Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
DON'T PLAY GAMES WITH ME

DON'T PLAY GAMES WITH ME

Syden Adiba

5.0
Komentar
818
Penayangan
40
Bab

Setelah akad nikah dan resepsi pernikahan Adiba dengan Syden laki islam Russia di lahore, Pakistan. Mereka harus kembali ke khimki, Russia. Syden mau merayakan lagi di Russia dan mengharuskan keluarga dari pihak istri harus hadir di Russia. Kejadian aneh yang terjadi pada adiba dan ibu mertuanya..mulai bermunculan saat adiba, syden dan ibunya syden tinggal di rumah baru yang mereka tempati. Setiap kali mereka berdua menceritakan Kejadian-kejadian aneh yang mengerikan pada syden tetap syden anggap gurauan. Syden baru percaya... Saat adiba mengalami keguguran kehamilan anak pertama mereka. Semua terperangah kaget saat mendengar adiba berteriak keras ... QAZZAM ALLAH, JANGAN BERMAIN-MAIN DENGANKU. AKU ADIBA PEREMPUAN PAKISTAN BERHAK MENUNTUT BALAS ATAS KEMATIAN ANAKKU DI RAHIMKU. TIDAK ADA SEORANGPUN YANG BISA MENCEGAHKU. Siapa orang yang membuat adiba keguguran dan menuntut balas atas keguguran yang di alaminya?!

Bab 1 ⛄DON'T PLAY GAMES WITH ME

⛄ Bab. 1

Pesawat mendarat di Sheretmeyevo airport. Para penumpang di dalam pesawat mulai berdiri..bersiap-siap berjalan keluar pesawat. Morgan menoleh ke arahku dan Syden..

"Syden... Adiba... Kita keluar terakhir. Biarkan para penumpang lain keluar duluan.. ".

Syden dan aku mengangguk. Dua puluh menit kemudian, seorang pramugari cantik bertubuh tinggi semampai.. menghampiri kami sambil membawa kursi roda ibunya Syden tapi Morgan langsung berdiri dan berkata....

" Sudah delapan jam ibu itu duduk di dalam pesawat, sekarang biarlah aku menggendongnya keluar pesawat".

Pramugari cantik itu tersenyum ramah dengan sopan membantu melepaskan sabuk pengaman di kursi ibunya Syden. Morgan menggendong ibunya Morgan dan berjalan di antara kursi penumpang pesawat. Kedua anak Aisyah... Nabilla dan Maryam melompat-lompat kegirangan sambil berteriak...

"Alhamdulillah, kita sampai di Russia".

Sholeha adik mereka yang masih berusia sebelas bulan terbangun karena teriakan kedua kakaknya dan langsung menangis keras. Aisyah dan Alif mendiamkan sholeha tapi sholeha makin menangis keras. Syden mengambil sholeha dari gendongan alif..

" Aku mau menggendong sholeha".

Sholeha mulai surut tangisnya, dengan mata yang indah bulat berkedip-kedip melihat Syden. Aku melap pipi sholeha yang berlinang air mata. Lucunya... kedua tangan mungil sholeha memegang pipi Syden.. Langsung tertawa terbahak-bahak. Kami berjalan keluar dari pesawat menuju ke ruangan kedatangan.. Antrian panjang...untuk pemeriksaan paspor dan visa. Setelah mengambil barang bawaan kami keluar. Beberapa orang menghampiri Syden.. mereka berbicara di dekatku ternyata mereka para pegawai di kantor Syden. Aku mendekati abu...

"Abu, itu ada beberapa pegawai dari kantor Syden yang mau mengantar kita semua ke rumah Syden".

Abu mengangguk, memberitahu alif yang mengatur.... 1 mobil mengantar abu, ummu, eama Hanifah, sama Hassan dan kedua orang tua Alif, Morgan. 1 mobil lagi mengantar Rowena, Aisyah, alif, siti adik perempuan Alif , adik sepupuku yang kembar.. Mohammad dan Mohammed. Mobil yang satu lagi mengantar Syden, ibunya, aku dan ketiga keponakanku.. Nabilla, Maryam, sholeha. Aku perhatikan ketiga keponakanku dekat sekali dengan Syden dan ibunya. Aku heran dengan arah jalan yang dilalui mobil yang kami tumpangi.

"Syden, kita kemana ??".

Syden asyik bermain dengan ketiga keponakanku, dengan singkat hanya menjawab..

" Pulang, adiba sayang ".

Aku memperhatikan jalan dan menoleh ke ibunya Syden....

" Adiba bingung, ini bukan jalan menuju ke rumahnya adiba, bu".

Ibunya Syden dengan keheranan memandangku.

"Ibu juga heran, kita mau kemana ini, adiba cantik ".

Ibu dan aku secara bersamaan menoleh ke Syden. Ehmmm... Syden suamiku mulai kumat main rahasia-rahasiaan. Aku menyentuh tangan ibunya..

" Bu, syden anak ibu yang tampan itu mulai kumat main rahasia-rahasiaan pada kita berdua".

Syden tertawa renyah...

" Ini kita pulang ke rumah kita".

Aku dan ibu saling berpandangan..makin penasaran.. Mobil berhenti di depan halaman rumah besar. Kami turun dari mobil, aku masih keheranan melihat rumah besar ini.

"Syden, ini rumah siapa ?."

Syden hanya tertawa sambil meletakkan sholeha di pangkuan ibunya yang duduk di kursi roda. Syden mendorong kursi roda ibunya.

"Ayo kita masuk, adiba".

Aku menggandeng Nabilla dan Maryam masuk ke dalam rumah. Aku dan ibu masih keheranan. Ibu bertanya..

