Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
The Fate That Bind Us

The Fate That Bind Us

S.Rustandi

5.0
Komentar
702
Penayangan
40
Bab

"Apakah semua yang terjadi pada diriku saat ini adalah takdirku? Jika ya, aku akan menerimanya, baik itu takdir baik maupun buruk, karena aku yakin ada hikmah di balik semuanya." Freya percaya bahwa setiap peristiwa dalam hidup memiliki tujuan, meski terkadang datang dalam bentuk luka. Perjalanan yang seharusnya menjadi momen romantis ke Venesia bersama kekasih berubah menjadi mimpi buruk saat ia menemukan pengkhianatan yang menyakitkan. Rasa sedih dan frustrasi menghantuinya, namun ia memutuskan untuk tetap berangkat. Ia butuh waktu untuk menyembuhkan dirinya sendiri-sendirian. Namun, hidup memiliki caranya sendiri untuk memberikan kejutan. Ketika Freya mencoba menikmati pagi yang damai di Venesia, ia tak sengaja menabrak seseorang di sebuah jalan kecil. Ice cappuccino latte yang ia genggam tumpah, membasahi bajunya, dan mempermalukannya di depan pria asing yang ternyata... sangat memikat. Awalnya, hanya obrolan ringan. Namun, seiring waktu, mereka berbagi cerita-tentang kehilangan, impian, dan bagaimana menemukan diri sendiri di tengah reruntuhan hati. Dalam kota yang penuh keajaiban dan keindahan, Freya perlahan menyadari bahwa perjalanan ini lebih dari sekadar pelarian. Venesia menjadi saksi bagaimana ia belajar memaafkan, membuka hatinya kembali, dan menemukan bahwa mungkin, takdir memang selalu punya rencana yang indah, meskipun awalnya terasa seperti mimpi buruk. Di tengah jembatan, kanal, dan gondola yang memantulkan cahaya matahari, akankah Freya menemukan cinta yang baru? Atau mungkin, cinta sejati yang sesungguhnya adalah saat ia mulai mencintai dirinya sendiri?

Bab 1 1. PERTEMUAN TAK TERDUGA

Bruuuk!

"Oh tidak!" Freya tersentak, merasa kaget saat cairan cokelat pekat itu terciprat mengenai bajunya. Tanpa berpikir panjang, ia buru-buru mengusap noda itu dengan tisu yang ada di tangannya. Namun, seperti yang sudah bisa ia duga, usaha itu sia-sia belaka. Noda itu masih tetap tampak jelas di atas blus putihnya.

"Maafkan saya, Nona," suara berat seorang pria terdengar dari depan, memecah kebingungannya.

Freya mendongak, dan di depannya berdiri seorang pria tinggi, mengenakan setelan jas yang tampak pas di tubuhnya, dengan wajah yang seakan diukir sempurna. Mata cokelat terang pria itu menatapnya penuh rasa bersalah. Rambut cokelat gelapnya yang sedikit berantakan justru menambah pesona di wajahnya yang sudah tampan.

"Saya tidak sengaja," ucap pria itu, kali ini dalam bahasa Indonesia.

Freya terkejut, matanya membelalak. Ia berada di Venezia, di tengah keramaian Piazza San Marco yang penuh dengan turis dari berbagai negara. Sejak ia tiba beberapa hari yang lalu, telinganya hanya dipenuhi dengan bahasa asing-Italia, Inggris, dan beberapa bahasa lainnya yang tidak ia mengerti. Namun, tiba-tiba mendengar bahasa Indonesia di tengah keramaian ini begitu mengejutkan, bahkan menghibur.

Namun, rasa terkejutnya segera sirna. Dengan sedikit gugup, ia menjawab, "Tidak apa-apa, Tuan. Saya juga kurang hati-hati."

Pria itu mengamati sejenak keadaan Freya yang tampak sedikit terkejut. Lalu matanya beralih ke noda kopi di bajunya, dan ia terlihat sedikit gelisah. Tanpa banyak bicara, ia melepas blazernya.

"Pakailah ini," katanya, sambil menyodorkan blazer tersebut.

Freya buru-buru menggelengkan kepala. "Tidak usah, Tuan. Saya punya jaket, kok," jawabnya, sambil menarik jaket tipis dari dalam tas. Ia tidak ingin terlihat merepotkan, meski sebenarnya tawaran pria itu cukup membuatnya terharu.

Pria itu tampak sedikit ragu, namun akhirnya mengenakan kembali blazernya. "Baiklah," ucapnya singkat. Namun, dari sorot matanya, Freya tahu bahwa ia masih merasa bersalah atas insiden tersebut.

"Eh, Tuan tidak apa-apa, kan? Apa ada yang kena?" tanya Freya sambil melirik pakaian pria itu, khawatir jika jasnya terkena noda kopi itu.

Matanya langsung membelalak saat melihat merek Armani yang tertera di jas pria itu. Dalam hati, ia mulai panik.

"Kalau dia minta ganti rugi, habislah aku! Tiket pulang saja sudah hampir habis, apalagi kalau harus mengganti jas semahal itu!" pikir Freya, mencoba menenangkan diri agar pria itu tidak mempermasalahkan insiden ini.

"Saya baik-baik saja," jawab pria itu dengan tenang. Ia melirik jam tangannya, terlihat sedikit terburu-buru.

Namun, sebelum pergi, pria itu mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu. Tidak lama kemudian, ponselnya berbunyi. "Itu nomor saya," katanya, sambil menyerahkan ponselnya kembali kepada Freya.

Freya mengerutkan kening, bingung dengan tindakan pria itu. Sebelum ia sempat bertanya, pria itu melanjutkan, "Kalau nanti ada yang perlu diganti atau saya perlu bertanggung jawab, hubungi saja nomor itu. Maaf saya harus pergi sekarang."

Tanpa menunggu jawaban, pria itu tersenyum tipis dan berbalik, meninggalkan Freya yang masih berdiri terpaku di tempatnya.

Freya menghela napas panjang. "Dia siapa, sih? Orang Indonesia? Tapi kenapa ada di Venezia?" gumamnya pelan, mencoba mencerna pertemuan yang baru saja terjadi.

***

Setelah berhasil membersihkan noda kopi di bajunya di toilet umum terdekat, Freya kembali ke penginapan kecil tempatnya menginap. Sambil merebahkan diri di atas tempat tidur, pikirannya kembali melayang ke insiden tadi.

"Kenapa aku malah memikirkan dia?" rutuk Freya pada dirinya sendiri. Ia mencoba mengalihkan pikirannya dengan memeriksa itinerary perjalanan yang sudah ia buat, namun bayangan pria itu terus mengganggunya.

"Apa dia benar-benar orang Indonesia?" gumamnya pelan. "Tapi kenapa dia ada di sini? Dan kenapa dia bisa semudah itu memberikan nomor teleponnya?"

Freya memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan hal itu. Ia yakin, pertemuan tadi hanyalah sebuah kebetulan yang tidak akan terjadi lagi. Namun, di lubuk hatinya, ada rasa penasaran yang tak bisa ia abaikan.

***

Di sisi lain kota, Aideen duduk di sebuah ruang rapat hotel bintang lima. Di depannya terdapat beberapa rekan bisnis yang sedang membahas kontrak penting. Namun pikirannya terus melayang ke gadis yang tidak sengaja ia tabrak tadi.

Wajah gadis itu terbayang jelas di benaknya-ekspresinya yang bingung namun tetap ramah, serta caranya mencoba menghilangkan noda kopi dari bajunya. Aideen tersenyum tipis saat mengingatnya.

"Apa aku harus menghubunginya?" pikirnya. Namun ia segera menepis pikiran itu.

"Fokus, Aideen. Ini bukan waktunya memikirkan hal-hal yang tidak penting," gumamnya pelan, mencoba mengembalikan fokusnya pada pertemuan bisnis yang sedang berlangsung.

Namun, setelah pertemuan bisnis selesai, ia mendapati dirinya membuka daftar kontak di ponselnya. Nama yang baru saja ia masukkan tadi pagi terpampang di layar.

Ia ragu sejenak, namun akhirnya menekan tombol panggil.

***

Di penginapannya, Freya sedang mencoba memilih pakaian untuk dikenakan keesokan hari ketika ponselnya berbunyi. Ia mengambil ponsel itu dan melihat nomor asing yang menghubunginya.

"Halo?" jawab Freya, sedikit ragu.

"Halo, ini saya. Pria yang tadi menumpahkan kopi Anda," suara di ujung telepon terdengar hangat namun tetap formal.

Freya terkejut. "Oh, iya. Ada apa ya, Tuan?" tanyanya, berusaha terdengar santai.

"Saya hanya ingin memastikan bahwa Anda baik-baik saja," jawab pria itu. "Dan juga, saya ingin bertanya apakah ada sesuatu yang perlu saya ganti."

Freya tersenyum kecil. "Tidak, Tuan. Saya sudah membersihkannya, dan semuanya baik-baik saja," jawabnya, merasa lega.

"Bagus kalau begitu," kata pria itu. Namun, ada jeda singkat sebelum ia melanjutkan, "Tapi mungkin, jika Anda tidak keberatan, saya ingin mentraktir Anda makan malam sebagai permintaan maaf."

Freya terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Tawaran itu terdengar tidak biasa, terutama dari seseorang yang baru saja ia temui.

"Mungkin saya pikir-pikir dulu, ya," jawab Freya akhirnya.

"Baik. Kapan pun Anda siap, Anda bisa menghubungi saya," kata pria itu sebelum menutup telepon.

Setelah percakapan itu berakhir, Freya menatap ponselnya dengan campuran rasa bingung dan penasaran.

***

Di hotel, Aideen menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Ia tahu bahwa tindakannya tadi cukup spontan, bahkan mungkin sedikit aneh. Namun, ia merasa ada sesuatu tentang Freya yang membuatnya ingin tahu lebih banyak.

