Abang Duda Kesayangan
tan. Dia sangat benci rumah sakit, mengingatkan dirinya di mana ibunya meninggal
ir
ah selesai pria itu mengembalikan gelasnya ke atas meja. Dia meno
kenapa kak? " ta
! Marinka mengatupkan bibirnya mendengar penjelasan dari Damian. Melihat respon dari gadis di depan
an wajah pucatnya. "Kak aku ingin p
u masih le
inta izin, setelah itu kembali dan menemui Marinka. Mengingat kondisi Marinka yang tak memungkinkan jalan, membuatnya menggendong g
orang tuanya, tatapannya tampak di penuhi kebencian di dalamnya. Dia menekan dadanya yang kembal
adis itu baru tersadar dan terkejut dengan rumah mewah di depannya. Diapun memekik kala Damian kembali men
rbuat nekat jika berada di
lebih tepatnya di kamar sebelahnya. Dia membaringkannya perlahan di atas kasur king size, Marinka merasa kikuk d
kak, kamu sudah
karang, kamu akan tinggal di sini bersamaku Rinka! Marinka terkejut
berbicara sesuatu. " Kak Damian em bisakah aku meminjam ponsel
Damian menyerahkan ponselnya pada Marinka, setelah itu pria itu ke
preng Dilarang men
u memakai nomor kak Damia
ku cemas tahu sama keadaan
ya yang sebenarnya. Setelah berbicara panjang lebar dengan Dilara, Marinka segera m
ang. Marinka menutup menutup wajahnya dengan telapak tangannya, terdengar s
ini dirinya berjuang sendiri demi kehidupannya layak. Dia merasa beruntung ibu pant
kamu bisa menghadapi
ta pelayan menyiapkan segala keperluan Marinka ke dalam lemari. Setelah selesai dia m
engah tertidur itu, pria itu mengerutkan ke
a hadapi bukan hal sepele. " gumam pria itu. Damianpun
am menunjukkan waktu sudah sore. Suara pintu di
u saya permisi. " pelayan itu pergi, Marinka lagi lagi menghela nafas panjang. Gad
membersihkan diri di bawah guyuran shower., selesai mandi Marinka pergi keluar dan m
u
nya mengagu
ngan motif bunga, lalu memakainya. Rinka juga menyisir rambutnya
ampak canggung kala Damian memanggilnya. Marinka berjalan kearah Damian yang
e agar Marinka duduk, gadis itu menurut tanpa membantah. "Bagaimana keadaan kamu sekarang Ri
Damian mengangguk paham, lagi lagi pria itu kembali mengajak Marinka bicara. Teringat perilaku orang tuany
idak kedua orang tua kamu. Kamu tak memberi
gkit dan hendak pergi. Tubuhnya limbung, Dia bangkit dan bergegas menahannya. Damian menghela nafas gusar, khawa
memgerutkan kening, tak mengerti dengan sikap aneh Marinka yang seolah menghinda
kapnya dia memiliki alasan kuat, didunia ini tak ada siapapun yang dia percaya kecuali Dilara sahabatnya. "Ma
kan keadaanya. Marinka kembali membuka matanya, menggeleng di depan Damian tanpa berkata apapun. Damia
pi
di bantah. Marinka mengangguk, memejamkan matanya dalam dekapan Damian. Tak l