" Sebenarnya ini rumah siapa ?. Rasanya tidak sopan kita tidak sopan masuk rumah orang tanpa seijin pemiliknya, Syden anakku ".

" Bagaimana kita ijin pemilik rumah ini kalau pemiliknya masuk bersamaku ke rumah ini, bu".

Aku langsung berdiri di hadapan Syden...

"Adiba benar-benar gak paham maksud Syden".

Syden tertawa keras...

" Adiba sayang, kamu dan ibuku...kalian berdua pemilik rumah ini. Kita tinggal di rumah baru ini, masih gak paham ?".

Aku menggeleng..

"Rumah ini terlalu besar sekali. Terus mana rumah mungil yang adiba tempati dulu, Syden ?".

" Masih ada, adiba sayang".

Mulai habis rasa heranku.. sudah terdengar suara..

"Assalamu mualaykum".

Kami menoleh ke pintu ruang tamu .. Abu, ummu, kedua orang tuanya Alif , eama Hanifah, eamm Hassan, siti, alif, Aisyah, si kembar mohammad dan Mohammed, Morgan, Rowena. Syden memeluk bahuku sambil menjawab..

" waalaikum salam, ayooo masuklah... ".

Semua masuk sambil berdecak kagum. Morgan mendekati Syden...

" Besar sekali rumah barumu, Syden ".

Syden tertawa keras sambil menepuk bahu Morgan..

"Aku gak punya rumah. Ini rumah milik ibu dan adiba. Aku hidup menumpang pada mereka berdua, Morgan".

Morgan menjawab...

" Syden sekarang kamu tahu jika dengan dua perempuan cantik itu kamu harus banyak mengalah ".

Semua tertawa. Syden mendorong kursi roda ibunya.

" Ada kolam renang di belakang sini. Silahkan kalau ada yang mau berenang di sini".

Ummu berjalan di sampingku...

"Masya Alloh, rumah sebesar ini kalian bertiga tempati ?".

Syden langsung menoleh ke arah Ummu..

" Kami berenam, Ummu".

Abu bertanya...

"Siapa saja, nak Syden ? ".

Dengan santai Syden menjawab...

" Adiba, saya, ibu saya dan tiga anak Aisyah ".

Semua tertawa melihat ekspresi wajah Alif dan Aisyah yang terkejut mendengar gurauan Syden. HP Syden berdering. Syden menerima telpon dan berjalan menggandengku.

" Adiba sayang, ada orang mengantar makanan. Ayo kita ambil makanannya ".

Kami membuka pintu ruang tamu, mengambil beberapa tas plastik berisi bungkusan makanan yang diberikan kurir pengantar makanan. Aku masih bingung dan belum tahu letak dapur. Syden mengajakku ke dapur.

" Ayo adiba sayang... Kita siapkan makanan".

Aku melihat Syden membuka rak kayu berisi peralatan makan lengkap. Kami memindahkan makanan ke dalam beberapa piring, meletakkan di atas meja makan.kuperhatikan Syden memang laki cekatan...dalam hitungan menit, semua sudah tertata di meja makan. Syden melaporkan mulutku dengan tisue.

"Mulutmu penuh dengan coklat...selalu saja belepotan coklat seperti ini, adiba sayang".

Aku mengajak mereka makan siang bersama. Syden menyuapi ibunya, aku makan bersama si kembar dan kedua anak Aisyah di dekat kolam renang. Selesai makan, kami sholat dhuhur berjama'ah di ruang keluarga. Alhamdulillah, selesai sholat dhuhur berjama'ah, kami duduk-duduk di teras belakang dekat kolam renang.

"Abu... Ummu.... ada yang mau saya bicarakan"

.

Abu yang duduk di sebelahku langsung menoleh ke syden suamiku..

" Kemarilah nak Syden, mari kita bicara ".

Semua melihat ke Syden yang pindah duduk ke dekat abu dan ummu.

" Abu,saya mau mengadakan pengajian sekalian kirim doa buat almarhum ayah saya ".

Dengan sikap kebapakan, abu merentangkan kedua tangannya...

" Kemarilah, nak Syden.. "

Syden mendekati dan memeluk abu yang mengelus-elus kepala Syden..kemudian membisikkan Al fatihah. Kulihat mata Syden berkaca-kaca. Tetap dengan sikap kebapakan, abu berkata...

"Nak Syden, subhanaAlloh.. Sungguh hebat ibumu mendidikmu untuk tetap menghormati dan menyayangi almarhum ayahmu meskipun sukses pekerjaanmu tetap saja kamu menempatkan diri sebagai anak sholeh yang mengirim doa untuk almarhum ayahmu".

Aku berbisik pada abu..

" Adiba gak marah kalau abu peluk Syden tapi Syden suka marah kalau ibunya peluk adiba. Malah pernah Syden naruh banyak kulit kacang di rambut adiba."

Abu dan Syden tertawa, abu melihatku..

"Kemarilah, abu peluk adiba juga".

Aku memeluk abu, sambil melihat Syden.

" Syden.. Adiba baik ya.. Gak taruh banyak kulit kacang di rambut Syden. Ini abu kita bersama. Ayo senyum.. Syden "

"Terima kasih, adiba sayang".

" Ehmmm... Adiba minta es krim dan coklat yang di kulkas ya, Syden ".

" Iya, adiba sayang ".

Morgan mendekati kami, sambil berkata...

" Keterlaluan sekali sepasang pengantin baru ini. Kami menunggu abu bicara, kalian berdua malah peluk abu dan bicara sayang-sayangan. Ayo abu.. Kita lemparkan mereka berdua ke kolam renang ".

Kami berdua baru sadar... Tertawa sambil melepaskan diri dari pelukan abu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Syden Adiba

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku