Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
4.4
Komentar
3.7K
Penayangan
80
Bab

Haslyn Rubby Ozier meninggalkan semua kehidupannya serta nama yang sudah diberikan kedua orangtuanya. Hanya menyisakan ‘Rubby’. Sebuah tragedi yang menimpa seluruh anggota keluarganya membuat Rubby mengasingkan diri lalu berjanji tidak akan kembali masuk kedalam lingkar hitam yang sudah di bangun ayahnya. Namun takdir berkata lain, saat Rubby bertemu dengan Kenan Rexton. Seorang 𝘋𝘰𝘯 dari kalangan lingkaran hitam sama seperti ayah Rubby. Kenan yang seorang mafia tidak ingin ada wanita didalam hidupnya, terlebih itu adalah Rubby. Wanita yang genit dan selalu saja banyak bicara. Tapi Kenan tidak tahu yang sesungguhnya tentang Rubby. Ini bukan hanya sekedar kisah cinta, melainkan juga misi mencari siapa pembunuh semua keluarga mereka. “Maafkan aku ayah, ternyata aku begitu mencintainya. Meski sudah berjanji menjauh dari Dunia hitam ini, nyatanya aku jatuh cinta padanya. Bos Mafia yang sangat tampan.”_____Haslyn Rubby Ozier. “Siapa sebenarnya kau Rubby ? Dan setelah kau menggoda serta merayu ku kau mengatakan ingin pergi !? Tidak semudah itu. Aku akan membunuh mereka semua yang membantumu pergi dariku.”______Kenan Rexton. Ingat ! Ini bukan hanya tentang mereka. Tapi juga semua yang terlibat di dalamnya. Dan ini tentang Kenan & Rubby.

Bab 1 1 :: Haslyn Rubby Ozier & Old Road Street ::

Panasnya api yang melahap Mansion mewah di Hampstead Heat, London Utara membuat semua orang terkejut. Tidak akan ada yang bisa melupakan kejadian tragis yang merenggut hampir seluruh keluarga Ozier itu, terutama Haslyn. Gadis yang baru berusia enam belas tahun itu menyaksikan bagaimana kematian Ayah yang dia cintai Arlan Ozier, dan dua saudara laki-lakinya. Semua kenangannya hangus terbakar menyisakan dirinya sendiri dengan balutan piyama tidur yang dia pakai. Semua penjaga mansion itu tertambak mati tanpa ada yang tahu siapa pelakunya.

Air mata Haslyn jatuh tanpa hentinya, disaat semua orang menatapnya iba seorang pria yang cukup dia kenal menghampirinya dan memeluk gadis malang itu. Dihari ulang tahunnya dia kehilangan seluruh keluarga dan penjaga yang dia kenal.

"Ron kenapa mereka membunuh ayah ku? Dia adalah ayah yang baik Ron," kata Haslyn terisak dipelukan pria yang menjadi bawahan ayahnya.

"Nona harus sabar, kita akan mencari tahunya nona. Sekarang anda harus ikut dengan saya, dan nona maafkan saya karena saya harus memberikan keterangan kalau anda juga sudah tewas didalam mansion itu." Haslyn hanya mengangguk, dia yakin dan percaya dengan apa yang Ron lakukan.

Haslyn dibawa ke Abey Road, St. Jhons wood Westminster, London. Jalan yang terkenal karena pernah menjadi latar sampul album The Beatles itu.

Disana Haslyn disembunyikan hingga dua tahun lamanya, dan Haslyn menyerah untuk bersembunyi sedangkan keterangan kematian ayah dan dua saudaranya tidak juga ditemukan siapa dalangnya. Haslyn yang berusia delapan belas tahun saat itu memutuskan meninggalkan semua kenangan buruk di memori nya. Tembakan ayahnya oleh pria dengan tutup kepala hingga wajah itu selalu menghantui Haslyn, darah dua saudaranya juga selalu membuat dia berhalusinasi.

Dia memanggil Ron dan meminta Ron memanggilkan pengacara ayahnya.

"Nona apa anda serius?" Tanya Ron saat melihat isi surat yang diminta Haslyn kepada pengacaranya dan menandatanganinya.

