Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Bagi Rumi Eze Rasyad, jatuh cinta itu malapetaka, terlebih ketika seseorang mengalami cinta bertepuk sebelah tangan, pasti dia akan berakhir menjadi sangat mengenaskan. Rumi punya pengalaman tidak menyenangkan terkait jatuh cinta sendiri, na'asnya, itu terjadi ketika kali pertama dia mencintai seseorang—yang usianya terpaut cukup jauh dengan usia Rumi.
Awal malapetaka ini terjadi ketika nilai-nilai ujian Rumi turun karena dia kebanyakan main game dan tidak bisa membagi waktu, di saat biasanya dia bisa menduduki peringkat tiga besar, dua semester secara berturut-turut peringkatnya semakin ke belakang, sementara pada sisi lain, gadis itu juga punya mimpi untuk masuk Universitas ternama dengan prodi yang banyak peminat.
Rumi bukan anak bungsu dengan kemalangan kurang perhatian dari kedua orang tuanya, bahkan dua kakaknya sangat menyayangi gadis itu, meskipun mereka sama-sama sibuk, tapi tetap saja, perhatian-perhatian yang mereka berikan kepada Rumi tidak pernah berubah, dan yang mesti digaris bawahi, apa yang Rumi inginkan bisa dengan cepat terkabul berkat orang tuanya yang selalu menuruti kemauan gadis itu, selagi keinginannya menjurus ke suatu hal yang baik, contohnya saja saat Rumi berkata bahwa dia ingin ganti guru les, sehari setelah itu yang datang benar-benar guru les baru.
Ya, semua itu bermula dari sini.
Dari seorang Adinata Batradika yang datang ke hidup Rumi Eze Rasyad sebagai guru les privat. Dengan tampilannya yang memukau, cara berpikirnya yang dewasa, perhatian-perhatian kecil yang salah Rumi artikan, apa aneh jika pada akhirnya Rumi jatuh cinta kepada laki-laki itu? Meski saat itu Rumi masih kelas 3 SMP sementara Adinata adalah Mahasiswa semester tujuh yang baru saja menyelesaikan magangnya.
Rumi tahu, bagi seorang Adinata, mungkin dia hanyalah bocah ingusan yang kalaupun menyukai seseorang pasti tidak akan berlangsung lama, istilah sederhananya cinta monyet, dan Rumi tahu, bahwa cintanya hanya akan menjadi cerita mengenaskan bila dia ceritakan pada orang lain. Tahu yang lebih parah? Adinata sudah mempunyai kekasih, bayangkan saja bagaimana stresnya Rumi ketika laki-laki itu bercerita sedikit tentang pacarnya, yang dari matanya saja, gadis ingusan seperti Rumi bisa menangkap silau kagum luar biasa dari sana. Silau kagum yang menyiratkan tentang bagaimana Adinata mencintai gadis itu.
"Yaudah lah yaa, ngapain juga gue galau, lagian kan setelah ini katanya dia nggak bisa ngajarin gue, artinya gue sama dia udah nggak bakal ketemu."
Kesya—teman sebangku sekaligus teman yang hampir setiap hari sudi mendengar cerita-cerita Rumi tersebut menepuk bahu sebelah kanan Rumi pelan.
"Rum, percaya deh sama gue, lupa sama seseorang nggak bakal segampang itu, nggak ketemu lagi sama dia nggak ngebuat lo bisa ngelupain dia gitu aja, lo harus ngelewatin hati-hati berat, hari-hari di mana lo kangen diajarin dia, kangen lihat dia senyum, kangen sama tatapannya yang nggak mengandung arti apa-apa itu, alias cuma sekedar natap karena dia punya mata."
"Dan kangen sama hal lain yang berkaitan sama dia lah pokoknya," sambung anak itu tanpa rasa bersalah. Perkataannya barusan jelas membuat bahu Rumi merosot lemas, yang disampaikan Keysa tadi secara keseluruhan hampir semuanya benar, sekarang saja, kalau boleh jujur, sebenarnya Rumi keberatan dengan keputusan Adinata, ya kenapa juga laki-laki berhenti mengajari Rumi? Sebelumnya Rumi bahkan bilang jika sejauh ini, yang penjelasannya paling mudah untuk dipahami adalah Adinata, nilai Rumi juga naik drastis, jadi kalau mulai semester depan Adinata benar-benar tidak datang lagi, bisa dipastikan bahwa semuanya akan kacau, nilai Rumi, psikis Rumi, hati Rumi. Gadis itu mengigit bibir bawahnya sambil termenung sesaat, 'Yang paling parah hati gue sih.' Kemudian dia merasa jauh lebih lemas dari sebelumnya, sampai mengajak rambutnya dan berakhir menyenderkan kepalanya pada meja.
"Key, gue nggak sanggup buat bayanginya tolong!"
"Nggak usah dibayangin, ntar kalau udah waktunya juga bakal kejadian dan lo tau sendiri gimana rasanya."
Gimana rasanya ketika Adinata benar-benar tidak datang lagi ke rumah dengan senyum tipisnya itu, senyum tipis yang anehnya punya kesan begitu ramah.
Senyum tipis yang mampu memikat Rumi sampai dia tidak bisa mencintai laki-laki lain selama hampir dua tahun ini.
"Rum, bukannya itu lebih bagus ya?" Saat Kesya tiba-tiba berkata seperti itu, Rumi menoleh, hanya saja dia diam, memberi Keysa waktu untuk memperjelas maksudnya.