Abang Duda Kesayangan

Abang Duda Kesayangan

Author_ay

5.0
Komentar
392
Penayangan
19
Bab

Entah keberuntungan atau apa seorang gadis bernama Dilara Aysila Airene tanpa sengaja bertemu seorang duda tampan setelah menolong seorang nenek di jalan. Melihat seorang pria tampan membuatnya jatuh cinta, dengan segala cara gadis itu berusaha merayu sang duda dengan segala tingkah konyolnya. Berhasilkah Dilara menjalankan misi utamanya itu?

Bab 1 Pandangan

"Sya la la. " seorang gadis berjalan santai sambil menyanyi, tiba tiba dia berhenti melihat beberapa gerombolan pemuda menganggu seorang nenek di jalan.

"Dasar pemuda sialan. " makinya berlari kearah nenek tersebut.

"Hei berhenti kalian, cupu memang beraninya sama nenek nenek. " ejek Dilara. Para pemuda itu merasa tidak terima, berniat mengeroyok Dilara.

bug

Bug

Para pemuda itu langsung kabur, Dilara menghela nafas lega sambil mengumpat. Tak lama menghampiri nenek yang dia tolong. "Apa ada yang sakit nek? " tanya Dilara dengan raut cemasnya.

"Terimakasih nak, telah menolong nenek. Nenek pergi dulu ya. " Dilara mengangguk, menatap kepergian nenek itu dengan hati yang lega.

"Kasihan nenek itu, harusnya anak anaknya menemani si nenek supaya tidak di ganggu pemuda pemuda tengil tadi. " gumam Dilara lirih. Gadis itu melangkah pergi dari sana,dengan langkah cepat menuju ke pusat perbelanjaan terdekat.

Bug

"Aduh. " tanpa sengaja dia menabrak seseorang, Dilara menoleh dan melongo melihat pahatan sempurna yang di miliki pria tampan di depannya saat ini.

"Apa kau tidak bisa melihat jalan, hingga menabrak saya nona. " suara ketus nan dingin membuyarkan lamunan Dilara.

"Eh maafkan aku, melihat ketampanan Anda membuat saya silau Tuan. " ceplosnya. Pria itu mengerutkan kening, melihat tingkah Dilara yang aneh menurutnya, setelah itu pergi begitu saja.

"Tuan tunggu. " pekik Dilara tersadar namun teriakannya di abaikan pria itu. Gadis bermata sipit itu hanya bisa merutuki kebodohannya, bagaimana bisa dia lupa menanyakan nama pria itu. Dilara segera membeli bahan bahan makanan sesuai perintah ibunya.

Dilara Aysilla Smith, puteri bungsu dari keluarga Smith. Dia memiliki seorang kakak laki laki bernama, Ethan Anggara Smith. Keluarganya begitu memanjakan Dilara membuat gadis itu terkadang manja sekaligus mandiri jika dia tengah dalam keadaan waras. Kehidupan keluarganya memang cukup hangat dan ramai, mengingat kakak beradik itu selalu berdebat kapanpun dan di manapun. Selesai belanja, Dilara segera pulang mengingat ibu ratunya telah menghubungi dirinya sejak tadi.

"Mommy yuhu, anak gadis mommy pulang. " teriaknya keras, suaranya yang menggelegar membuat semua orang langsung datang.

"Hei kurcil, suaramu itu cempreng. Berhenti berteriak bodoh, ini bukan hutan. " geram Ethan pada adiknya yang dibalas cengiran oleh Dilara. Gadis itu segera membawa belanjaannya ke dapur, lalu kembali ke depan bergabung bersama sang kakak.

"Kau sudah gila, senyum senyum sendiri

Cil? " tanya Ethan merasa heran.

"Apaan sih Bang Set, kau tahu tadi di jalan aku ketemu pangeran. " gumam Dilara dengan senyuman manis di bibir.

"Dih halu. " cibir Ethan yang merasa adiknya mengada ada.

Dilara tak mempedulikan cibiran kakaknya, Mommy dan Daddy saling melempar pandangan sudah terbiasa melihat kedua anaknya berdebat.

"Dila sayang, panggil kakak kamu dengan benar! Dilara berdecak pelan, sudah kesekian kalinya ibu permaisurinya itu terus menasehati hal yang sama. Gadis itu mengira kakaknya pasti akan besar kepala nantinya pikir Dilara.

"Gak ah mom, enakan panggil bang Set soalnya sering muncul tiba tiba tanpa di undang kayak setan. " elak Dilara dengan senyum polosnya. Lagi lagi terdengar suara helaan nafas berat, Ethan melempar bantal pada wajah sang adik. Dilara tertawa puas melihat raut kesal di wajah kakaknya.

"Adik laknat kau. "

"Ngomong ngomong bang, si nenek lampir itu udah gak merengek lagi ke sini? " tanya Dilara dengan wajah tanpa dosanya. Ethan melirik adiknya malas, mengerti siapa yang di sebut nenek lampir oleh adiknya. Mommy hanya bisa mengelus dada, mendengar ucapan frontal putrinya.

"Kami sudah putus. " jawabnya pendek.

"Baguslah, padahal abang ganteng lho masa iya pacaran sama si nenek lampir yang super matre itu. " dumel Dilara meledek kakaknya. Ethan yang tak tahan dengan ocehan adiknya langsung menjitak kepala Dilara.

"Dia mundur karena jangan jangan? "

"Jangan jangan? Dilara menahan tawanya, melihat keluarganya yang begitu penasaran dengan ucapannya.

"Takut wajahnya kalah saing sama wajahku yang imut, babyface dan cantik ini. " kekehnya percaya diri. Tawa Daddy meledak mendengar pernyataan putrinya, Ethan hanya mencibir kelakuan adiknya. Mommy Diana hanya bisa menepuk dahinya, sikap Dilara memang sangat mirip dirinya di masa muda dulu.

"Dila sayang, mommy ingin bicara serius kali ini? " ujar Mommy Diana.

"Bicara saja mom!

"Mommy dan Daddy sudah memutuskan akan menjodohkan kamu. "

"Apa, no mom. Ini bukan jamannya Siti Nurbaya mommy, lagipula Dila bisa kok cari pasangan Dila sendiri. Asal mommy tahu ya, Dila sudah punya pangeran Dila sendiri. " serunya percaya diri. Mommy dan Daddy saling melirik satu sama lain, begitu penasaran siapa pria yang di maksud oleh Dilara.

"Tapi sayang Dila gak ninggalin dompet Dila, biar pangerannya Dila nyariin Dila. Ya kayak Cinderella yang ninggalin sepatu kacanya di pesta. " cerocosnya. Daddy tertawa keras melihat ucapan absurd putrinya, Ethan hanya mencibirnya pelan dan fokus pada gamenya.

"Ya sudah Dila ke kamar ya mom, dad. " Dilara bangkit, sebelum pergi sempat menyenggol lengan kakaknya. Ethan mengumpat pelan, mengambil ponselnya yang terjatuh, kesalnya lagi dirinya di omeli mommy habis habisan.

"Ah capeknya. " Dilara merebahkan tubuhnya di atas ranjang, gadis itu menyukai warna biru hingga kamarnya di dominasi warna biru. bibirnya melengkung teringat kejadian tadi, terbayang wajah pria yang menjadi calon suaminya di masa depan. Selama ini Dilara hanya memiliki sedikit teman, gadis itu mencari teman yang tulus tanpa melihat status sosialnya. Bersyukurnya dia bertemu dengan Marinka Olivia, gadis manis berkulit sawo matang itu mau berteman dengannya.

"Jadi kangen sama Rinka, lagi apa ya dia. Aku harap dia tak lagi di siksa ibu tirinya. " gumam Dilara lirih. Dilara begitu khawatir pada sahabatnya tersebut.

"Besok aku datangi deh. "

Dilara bangun, segera membersihkan tubuhnya yang lengket. Selesai dengan aktivitas sorenya, gadis itu kembali berbaring di ranjangnya bermain ponsel. Diapun melotot membaca pesan dari Marinka sahabatnya. Dilara bangkit, mengambil tasnya lalu bergegas ke luar.

"Abang Set eh kak Ethan antar aku yok. " ucapnya dengan nada manis di depan kakaknya. Ethan meliriknya sekilas dan kembali bermain game, Dilara mendengus jengkel.

"Abang Setan. " teriaknya kencang. Ethan berjengit kaget, hampir saja melempar ponselnya. Dilara benar benar kesal di cuekin oleh kakaknya di saat penting seperti ini.

"Apa? "

"Antar aku ke rumah Marinka, Rinka perlu bantuanku bang! geramnya sebal. Ethan menyambar kunci mobilnya, bangkit dan mengikuti dari belakang sang adik. Selama perjalanan Ethan hanya diam mendengar ocehan adiknya. Meski terkadang menyebalkan dan jahil, menurutnya Dilara gadis yang cukup peduli dengan orang lain, orang orang yang dekat dengannya.

Setelah tiga puluh menit, Dengan tergesa gesa Dilara turun dari mobil tanpa mendengar teguran kakaknya.

Tok

tok

"Rinka, ini aku Dilara. " panggil Dilara dengan cemas. Merasa tak ada jawaban setelah beberapa kali di ketuk, Ethan memilih mendobraknya. Keduanya terkejut melihat keadaan rumah Marinka yang kacau balau, keduanya bergegas menghampiri Marinka yang meringkuk di lantai.

"Hei Rin. " Marinka mengangkat dahinya, langsung menerjang tubuh sahabatnya. Dilara mengusap punggungnya yang bergetar hebat. Meskipun bingung Dilara tetap berusaha menghiburnya. Dia membantu Rinka bangun, mengajaknya duduk di sofa.

"Katakan ada apa Rin, kenapa kamu begini? " tanya Dilara dengan hati hati.

"Ayah tak lagi sayang sama aku Dila, ayah lbih sayang pada Mikha daripada aku. " Rinka mengatakan semuanya pada Dilara, membuat gadis itu tercengang. Ethan hanya diam, membiarkan kedua gadis itu saling menguatkan dan bicara dari hati ke hati.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Gavin
5.0

Namaku Alina Wijaya, seorang dokter residen yang akhirnya bertemu kembali dengan keluarga kaya raya yang telah kehilangan aku sejak kecil. Aku punya orang tua yang menyayangiku dan tunangan yang tampan dan sukses. Aku aman. Aku dicintai. Semua itu adalah kebohongan yang sempurna dan rapuh. Kebohongan itu hancur berkeping-keping pada hari Selasa, saat aku menemukan tunanganku, Ivan, tidak sedang rapat dewan direksi, melainkan berada di sebuah mansion megah bersama Kiara Anindita, wanita yang katanya mengalami gangguan jiwa lima tahun lalu setelah mencoba menjebakku. Dia tidak terpuruk; dia tampak bersinar, menggendong seorang anak laki-laki, Leo, yang tertawa riang dalam pelukan Ivan. Aku tak sengaja mendengar percakapan mereka: Leo adalah putra mereka, dan aku hanyalah "pengganti sementara", sebuah alat untuk mencapai tujuan sampai Ivan tidak lagi membutuhkan koneksi keluargaku. Orang tuaku, keluarga Wijaya, juga terlibat dalam sandiwara ini, mendanai kehidupan mewah Kiara dan keluarga rahasia mereka. Seluruh realitasku—orang tua yang penuh kasih, tunangan yang setia, keamanan yang kukira telah kutemukan—ternyata adalah sebuah panggung yang dibangun dengan cermat, dan aku adalah si bodoh yang memainkan peran utama. Kebohongan santai yang Ivan kirimkan lewat pesan, "Baru selesai rapat. Capek banget. Kangen kamu. Sampai ketemu di rumah," saat dia berdiri di samping keluarga aslinya, adalah pukulan terakhir. Mereka pikir aku menyedihkan. Mereka pikir aku bodoh. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bosku Kenikmatanku

Bosku Kenikmatanku

Juliana
5.0

Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku