dan berbagi momen intim di dalam kamar hotel. Willem terus menggoda Marina dengan daya tariknya yang memikat, membuat wanita itu sulit untuk menolaknya. Marina pun berada dalam kebimbangan, diantara kerinduan akan cinta yang dulu dan ketakutan akan luka yang mungkin kembali menghampirinya. Kisah cinta Marina dan Willem kembali terjalin, namun kali ini dipenuhi dengan ketidakpastian dan keragu-raguan. Marina harus segera memutuskan apakah ia akan terus terjebak dalam kenangan yang menyakitkan atau memilih untuk bangkit, memperbaiki diri, dan menempatkan kebahagiaannya di atas segalanya.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku