The Fate That Bind Us
ari yang merembes masuk melalui jendela yang tak tertutup tirai. Matan
enunjukkan pukul 08.15 AM. Alarm yang seharusnya
lahan yang belum sepenuhnya hilang. Pandangannya beralih ke paper bag yang tergele
k hadiah itu, tetapi tatapan tajam Aideen membuatnya tak bisa b
, kunci mobilnya belum kukembalikan," katanya pada
kets-Freya turun ke lounge hotel untuk sarapan. Menu khas Italia terhidang di d
asi, ia mene
ujarnya begitu t
i mobilmu," katanya dengan
n?" Freya hampir
saannya, seenaknya," umpatnya kesal, sambil melanjutkan makannya dengan r
it, pesan masu
oss Maf
hotel.
, meski tidak bisa menahan rasa penasaran. "Setidaknya
ria dengan motor sport berperforma tinggi hitam yang
dan memanggil, "Freya, ap
anteng banget," pikirnya dalam hati. Namun, ia segera menegur dir
am dan leather jacket sama seperti Frey
aris tak terdengar, tetapi Aideen
g melihat Ghosh Rider, hah? Cepat!"
menyerahkan helm kepadanya, ia ter
ya!" jawab Aideen
masangnya. "Kamu mau ke mana, sih? Pakai motor segal
b Aideen singkat. Freya tidak
ya untuk memeluk punggung Aideen. Detak jantungnya tak bisa dikontrol lagi. W
i Venzia yang terletak dekat dengan Dermaga San Basilio. Tempat tersebu
ara datarnya membuat
asakan kakinya gemetar karena ketakutan. "Aku selamat," gumamnya, sambil menghela napas pa
ka dan menerima kunci motor dari Aideen.
bergumam, "Tuh ka
rik tangan Freya dengan tegas.
u ke mana, sih? Jangan bilang kalau-" Freya tak bisa
membuangmu di laut, kok,"
orang konyol. "Wah, dia benar bosnya mafia. Bagaim
wa gergaji mesin!" katanya sambil me
n panik. "Lepas! Lepas, Aideen!" teriakn
kan menyiksa dulu," jawab
melaju, ia merasa cemas. "Mom, maafkan
isa menahan tawa. "Dasar gadis bodoh," uj
i dalam boat. Tawa itu begitu lepas, bahkan Rob yang mengemudikan boat pun hanya bisa tersenyum si
ya dari tawa. Freya hanya menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Hua- dasar mafia
kucing?" balas Aideen sam
n, kamu tetap kejam!" katanya, menyilangkan kedua tangan
nada santai, meski ada secuil senyuman di wajahnya. Ia kembali memandang laut, seme
. Tapi pikirannya kembali dihantui skenario terburuk. Apakah ini pemandangan terakhir sebe
ya dalam beberapa menit, boat yang mereka tumpangi bersandar di dermaga kecil. A
gannya. Freya menggeleng dengan cep
atar. Rob hanya mengangguk dengan ekspresi serius
an Aideen. Dalam hati, Aideen tersenyum. Ternyata anc
dak punya ruang untuk melarikan diri. Pikiran untuk berenang ke daratan sempat terlintas,
tampak seperti istana dari dongeng. Desain klasiknya yang elegan, kolam renang besar, dan teras yang menghadap ke lag
kan menyukainya," kata
rpaku pada pemandangan di sekita
hasa Italia yang lancar. Freya hanya bisa menatap mereka bingung, me
ada urusan sebentar. Kalau butuh sesua
n kening. "Boleh
een sambil tersenyum tipi
Ia tergoda untuk merebahkan diri, tapi cepat-cepat mengurungkan ni
n ravioli, tiramisu, gelato, dan es vanilla latte," ujarnya pada pelayan dengan senyum
sudah habis, dan ia mulai bosan. Majalah di rak dekat sofa menarik perhatiannya. Ia memilih satu majalah travel dan mul
inya. Ia melirik majalah bisnis yang tersisa di rak, tapi cepat-cepat mengal
arap. Namun, Aideen masih belum muncul. Perasaan kesal, takut, dan bingung bercampur jadi satu di
u apa yang sebenarnya direncanakan Aideen, tapi satu hal yang past
e Con