Kecanduan Manis: Istri Manja Tuan Wahid
Penulis:I. LARSON
GenreRomantis
Kecanduan Manis: Istri Manja Tuan Wahid
"Aku mengerti," jawab Rossa sambil tersenyum kecut.
Pernikahannya dengan Laskar hanyalah sebuah kesepakatan. Dia tidak berhak untuk ikut campur dalam kehidupan pribadi pria itu. Selain itu, Rossa merasa lebih nyaman ketika Laskar tidak berada di sekitarnya.
Setelah memasuki kamar, Rossa mengamati sekelilingnya. Di kamar tidur yang luas itu, terdapat perabotan mewah berwarna hitam putih yang tidak mencolok dengan dekorasi yang minimalis tetapi nyaman. Jelas, kamar ini adalah kamar tidur bujangan.
"Ini adalah kamar Tuan Wahid," jelas Siti sambil tersenyum ketika melihat Rossa yang sedang mengagumi dekorasi kamar.
Rossa membuka mulut dan hampir meminta untuk tinggal di kamar lain, tetapi pada akhirnya, dia hanya bisa mengangguk.
Malamnya, Rossa berguling-guling di tempat tidur. Karena tidak bisa tidur di tempat yang asing, akhirnya dia menyerah dan memutuskan untuk mencari pekerjaan melalui ponselnya. Dengan bekerja, dia bisa memiliki penghasilan yang stabil, merawat ibunya dengan baik, dan mempersiapkan masa depan yang cerah bagi bayinya.
Tiba-tiba, Rossa melihat lowongan pekerjaan sebagai seorang penerjemah. Yang membuatnya terkejut, perusahaan itu sedang mencari penerjemah yang mahir berbahasa Aven. Negeri Aven adalah negara asing di mana Peter mengasingkannya bersama ibunya.
Yang lebih mengejutkan adalah gaji yang cukup besar. Tanpa pikir panjang, Rossa langsung melamar pekerjaan itu. Setelah mengirim CV, dia meletakkan ponselnya dan perlahan-lahan tertidur.
Di luar, seberkas cahaya putih menerangi halaman dan sebuah mobil Maybach berhenti di depan vila. Tidak lama kemudian, Laskar masuk ke dalam kamar dengan terhuyung-huyung.
Dia menarik kerah kemejanya dengan tidak nyaman, lalu menuangkan segelas air dan menenggak semuanya sekaligus untuk meredakan sensasi terbakar di tenggorokannya. Dia minum banyak saat pesta ulang tahun Sonia. Biasanya dia adalah peminum yang baik, tetapi sekarang dia mabuk.
Sambil mengusap dahi, Laskar berjalan menuju tempat tidurnya. Tanpa pikir panjang, dia menjatuhkan diri ke tempat tidur dan langsung tertidur lelap.
Di tengah tidurnya, Rossa merasakan ada sesuatu yang bergerak di tempat tidur, tetapi dia tidak terlalu memikirkannya dan terus tertidur pulas.
Di pagi hari
Sinar matahari menyusup masuk ke dalam kamar seperti benang-benang emas yang menerangi seluruh ruangan.
Di tempat tidur, ada seorang wanita sedang tertidur nyenyak dengan meringkuk di atas lengan seorang pria. Bagi orang lain, mereka mungkin terlihat seperti pasangan yang manis.
Laskar membuka matanya secara perlahan. Kepalanya berdenyut-denyut. Tepat ketika dia hendak duduk di tempat tidur, dia menemukan ada sesuatu yang membebani lengannya. Dia menoleh ke samping dan menemukan seorang wanita sedang meringkuk di atas lengannya.
Kulitnya mulus dan halus, serta bulu matanya melengkung seperti sayap kupu-kupu. Bibirnya yang kemerahan sedikit terbuka saat dia bernapas dengan stabil. Posisi tidurnya menyamping. Melalui garis leher piyama wanita itu, dia samar-samar bisa melihat dadanya yang bulat.
Laskar tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan ludah. Saat ini, dia merasakan dorongan yang belum pernah dia rasakan saat bersama Sonia. Dia tidak menyangka seorang wanita yang baru dia temui dua kali akan membuat tubuhnya bereaksi seperti ini.
Sementara itu, Rossa sedang berada di tengah mimpi yang menegangkan. Dalam mimpinya, ada seekor singa yang ganas sedang menatapnya, seolah-olah binatang buas itu ingin memangsanya.
Akhirnya, dia terbangun dari mimpinya dengan gelisah. Namun, begitu dia membuka matanya, dia melihat seorang pria sedang menatapnya. Dalam kesadaran yang belum pulih sepenuhnya, pikirannya menjadi benar-benar kosong untuk sesaat.
Tiba-tiba, dia membelalak dan bertanya, "Kenapa kamu ada di tempat tidurku?!"
Laskar membuang muka dengan tenang dan mengangkat selimut sambil menjawab, "Ini tempat tidurku."
Rossa ingin membalas, tetapi ketika melihat di mana dia berada, dia menelan kata-kata di ujung lidahnya. "Bukankah kamu pergi untuk merayakan ulang tahun pacarmu? Kenapa kamu pulang?" tanya Rossa sambil melompat dari tempat tidur dan mundur beberapa langkah.
Karena Siti telah memberitahunya bahwa Laskar tidak akan pulang, dia jadi lengah. Saat memikirkan dia tidur di tempat tidur yang sama dengan Laskar, pipinya memerah. Dia menundukkan kepala dengan malu.
Laskar membuka kancing kemejanya dan melirik wanita yang sedang berdiri di sudut dalam kondisi kebingungan. Sambil tersenyum main-main, dia bertanya, "Apa ulang tahun pacarku lebih penting daripada malam pernikahanku?"
Begitu mendengar pertanyaan ini, Rossa kehilangan kata-kata. Pernikahan mereka hanya sebuah kesepakatan. Mereka bukan pasangan sungguhan. Malam pernikahan apa yang dia bicarakan?
Akan tetapi, sebelum Rossa bisa membalas, Laskar melepas kemejanya.
Rossa buru-buru membalikkan badan. Dia tidak menyangka pria itu akan melepas pakaian di hadapannya. Sejak malam itu, dia secara khusus menolak untuk berdekatan dengan pria.
Dia buru-buru berkata, "Aku mau keluar dulu." Tanpa menunggu jawaban, dia segera berlari keluar dari kamar.
Laskar mengabaikannya, lalu berjalan menuju kamar mandi. Saat hendak mengambil beberapa potong pakaian dari lemari, dia menjatuhkan sebuah tas ransel secara tidak sengaja sehingga semua barang di dalam tas berjatuhan.
Dia tertegun sejenak dan bertanya-tanya apakah tas itu milik Rossa. Berani-beraninya? Wanita itu tidak ragu-ragu untuk meletakkan barang-barangnya di lemari pakaian miliknya.
Laskar mencibir dan berlutut untuk mengambil barang-barang yang berserakan di lantai. Tiba-tiba, secara sekilas, dia melihat sebuah dokumen dari rumah sakit. Dia mengernyitkan kening dan mengambilnya.
Rossa Bramantia, perempuan, 18 tahun, hamil enam minggu. Wanita itu hamil?!