Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Derita Cinta Sang Pelakor

Derita Cinta Sang Pelakor

Bunda Kembar

5.0
Komentar
2.2K
Penayangan
30
Bab

Hubungan cinta antara Via dan Jason nyaris sempurna. Jason adalah segalanya bagi Via yang hidup sebatang kara. Tidak ada yang akan menyangka kalau Via menyimpan bara di dalam kasih sayang di antara mereka. Via telah tergoda pada cinta Dimas, seorang billioner kaya yang mampu memberikannya apa saja. Dimas, seorang lelaki beristri tak bisa menolak pesona Via. "Aku tidak mencintai dia, kami duku hanya dijodohkan," ujar Dimas beralasan. "Siapa yang kau pilih? Aku atau dia." Via telah mengajukan dua pilihan yang sulit pada Dimas. Lantas, apa yang akan terjadi bila di tengah kegalauan itu, Via mengetahui kalau Dimas ternyata adalah kakak iparnya sendiri? Apakah pilihan yang akan diambil Dimas?

Bab 1 Perselingkuhan

Tubuh Via mengejang hebat seiring nafasnya yang terasa terhenti untuk sesaat. "Aaahhh," erangnya sembari merasakan semburan hangat yang melesak di dalam tubuhnya. Erangan yang disambut kecupan pelan dan lama dari bibir lelaki tampan yang masih berada di atasnya.

Via membuka mata, seiring kedutan-kedutan kecil di bagian intinya yang perlahan menghilang. Wajah lelaki itu tersenyum di depan matanya. Lelaki itu memang selalu menikmati wajah sendu Via setiap kali gadis itu memadu cinta dengannya.

"Kau suka?" tanyanya, suara beratnya menambah kesal maskulin lelaki itu. Namanya Dimas, lelaki yang sudah beberapa bulan ini menjelajahi ranjang-ranjang kamar super mewah di berbagai hotel.

"Ya, Sayang," jawab Via malu-malu. Entah sudah berapa kali Via mengarungi percintaan yang panas membara dengan lelaki itu, namun masih saja dia merasa malu.

Lelaki itu beralih, menarik miliknya yang masih sedikit mengeras dari diri Via. Dia berbaring di sebelah gadis itu. Lelaki itu memutar tubuhnya menghadap pada Via yang masih menyeimbangkan nafasnya.

Mengusap lembut pipi gadis yang saat ini tengah mampu memuaskan hasratnya setiap kali bercinta, ia melayangkan kecupan yang lama pada kening Via.

Via memejamkan matanya dan tersenyum sambil memegang tangan Dimas yang berada di pipinya.

Via lalu memeluknya, Dimas membalas pelukan itu dan mulai bertanya pada Via kapan ia akan pindah ke apartemen yang telah ia sediakan untuk Via.

"Vi, kapan kau akan menempati apartemen yang telah aku sediakan untukmu? Aku bisa datang kapan saja jika kau pindah kesana?" Menatap dalam ke arah mata Via, "Apa kau tak menyukai apartemen itu, kau mau rumah sayang?" tanyanya lagi.

Saat Via hendak menjawab, televon Dimas berdering, sudah berkali-kali televon itu berbunyi, dari mereka mulai bermain, Via melirik sekilas kearah ponsel Dimas.

"Pasti itu dari istrinya," batin Via, ia merasa kesal, mungkin itu ia cemburu, namun Via hanya diam saja, Via sadar akan siapa dirinya.

Ponsel itu berdering kembali, Dimas hanya melihat nama yang tertera di sana, lelaki itu tak menjawabnya, namun Dimas kemudian berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi, membersihkan dirinya dan mulai berpakaian kembali.

Dimas memakai jasnya lalu menghampiri Via yang masih berada di atas ranjang, Dimas mengecup bibir Via sekilas lalu berpamitan pada gadis itu.

"Aku pergi dulu, nanti aku akan menghubungimu lagi," ucap Dimas sambil tersenyum dan mengusap lembut rambut Via.

Gadis itu tak rela berpisah dengan Dimas, ia masih ingin menghabiskan waktunya bersama dengan lelaki itu, berlama-lama berada di sisi lelaki.itu, lelaki yang membuatnya merasa begitu nyaman, ia ingin sekali menahannya, tapi gadis itu mengurungkan niatnya. Via sadar akan posisinya saat ini.

"Jangan egois Via, kau hanyalah yang kedua baginya," gumam Via pada dirinya sendiri.

Via selalu merasa sedih setiap kali mengingat jika dia bukan pemilik seutuhnya, Dimas telah ada yang memiliki, di sana ada seorang wanita yang lebih berhak daripada dirinya.

Via langsung berdiri dan berjalan mendekati jendela, melihat mobil Dimas yang perlahan pergi meninggalkannya disana seorang diri.

Via merasa sangat sedih, entah kapan ia akan terus seperti ini, menjalani hubungan yang membuatnya bahagia sekaligus sedih di waktu yang bersamaan.

"Mengapa takdir sekejam ini, mempertemukan kita disaat yang tak tepat, bahkan saat kita telah memiliki pasangan masing-masing."

Via menghembuskan nafasnya dengan kasar, kesedihan begitu terpancar pada wajah gadis itu.

Via kemudian berjalan dan duduk di sofa yang ada di kamar itu, mendongakkan kepalanya dan bersandar di sofa tersebut.

Fikirannya menerawang jauh, namun Via tersadar dan mengingat ponselnya, ia segera bangkit mencari tasnya, mengambil ponsel itu lalu mengeceknya.

Terdapat banyak panggilan di sana dan beberapa pesan, Via lupa untuk mengabari pacarnya, dia lantas membuka semua pesan itu, benar saja pesan itu dari pacarnya.

Via mulai menscroll layar ponselnya membaca satu persatu dari sederet pesan yang diterima olehnya.

"Hemmmm, maafkan aku." Via menarik napas panjang, merasa bersalah pada lelaki itu.

Seolah ia lupa akan segalanya jika sudah bersama dengan Dimas, hati jiwa bahkan seluruh raganya, milik lelaki itu seutuhnya

Lelaki yang telah menemaninya selama dua tahun ini, via langsung memungut pakaiannya yang berserakan, lalu berjalan menuju kamar mandi.

Setelah merapikan penampilannya Via segera meninggalkan hotel itu dan berjalan pulang ke kostnya yang berada di radio dalam.

Hanya butuh waktu setengah jam, untuk sampai di kosannya, via begitu terkejut saat melihat pacarnya itu sudah menunggunya di depan pintu, ia mempercepat langkahnya dan segera menghampiri lelaki itu.

Lelaki itu tersenyum dan menyambut kedatangan Via, sambil menyerahkan makanan yang ada di tangannya.

Via menatap lelaki itu dengan tatapan sendu, ia sedih dn merasa bersalah pada pacarnya, karena sudah menghianati nya, Via memeluk lelaki yang ada di hadapannya saat ini, "Maaf," ucapnya lirih, begitu lirih hingga pria itu bahkan tak mendengarnya.

Via tersenyum ke arah pacarnya, dan mengajak lelaki itu untuk masuk kedalam makar kost miliknya.

"Apa kau sudah makan?" Lelaki itu bertanya dengan senyuman di wajahnya.

Via menggelengkan kepalanya, padahal ia sudah makan bersama dengan Dimas, ia merasa tak enak hati pada pacarnya itu, yang sudah membawakannya makanan.

Lelaki itu kemudian membuka paper bag yang ia bawa, mengambil piring yang tak jauh dari tempatnya duduk dan mulai menatanya.

"Makanlah dulu, jangan tidur dalam keadaan perut lapar," ucapnya penuh perhatian.

Via mengambil makanan itu dari tangannya, matanya kini berkaca-kaca, mengapa ia sejahat ini menghianati seseorang yang begitu perhatian padanya.

Perasaan bersalahnya semakin besar pada lelaki yang ada di hadapannya ini, bahkan lelaki itu tak bertanya kemana dirinya pergi.

Ketika dirinya tak menjawab telepon bahkan membalas pesannya, namun lelaki itu tetap setia menunggunya di depan pintu, sampai ia kembali pulang.

Lelaki itu terus saja menunggu Via hingga selesai makan, dia tahu betul jika Via kelelahan setelah pulang kerja, Wanitanya itu akan langsung tidur dengan keadaan perut kosong.

Ia berinisiatif membelikan makanan untuk Via, dan memastikan wanitanya makan dengan baik.

"Karena kau sudah selesai makan, maka aku akan kembali pulang," dia tersenyumdan berdiri hendak pergi dari sana.

Namun tiba-tiba Via memeluknya dari belakang, lelaki itu lalu membalikkan badannya, tersenyum ke arah Via.

"Aku harus pergi, apa kau mau pacarmu ini di pecat? Sudah terlalu lama aku meninggalkan pekerjaanku, hemmm."

Via menatap mata pacarnya dan menggelengkan kepalanya, lelaki itu lantas tersenyum dan mulai berjalan.

"Jason ..., Terima kasih."

Lelaki itu menoleh ke arah Via, dan tersenyum, "I love you," ucapnya tersenyum dan pergi meninggalkan Via disana.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Bunda Kembar

Selebihnya

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku