/0/29430/coverorgin.jpg?v=8e86c699cec428f3b4eb4b4f9f811d64&imageMogr2/format/webp)
Hidup Kaluna ternyata penuh dengan luka. Setelah dua tahun menjalin hubungan dengan pria bejat, hidupnya benar-benar hancur tak karuan.
Ia dipaksa melayani nafsu mantan pacarnya dengan berbagai ancaman. Hingga akhirnya, ketika ia dinyatakan hamil, ia ditinggalkan begitu saja dan diberi luka pengkhianatan yang begitu membekas di hatinya.
Hingga kini, Kaluna masih menyimpan dendam pada mantan pacarnya dan mantan teman baiknya itu.
"Lun, ganti dulu bajumu. ASI-mu merembes," bisik seorang wanita bertubuh gemuk kepada wanita cantik bernama Kaluna.
Saat ini, Kaluna sedang bekerja part-time di sebuah restoran yang cukup ramai pengunjung. Tak ingin membuat dirinya malu, Kaluna buru-buru berlari ke kamar mandi untuk mengganti bajunya.
Selesai berganti, ia kembali ke depan dan melayani beberapa pelanggan yang sudah mengantre.
"Mbak, saya pesan satu burger sama satu chicken crispy, ya," ujar pelanggan yang sedang dilayani.
Kaluna mengangguk sambil tersenyum manis. "Baik, tunggu sebentar ya," ucapnya ramah.
Kaluna terlihat begitu sibuk menyiapkan beberapa makanan, sampai tidak menyadari jika sedari tadi, ada seorang pria yang berdiri di barisan tengah, memandanginya dengan tatapan yang begitu dalam.
Hingga tiba gilirannya untuk memesan, pria itu mendekat dengan senyum tipis di bibirnya.
"Selamat siang, apa yang ingin dipesan?" tanya Kaluna ramah.
Namun, bukannya memesan makanan, pria itu malah menunduk sedikit dan berbisik di dekat kepala Kaluna. "Boleh minta nomornya?"
Kaluna terkejut, tapi ia tetap berusaha profesional. "Maaf, saya di sini hanya untuk melayani pembeli. Kalau tidak ada yang ingin Anda pesan, silakan mundur, karena masih banyak yang antre di belakang," ucapnya sambil memaksakan senyumnya.
Pria itu tidak menyerah. "Ini penting. Ada yang perlu saya bicarakan sama kamu."
Merasa situasi semakin canggung, sementara antrean semakin panjang, Kaluna menghela napas kecil. "Baik, Anda bisa minggir dulu. Kita bisa bicara setelah saya selesai melayani yang lain," ujarnya dengan lembut, meskipun dalam hati ia merasa terganggu.
Pria itu mengangguk dan melangkah ke samping, duduk di kursi sambil memainkan handphone-nya. Sementara Kaluna melanjutkan pekerjaannya, rasa penasaran mulai mengganggunya. Ia tidak mengenal pria itu, namun ada sesuatu yang tampak mendesak dalam tatapannya.
Melihat antrean yang semakin panjang, pria itu mendengus kesal. Berkali-kali ia mencoba memberi kode kepada Kaluna, namun Kaluna tetap tidak memedulikannya.
Hingga setengah jam kemudian, Kaluna baru saja melayangi para pelanggan. Melihat pria itu yang masih duduk menunggunya, ia pun segera berjalan menghampirinya.
"Maaf sudah menunggu lama," ujar Kaluna sambil duduk di depan pria itu.
Pria itu meletakkan ponselnya, lalu menatap Kaluna sambil tersenyum tipis. "Tidak apa-apa," balasnya. Padahal dalam hati merasa sangat kesal, karena banyak waktunya yang terbuang.
"Ingin bicara apa, ya? Sepertinya kita tidak saling mengenal sebelumnya," tanya Kaluna dengan nada hati-hati.
"Benar, kita memang belum pernah bertemu sebelumnya. Tapi ada hal penting yang mau saya bicarakan sama kamu," ujar pria itu.
Kaluna menatapnya dengan kening berkerut. Rasa penasaran dan sedikit waspada bercampur dalam hatinya. "Hal penting apa? Kenapa harus saya?"
Pria itu tersenyum tipis, seolah sudah memperkirakan pertanyaan itu. "Nama saya Liam. Saya sedang mencari seseorang yang bisa membantu anak saya, dan saya yakin kamu adalah orang yang tepat."
Kaluna semakin bingung. "Maksud Anda?"
/0/21426/coverorgin.jpg?v=3d3fc6035103ce8c255a3a2e7016ab2b&imageMogr2/format/webp)
/0/5369/coverorgin.jpg?v=828b4626fb2cf3faf0cd82ba5e07e15c&imageMogr2/format/webp)
/0/3778/coverorgin.jpg?v=45659e33fc35fc3013be25deafe72fcf&imageMogr2/format/webp)
/0/16399/coverorgin.jpg?v=1e15c1b5d5554d21af64e257ce86aabf&imageMogr2/format/webp)
/0/4087/coverorgin.jpg?v=b70aa021fa96d8da2f074b39da509320&imageMogr2/format/webp)
/0/8074/coverorgin.jpg?v=9ed9f0f8922d4de2e0e7ac5d9024b6ab&imageMogr2/format/webp)
/0/12866/coverorgin.jpg?v=fdaf1540e18d535e1b557aba64423218&imageMogr2/format/webp)
/0/18821/coverorgin.jpg?v=9802dce90e46c9f104fb9b58491e42f9&imageMogr2/format/webp)
/0/18949/coverorgin.jpg?v=515c3f1a85fa5f856ca8e7b776a4c52c&imageMogr2/format/webp)
/0/7030/coverorgin.jpg?v=66ef500fba68df5246c38220ee708a7f&imageMogr2/format/webp)
/0/2795/coverorgin.jpg?v=043d4b1da96165844a701a244b3febde&imageMogr2/format/webp)
/0/2640/coverorgin.jpg?v=cd404ed8e307d022c965a36eb2d49305&imageMogr2/format/webp)
/0/7314/coverorgin.jpg?v=a1082c86ea6699e6432ece45218c8f91&imageMogr2/format/webp)
/0/17274/coverorgin.jpg?v=1da3b24971bfb3a9b1dc9acb56b5a671&imageMogr2/format/webp)
/0/21621/coverorgin.jpg?v=fea238469818ea92d629a4bbbdbf5f64&imageMogr2/format/webp)
/0/5184/coverorgin.jpg?v=72b988390c55a957b5306f33b865e4e6&imageMogr2/format/webp)
/0/10516/coverorgin.jpg?v=01aff05d00205982dc45aa23981f69dc&imageMogr2/format/webp)
/0/2845/coverorgin.jpg?v=f08d4370da2b7041e3a3a09e8d1fff92&imageMogr2/format/webp)
/0/2824/coverorgin.jpg?v=1fc5a762e0ae67bbb324e7215695047a&imageMogr2/format/webp)