Cerita ini mengandung bawang, dan konten dewasanya.😘
Aku hanya tinggal bertiga dengan bunda dan adik kembarku enat. Yang akhirnya aku tahu kalau sebenarnya aku dan adikku Enat bukanlah saudara kembar.
Namun apapun yang dilakukan Bunda dan Ayah aku yakin yang terbaik.
Setelah Ayah pergi untukencari nafkah keluar kota, Bunda sering sakit, dan terus menangis memanggil dua kali yang sudah berkeluarga dan tidak pernah aku kenal.
Sampai aku dan adikku menemukan buku harian Bunda,
Bunda yang berjuang selama ini untuk membesarkan kami yang hanya anak pungut,padahal kalau mau,bunda bisa meninggalkan kami dan ikut dengan putra pertamanya di Jakarta.
Bunda yang bertahan dengan uang kiriman putranya 350 ribu setiap bulan, ternyata dimasa lalunya adalah pengusaha yang sukses sampai akhirnya menikah dengan Ayah, sejak itulah kehidupan bunda berubah.
Saat menikah bunda berusia 48 tahun dan Ayah 29 tahun.
Aku dan adiku enat membaca setiap lembar buku harian bunda, dan semakin kami menyayangi bunda. Namun bagaimana mungkin kedua anak kandung Bunda sebegitu bencinya pada Bunda? Apa karena masa lalu bunda seperti yang aku baca dari beberapa buku harian usang yang tertumpuk dalam kotak.?
Dheki dan Dinda dua anak pertama Bunda yang sangat bunda rindukan,, yang selalu kami demgan disetiap ujung malam.
Jangan menangis Bunda..! Ada aku dan adik yang akan terus menjaga bunda, seburuk apapun masalalu bunda, yang kami tahu semua bunda lakukan untuk kebahagiaan keluarga.
SURAT BUNDA UNTUK INONG,
Setelah membantu Bunda mengambil wudhu aku menyiapkan sajadah untuk kami sholat berjamaah.
Kegiatan Rutin apapbila kami dirumah selalu melakukan sholat berjamaah dengan Enat adiku yang menjadi imamnya.
Dan setiap selesai sholat,bunda selalu memeluk kami dan mendoakan sambil mencium kepala kami.
Yang tidak pernah ketinggalan adalah ucapan Bunda " Terimakasih ya sayang,,,!Maafkan Bunda ya Nay Nat, bunda selalu saja merepotkan kalian.." entah kenapa Bunda selalu mengucapkan kalimat itu setiap usai kami sholat. Kalimat itu selalu Bunda ucap kan sejak kami kecil, Bunda sangat tegas mengajarkan kami untuk disiplin.
Dari kecil kami dididik mandiri, dari mulai memakai kaos kaki, memakai sepatu dan baju sendiri. Dan selalu Bunda mengatakan ini " kalian harus bisa mengurus kalian sendiri, Bunda tidak akan selamanya bersama kalian..!"
Berkat dididikan Bunda kami selalu mendapat peringkat pertama disekolah sejak kami PAUD dulu.
Pagi itu seperti biasanya aku merapihkan kamar Bunda, kami menempati rumah kecil dengan dua kamar. Aku tidur dengan Bunda, dan adiku menempati kamar depan.
Rumah yang kami tempati ini dahuku Bunda beli dari Pak Aki setelah Pak Aki meninggal dunia para putranya memjalankan amanah Pak Aki untuk menjual rumah ini hanya kepada Bunda dengan harga sangat murah saat itu Bunda hanya membayar 9 juta rupiah. Itupun Bunda membayarnya dengan menyicil,dan sebagian uangnya dari A Dheki putra pertama nya Bunda, yang sampai sekarang aku belum pernah lagi bertemu.
Terakhir bertemu A dheki saat idul Fitri lima belas tahun lalu, aku sendiri sudah lupa kalau tidak melihat foto yang diprint oleh Bunda.
Hari itu Bunda sudah berangkat usai sholat subuh ke Villa Umi, Bunda yang dipercaya oleh Umi dan keluarganya mengurus asrama santrinya dan Villa keluarga Adiwinata.
Tidak sengaja aku memjatuhkan tumpukan buku didalam lemari Bunda.
Ada tulisan disana,
"Surat ku untuk Inong"
Penasaran aku mulai membacanya,
Inong, maafin mama..!" Setiap saat mama selalu memanggil Inong. Lagi apa aja mama selalu ingat. Apalagi kalau lihat anak kecil, mama selalu teringat Inong.
Jutaan sesal mama tak bisa mama lukiskan dengan kata. Terlalu banyak salah mama sama Inong, sampai Inong sebenci ini sama mama.
Untungnya ada Instagram, walaupun Inong kunci account nya untungnya WO lumintu open account, jadi mama bisa lihat bagaimana prosesi pernikahan Inong..
Bahagia mama melihat nya, mama ga marah Inong ga ngasih tau mama. Mama sadar diri kalau mama tidak pantas berada di pesta semewah dan semegah itu.
Apalah mama ini Inong,, mama sangat bersyukur melihat kebahagiaan Inong,dheki,arva.
Mama juga lihat betapa sibuknya mama debi, mama sangat berterimakasih sama mama debi sudah sangat begitu baik mengurus semua detail pernikahan Inong.
Tidak seperti mama yang tidak bisa membuat pesta mewah untuk dheki waktu itu, malah dheki sampai harus berhutang untuk pestanya.
Seandainya boleh meminta, mama minta mama di izinkan bertemu dan memeluk Inong sebelum mama menghadap Alloh nanti.
Untuk apa yang sudah terjadi, ini kesalahan mama bukan kesalahan Inong. Mama yang membentuk Inong jadi seperti ini.
Terlalu perih rindu ini,, mama hanya bisa menguraikan rindu ini dalam untaian kata tak terbaca..
Dalam keheningan malam dalam uraian doa, memohon padaNya untuk memberikan jalan dipertemukan dengan buah hati mama.
Hanya bisa memeluk dalam dzikir.. dzikir rindu pada putriku Dinda Sukma Dewi.
Tak bisa mama memutar waktu, seandainya pun pintu Dora Emon itu ada pastilah sudah mama beli. Kembali di tahun sembilan puluh empat, dimana Inong nya mama lahir.
Ku dekap dalam kandunganku selama sembilan bulan kurang seminggu, bolak balik rumah sakit karena kontraksi palsu.
Sampai akhirnya aku melihat rambut ikal mu,Inong.
Saat - saat terberat dalam kehidupan mama, belum satu tahun usiamu mama dan bapak bercerai karena ada orang ketiga yang tidak pernah diakui nya, tapi akhirnya dinikahi juga dan sampai sekarang menjadi mama Inong,mama yang Inong akui bukan aku mama kandung mu tapi dia mama debi.
Mama bahagia dengan kebahagiaan Inong sekarang, mama turut bahagia walaupun hanya bisa melihat dari kecanggihan digital.
Inong kecil mama yang membenci mama sekarang.. maafin mama nong..!" Maafin mama..!!!"
Selalu kata itu yang terucap setiap saat.. setiap ingat Inong.
Dada ini bergetar sesak setiap melihat anak kecil berlari atau anak kecil berseragam sekolah.
Sesal yang tak berujung
Kenangan kita hidup berdua di Jordan selalu membuat mama menangis.. indahnya masa itu kita bermain salju..belanja berdua.. mama ngantar sekolah..
Maafin mama yang selalu galak.. mama ga bisa bujuk inong seperti mama lain..mama terlalu sibuk sekolah dan kerja..
Maafin mama..!
Temani mama dalam keheningan di pengasingan. Dalam dinginnya lantai pelur semen yang basah saat hujan.
/0/15173/coverorgin.jpg?v=a9a20710abd302d07eff1d765f370709&imageMogr2/format/webp)
/0/17521/coverorgin.jpg?v=5b9a61cf55352cfb6d608a1632d8c411&imageMogr2/format/webp)
/0/6794/coverorgin.jpg?v=fb3ce2b048de258e8219a58d91966140&imageMogr2/format/webp)
/0/12749/coverorgin.jpg?v=0fc6bbc9d0a7ac280a42e79a4213e9f3&imageMogr2/format/webp)
/0/3642/coverorgin.jpg?v=cc050d64012014a6e78df5ec921939c7&imageMogr2/format/webp)
/0/8251/coverorgin.jpg?v=4db4445d8d2c7373c2beb592ebb92f7c&imageMogr2/format/webp)
/0/14603/coverorgin.jpg?v=d199c4d0a34059e2ce87c3f8dcfab2ec&imageMogr2/format/webp)
/0/14720/coverorgin.jpg?v=6369d207e25bfcb52e0c4ae5849f9403&imageMogr2/format/webp)
/0/22402/coverorgin.jpg?v=546bcc48047460cf7c66ebc479487db9&imageMogr2/format/webp)
/0/16250/coverorgin.jpg?v=34e1afcf814ea8de2e0f1c1b80358a29&imageMogr2/format/webp)
/0/21446/coverorgin.jpg?v=e02a252874b7853dd06b9ea106a9b3da&imageMogr2/format/webp)
/0/2845/coverorgin.jpg?v=f08d4370da2b7041e3a3a09e8d1fff92&imageMogr2/format/webp)
/0/26880/coverorgin.jpg?v=165175708f82a45bd73a4941c748956c&imageMogr2/format/webp)
/0/29791/coverorgin.jpg?v=20251112205510&imageMogr2/format/webp)
/0/29182/coverorgin.jpg?v=105951bb5be436dcbc9f4145da58dbd4&imageMogr2/format/webp)
/0/16366/coverorgin.jpg?v=ed3cd92b48b52b04968e892b3c1dc209&imageMogr2/format/webp)
/0/17278/coverorgin.jpg?v=dceaf4fa2492b2376c7808278a469974&imageMogr2/format/webp)
/0/17367/coverorgin.jpg?v=909647909d0e9d97dbec4136afd21463&imageMogr2/format/webp)
/0/17322/coverorgin.jpg?v=42ab220d18228ed2cbfbbe34b318616c&imageMogr2/format/webp)
/0/17603/coverorgin.jpg?v=22f9e7b9109b69420d0dfb85e235b19e&imageMogr2/format/webp)