Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Aksara Cinta Antara Harta dan Pilihan

Aksara Cinta Antara Harta dan Pilihan

Aurora Sky

5.0
Komentar
396
Penayangan
20
Bab

Di tengah kehidupan yang penuh dengan pilihan sulit, Amora Carolline merupakan seorang wanita muda yang bercita-cita tinggi mendapati dirinya terjebak dalam konflik antara cinta dan karier. Ketika dia bertemu dengan Arka Christian, seorang pebisnis kaya raya yang tampan dan sukses, dunianya berubah secara drastis. Arka menawarkan segala kemewahan dan kehidupan mewah membawa Amora ke dalam dunia yang sebelumnya hanya ada dalam mimpinya. Namun, cinta sejati tidaklah selalu berjalan mulus. Di sisi lain, ada seorang laki-laki yang dijodohkan oleh mamanya, Vano Elbar. Ia seorang lelaki yang menggoda hati Amora dengan kehangatan. Vano adalah sosok yang mengajarkan arti sebenarnya dari cinta yang tulus dan kesederhanaan. Amora dihadapkan pada pertanyaan sulit 'apakah dia akan memilih kehidupan mewah bersama Arka, yang membawanya ke dunia gemerlap namun penuh tekanan?' atau 'apakah dia akan mengikuti mamanya dan memilih cinta yang tulus bersama Vano, meski harus menghadapi keterbatasan finansial?'. Dalam perjalanan hidupnya, Amora harus memecahkan kode antara aksara cinta, kekayaan material dan pilihan yang menentukan nasibnya. Akan mampukah Amora menemukan harmoni antara cinta sejati dan impian masa depannya? "Aksara Cinta Antara Harta dan Pilihan" mengisahkan tentang perjalanan cinta yang melibatkan pilihan sulit, menggugah hati dan memberikan inspirasi untuk mencari makna yang lebih dalam dalam kehidupan dan cinta.

Bab 1 Hayalan yang Hampir Nyata

Amora duduk sendirian di sudut kafe, matanya terpaku pada layar laptop yang menampilkan desain arsitektur canggih. Rambut panjangnya yang tergerai menambah kesan serius pada wajahnya yang cantik. Di usianya Amora Carolline yang baru menginjak 28 tahun, Amora telah membangun nama di dunia arsitektur dengan karya-karyanya yang inovatif.

Di seberang meja, temannya Berlin menghampiri sambil membawa dua cangkir kopi. "Serius amat lu Amora, apa yang membuatmu terlihat serius gitu?" tanya Berlin dengan senyuman ramah.

Amora mengembangkan senyuman tipis. "Oh ini Ber, gue cuma terjebak dalam mimpi arsitekturku lagi. Ada proyek besar yang pengen gue garap, tapi sepertinya akan menjadi tantangan besar."

Berlin meletakkan cangkir kopi di depan Amora. "Lu pasti bisa mengatasi tantangan itu, Mor. Semua karyamu selama ini luar biasa."

Amora mengangguk sambil meneguk kopi. "Lu tau ga sih Ber, gue tuh kadang merasa ada something yang kurang di hidupku. Lu kalo liat temen-temen pada nikah ngerasa iri ga?"

Berlin mengangguk mengerti, "Gue tau banget, Mor. Tapi liat, setiap orang punya jalannya sendiri. Lu kan udah sukses di bidang arsitektur. Mungkin sekarang saatnya lu fokus sama kebahagiaan pribadi, siapa tau ada yang lagi nungguin lu di luar sana."

Amora menatap Berlin dengan pandangan penuh pertemanan. "Lu selalu tau cara bikin gue mikir positif, Ber. Tapi kadang gue bener-bener bingung, pengen punya karir yang sukses tapi juga pengen punya kehidupan pribadi yang bahagia."

"Gue pengen tiap abis pulang kerja ada yang nanyain 'how was ur day sayang' terus kalo mau tidur ada yang ngucapin 'good night sayang' sweet banget kan, Ber" lanjut Amora sambil mengkhayal.

Berlin tersenyum melihat Amora yang tengah melayangkan impian romantisnya. "Iya Mor, sweet banget. Tapi lu juga tau, nggak semua orang bisa bikin hari-hari lu jadi kayak gitu."

Amora mengangguk setuju, "Gue tau sih, Ber. Tapi kadang-kadang, ngebayangin hal-hal kecil kayak gitu aja bisa bikin hati ini hangat, kan?"

Berlin tertawa, "Emang bener. Lu punya rencana apa nih, Mor? Lagi ada yang bikin hati lu berbunga-bunga?"

Amora memalingkan wajahnya, mencoba menyembunyikan senyuman malu. "Ah, gak ada apa-apa lah. Cuma lagi ngayal-ngayal aja. Siapa tau suatu hari nanti ...."

Berlin menggoda, "Siapa tau suatu hari nanti lu nemu seseorang yang bisa ngerangkul lu tiap malam dan bilang, 'Good night, Sayang'."

Amora tertawa, "Siapa tau, Ber. Siapa tau." Tatapan matanya melayang jauh, membayangkan kemungkinan-kemungkinan indah yang mungkin saja menanti di depan sana.

