The Fate That Bind Us
keheningan. Biasanya Aideen tidak banyak berbicara, tetap
g terus mencuri pandang ke arahnya, Freya tidak terlihat mengenali siapa dirinya dan tidak berusaha menggoda. Aideen
i melelahkannya. Biasanya, orang yang mengenalnya enggan mengajaknya berbincan
pada gondola yang berlalu-lalang di kanal depan mereka. S
ai Rabu," tambahnya, diikuti helaan napas panjang dan senyum satir. Aideen menangkap sesuatu d
Aideen, mencoba mem
manku. Biasanya sore begini Mom sudah menjemputku di kantor, lalu masak malam," gumamn
"Besok dia menikah dengan wanita yang dihamilinya," pikir Freya. Ia mencoba menepis cepat kenangan itu. "Move on, Freya
ia memperhatikan raut wajah Freya yang berubah-ubah. Ia tah
an, aku kaget," ucapnya dengan wajah terkejut yang membuat Aideen men
ya?" god
ngalihkan perhatian. Tapi Aideen tahu ia hanya mencari alasan. Ada sesuatu di mata gadis itu yan
dari tadi kamu terus memperhat
Aku mau pakai uangnya buat beli oleh-o
jar Aideen, nyari
a cepat. "Aku nggak mau merepotka
jahat? Membayangkannya saja sudah membuat Freya takut. Apalagi dia sedang berada di negara asing
ini benar-benar berbeda. Ia hampir tidak pernah men
menanyakan namamu, Tuan," ujar Freya, merasa malu. Ia baru tersadar
pria itu sambil
," jawab Freya sam
" balas Aideen de
nahan tawa kecil. Ia mulai mer
mana?" tanya Aideen, menco
m serta teman-temanku pesan. Tapi sebelumnya ak
Untuk
kin pusing," jelas Freya dengan wajah muram, meng
aya ikut," kata
andangnya dengan
n, meskipun tidak sepenuhnya jujur. Sebenarnya, ia hanya ingin menghabisk
Freya ma
i mobil dari saku celananya. "Ini sebagai jaminan," lanjutnya sambil menyodorkan ku
a sebuah mobil sport coupe?" gumamnya, bingung. Namun, sikap
kendaraan dari dompetnya. "Ini surat-suratnya. C
sana. Masih dengan keraguan, ia menatap Aideen lagi. "Kala
ereka hanya beberapa inci. "Kalau saya mafia," bisiknya d
ku takut!" ujarnya, menutup wajah dengan ke
tanya Aideen sam
e, aku percaya padamu. Tapi
ngangguk.
jari kelingkingn
nautkan kelingkingnya pada Freya. "Ayo kita
n ke kasir. Freya menatap punggung pria itu,
. "Apakah Aideen bisa dikatakan teman sekarang?" Ya, setidaknya begitulah yang ada dalam pikirannya. Daripada celinga
ni benar-benar melelahkan. Next kalau ketemu apotek, aku harus cari obat jantung dulu. Sekalian konsultasi s
is yang bersembunyi di balik wajah malaikat, seperti di novel atau film? "
ecilnya. "Semoga dia lupa sama kunci ini. Aku bisa jual nanti, beli banyak barang! Haha!" pikirnya licik,
lihat gadis itu tersenyum, menggeleng, lalu memukul kepalanya sendiri. Ada sesuatu yang menghibur
tiba-tiba sudah berd
eya cepat sambil ber
kata Aideen sambi
sudah hilang sepenuhnya. Aideen tertawa kecil di belakangnya sebelum mensejajarkan la
e Con