"Dia berbeda," gumamnya pelan, sambil menatap ke luar jendela.

Meskipun pertemuan mereka singkat, Aideen merasakan sesuatu yang unik dari Freya. Gadis itu tidak seperti wanita lain yang pernah ia temui-terlihat polos, sederhana, namun memiliki daya tarik yang sulit dijelaskan.

"Mungkin aku hanya penasaran," pikir Aideen, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Namun di dalam hatinya, ia tahu bahwa ini lebih dari sekadar rasa penasaran. Ia merasa seperti ada ikatan yang tidak bisa dijelaskan antara dirinya dan Freya, meskipun mereka baru bertemu sebentar.

Aideen pun kembali teringat pada senyum Freya yang ramah meski ia sedang mengalami kekacauan kecil. Senyum itu tetap memancar hangat, dan hal itulah yang membuat Aideen merasa tergerak untuk lebih mengenalnya.

"Aku harus menghubunginya lagi," pikir Aideen, meskipun hatinya sedikit ragu. Tetapi, dalam pikirannya, suara itu terus menguat.

-To Be Continue-

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh S.Rustandi

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
The Fate That Bind Us
1

Bab 1 1. PERTEMUAN TAK TERDUGA

24/12/2024

2

Bab 2 2. Jejak Tak Terduga

24/12/2024

3

Bab 3 3. Tenang Saja Saya Bukan Orang Jahat

17/01/2025

4

Bab 4 4. Kakimu pendek sih, pasti jarang olahraga

17/01/2025

5

Bab 5 5. Mafia atau bukan, kamu tetap kejam!

17/01/2025

6

Bab 6 6. Jangan iri, Freya. Hidupmu juga berharga

18/01/2025

7

Bab 7 7. Jika Anda menyentuh hati bersama seseorang, cinta Anda akan abadi

18/01/2025

8

Bab 8 8. Mahal Nggak

18/01/2025

9

Bab 9 9. Apa ini Perasaan apa ini

19/01/2025

10

Bab 10 10. Lepaskan aku! Aku tahu kau mau menjual organku!

19/01/2025

11

Bab 11 11. Aku tidak suka keramaian. Tempat ini lebih tenang

19/01/2025

12

Bab 12 12. Sungguh, di luar ekspektasi

20/01/2025

13

Bab 13 13. Mungkin cuma deja vu kali ya

20/01/2025

14

Bab 14 14. Pilihan yang Sulit

20/01/2025

15

Bab 15 15. Makan Malam yang Menggugah

21/01/2025

16

Bab 16 16. Apa dia pergi ke Kutub Utara bersama beruang kutub atau apa

21/01/2025

17

Bab 17 17. Sudah ku cegah, bahkan dia menceramahiku dengan Revolusi Perancis

21/01/2025

18

Bab 18 18. Freya yang Merepotkan

22/01/2025

19

Bab 19 19. Persimpangan Takdir

22/01/2025

20

Bab 20 20. Kembalinya Freya ke Rutinitas

13/02/2025

21

Bab 21 21. Ayo dong, cerita yang jelas! Jangan setengah-setengah!

13/02/2025

22

Bab 22 22. Jadi, gimana ceritanya lo bisa kenal sama si Mr. Mafia itu

13/02/2025

23

Bab 23 23. Mimpi apa itu

14/02/2025

24

Bab 24 24. Jangan tegang, saya hanya ingin bicara.

14/02/2025

25

Bab 25 25. Jakarta itu sebesar apa sampai kau tidak bisa menemukannya

14/02/2025

26

Bab 26 26. Sabar, sabar, orang sabar disayang Tuhan.

16/02/2025

27

Bab 27 27. Jangan lakukan demi aku, please Mom!

16/02/2025

28

Bab 28 28. Lo kenapa sih hari ini Kesambet

16/02/2025

29

Bab 29 29. Move on, Frey. Dia pasti sudah lupa sama kamu

17/02/2025

30

Bab 30 30. Freya dan Kecurigaan Tak Terduga

17/02/2025

31

Bab 31 31. Biarkan Daddy-mu, Nak. Dia punya dunianya sendiri sekarang

17/02/2025

32

Bab 32 32. Jawab Freya! Kamu punya mulut 'kan

18/02/2025

33

Bab 33 33. Tangisanmu tidak akan mengubah apapun

18/02/2025

34

Bab 34 34. Little Mafia

18/02/2025

35

Bab 35 35. Tidak Ada Little Mafia

02/03/2025

36

Bab 36 36. Lo masih nungguin si Mr. Mafia itu ya Atau lo mau cari dia

02/03/2025

37

Bab 37 37. Kayaknya dompet dan hape saya ketinggalan, Pak

02/03/2025

38

Bab 38 38. Pengamat Maksudnya pengamat cinta Freya, ya

02/03/2025

39

Bab 39 39. Aideen William Ini benar Anda

02/03/2025

40

Bab 40 40. Dari mana aja sih, Kak

02/03/2025