Dalam lamunan dan tawa bersama Berlin, Amora merasa semakin yakin bahwa kebahagiaan dan romansa masih bisa menjadi bagian dari hidupnya yang sibuk sebagai seorang arsitek sukses. Seiring malam tiba, Amora pulang dengan harapan di hatinya. Meskipun hanya sebatas khayalan dan percakapan ringan, ia merasa semakin termotivasi untuk menciptakan keseimbangan antara kesuksesan karir dan kehidupan pribadi yang bahagia.

Saat tiba di apartemen, Amora melihat pemandangan indah matahari terbenam dari jendela apartemennya. Ia merenung sejenak, memikirkan kata-kata yang baru saja diucapkan. "How was ur day sayang" dan "good night sayang" terdengar seperti melodi yang indah di telinganya.

Dengan langkah hati-hati, Amora meraih ponselnya dan mengecek pesan-pesan yang masuk. Meskipun belum menemui pesan romantis yang ia bayangkan, ia tak bisa menahan senyum ketika melihat ucapan terima kasih dari salah satu klien atas desain briliannya hari itu.

Sambil meresapi kebahagiaan kecil dari pencapaian profesionalnya, Amora menghela napas. "Mungkin, suatu hari nanti," gumamnya sambil tersenyum. Ia yakin bahwa seperti proyek arsitekturnya, hidupnya juga sedang mengalami proses perencanaan yang rumit dan indah.

Ketika lagi sibuk membayangkan hal-hal yang belum terjadi tiba-tiba, pintu apartemen terbuka dan Amora mendengar langkah-langkah ringan di koridor. Ia berbalik dan di depannya, tampak seorang wanita dewasa dengan senyuman hangat yang tak terbendung. Itu adalah mamanya, Elena.

"Elena, Sayang!" serunya sambil berlari memeluk Amora. "Aku tahu kau pulang, jadi aku mampir sebentar. Bagaimana kabarmu, Nak?"

Amora tersenyum bahagia melihat kehadiran mamanya. "Kabarku baik, Ma. Sedang sibuk dengan proyek-proyek di kantor. Bagaimana denganmu?"

Elena melihat sekeliling apartemen Amora dengan penuh kekaguman. "Wah, anakku sudah besar, punya apartemen sendiri. Bangga banget ibu."

Amora tertawa. "Mama selalu bisa membuat suasana ceria ya. Ada apa, sebenarnya Ma?"

Elena mengambil tempat duduk di sofa dan menggenggam tangan Amora. "Aku hanya merindukanmu, Nak. Lagipula, aku dengar kabar bahwa kau lagi sibuk dengan proyek besar. Mama ingin memastikan bahwa kau tetap bahagia dan sehat."

Amora tersenyum lembut. "Terima kasih, Ma. Aku baik-baik saja, dan aku bersyukur memiliki ibu yang selalu peduli."

Mereka berdua duduk bersama, berbagi cerita tentang kehidupan masing-masing. Elena memberikan dukungan dan semangat kepada Amora, dan Amora merasa hangat dalam pelukan kasih sayang ibunya. Meski kadang-kadang hidup sibuk, momen-momen seperti ini membuatnya menyadari bahwa kebahagiaan juga dapat ditemukan dalam kebersamaan dengan keluarga tercinta.

Ketika Alena dan Amora lagi asik mengobrol ringan tiba-tiba Alena memberitahu Amora anaknya untuk dijodohkan dengan anak sahabatnya. Amora terkejut mendengar pengumuman tak terduga dari ibunya. Matanya membulat, mencerminkan kebingungan dan keterkejutannya, "Jodoh? Mama serius?" tanyanya dengan suara terkejut.

Elena tersenyum lembut, mencoba meredakan kekhawatiran Amora. "Iya, sayang. Mama yakin kamu akan menyukainya. Dia adalah anak sahabat mama, ia pria yang sangat baik, dan kalian memiliki banyak kesamaan."

Amora mencoba menenangkan diri, namun ekspresinya tetap penuh tanya. "Tapi, Ma, aku belum siap untuk hal seperti itu. Aku sedang fokus dengan karir dan proyek-proyekku sekarang."

Elena mencoba meyakinkan, "Cinta bisa datang seiring waktu, Nak. Mama hanya ingin kamu bahagia, dan mungkin ini adalah cara yang baik untuk memberi kamu peluang untuk menemukan seseorang yang bisa membuatmu bahagia."

Amora menghela napas dalam-dalam. "Aku mengerti, Ma. Tapi, bisakah kita bicarakan lebih lanjut tentang ini? Aku ingin terlibat dalam keputusan yang menyangkut hidupku sendiri."

Elena mengangguk mengerti, "Tentu, Sayang. Kita bisa bicarakan semuanya dengan tenang. Mama hanya ingin yang terbaik untukmu."

Mereka berdua melanjutkan percakapan, membicarakan harapan, kekhawatiran, dan apa yang Amora inginkan dalam hidupnya. Meskipun terkejut awalnya, Amora merasa lega dapat membuka pikirannya pada kemungkinan baru. Dalam kebersamaan dengan mamanya, ia merasa bahwa keluarga adalah tempat di mana dia bisa berbagi setiap detail kehidupannya, termasuk tentang cinta dan masa depannya.

Meskipun di dalam hatinya Amora mengidamkan kata-kata manis dan kehangatan dari seseorang yang istimewa, ia merasa belum sepenuhnya siap untuk melibatkan diri dalam hubungan yang lebih serius. Mungkin Amora saat ini belum sepenuhnya siap menikah, tapi bagaimana dengan hari-hari berikutnya?

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku