Rossa berbalik dan menatap Laskar dengan keras kepala. "Aku tidak melakukan kesalahan apa pun. Kenapa aku yang harus meminta maaf?"

Laskar mengerutkan keningnya. Laskar belum pernah memperhatikan wanita ini dengan cermat, bahkan saat dia menciumnya tanpa berpikir panjang.

Wajahnya, hanya seukuran telapak tangan Laskar, sangat halus dan murni. Pada saat ini, matanya yang cerah menatapnya dengan keras kepala dan tegas.

Keduanya saling tatap, dan tidak ada yang mau mengalah.

"Kamu sudah mendorongnya. Minta maaf!" Nada suara Laskar tetap dingin, tetapi tidak sekeras sebelumnya.

Dia sepertinya terkejut dengan ekspresi tegas wanita itu.

"Aku yang harus disalahkan, Laskar. Hak sepatuku terlalu tinggi. Aku kehilangan keseimbanganku, itu saja. Kejadian ini benar-benar bukan salahnya." Sonia melangkah di antara keduanya.

Dia memasang ekspresi menyedihkan di wajahnya, bahkan berhasil mengeluarkan satu atau dua tetes air mata saat berpura-pura membela Rossa.