"Aku serius Ron, hari ini sudah dua tahun aku menunggu kejelasan, kenapa mereka membunuh keluargaku tapi ternyata semua tertutup rapi. Aku menyaksikan sendiri semua yang terjadi malam itu Ron, bagaimana ayah melindungiku. Aku menyaksikan kekejaman pria itu Ron, dan aku sudah muak menahan amarah ini aku harus berhenti." Penjelasan panjang Haslyn membuat iba Ron dan juga Mike pengacara yang ada disana.

"Jaga semua yang masih tersisa Ron, aku mohon kendalikan dengan baik apa yang ayahku tinggalkan. Aku harus pergi menjauh sementara Ron, dan bukankah semua orang tahu kalau aku sudah meninggal, jadi tidak ada masalah." Haslyn berdiri dia membawa tasnya yang sudah dia siapkan.

"Aku akan pergi Ron, aku titip semua milik ayahku. Jangan mencariku sebelum aku menghubungimu, dan jangan coba mencariku."

Haslyn pergi menuju pintu menyisakan dua pria yang melihatnya tidak tega. Bagaimana pun mereka merasakan kesedihan Haslyn, kematian orang tua bukanlah hal yang mudah untuk diterima apalagi dengan cara mengenaskan seperti yang keluarga Ozier alami.

Arlan ayah dari Haslyn Rubby Ozier adalah mafia besar yang membuat senjata dan menjualnya, banyak alat canggih yang juga di buat diperusahaannya seperti robot kecil penyadap dan juga pena pengintai, semua kecerdasan Arlan dan putra tua nya kakak Haslyn mereka jual dengan harga yang fantastis. Tapi ternyata kehebatan dan kekuasaan keluarga Ozier hilang dalam sekejap, Leo anak tertua Arlan dibunuh dengan ditembak dikeningnya sebanyak tiga kali, Chriss anak keduanya juga ditembak dibagian kepalanya dengan tiga tembakan, hanya satu yang paling tidak bisa dilupakan Haslyn, ayahnya_Arlan Ozier dibunuh dengan ditembaki diseluruh organ penting pria itu. Meski sudah menembak kening Arlan, seakan pria dengan wajah tertutup itu tidak puas, dia membabi buta menembaki Arlan , setelah semuanya mati Haslyn harus berlari mengendap keluar rumah yang ternyata sudah direncanakan akan dibakar itu.

Ayahnya menyembunyikannya diruang kerjanya dibawah meja, tempat dimana ayahnya meregang nyawa dan Haslyn saksikan lewat celah meja itu.

Brengseknya mereka yang mensyukuri kematian ayahnya, karena bagi mereka tidak akan ada lagi saingan mereka, tidak akan ada lagi penguasa bagi mereka saat itu.

Haslyn hanya mampu diam dan berdoa agar ayahnya bahagia dialamnya serta bertemu dengan ibunya yang sudah lama meninggal.

Keputusan Haslyn meninggalkan semua aset ayahnya adalah karena dia ingin jadi manusia yang lebih baik dari ayahnya serta saudaranya, dia ingin hidup normal dan melupakan kejadian pahit itu.

Hingga dia memutuskan untuk hanya menjadi Rubby, tanpa ada Haslyn didepannya apalagi Ozier dibelakang namanya.

Orang hanya tahu dia adalah Rubby, wanita cantik pemilik suara indah serta tubuh yang bagus. Rubby seceria mentari dan seindah bulan purnama jika orang melihatnya, dia ceria dan suka mengganggu temannya Betty, sahabat yang secara tak sengaja dia dapatkan. Sahabat yang selalu ada untuknya walau terkadang membuatnya frustasi dengan sifat telmi Betty, tapi Rubby hanya memiliki Betty untuk berbagi suka duka nya, seperti saat ini dia sedang terlilit hutang flat yang belum dia bayarkan uang sewanya, dan dia harus meminjam uang Betty. Entah nanti apa kata Betty kalau tahu dia menghabiskan seluruh gajinya untuk perawatan di salon.

###

Rubby mengetuk pintu yang juga belum dibuka oleh pemilik flat nya, padahal sudah jam tujuh tapi apa mungkin betty belum pulang dari perpustakaan ya? Pikir Rubby, dia lalu mengeluarkan ponselnya dan menelpon Betty.

"Bett, kamu dimana?" Tanya Rubby langsung, jujur dia sedikit panik, masalahnya Betty pernah bercerita kalau dia pernah melihat mayat disekitar gang yang menuju flat mereka.

________

"Syukurlah, aku didepan pintu flat mu tapi kau tidak ada," kata Rubby menjelaskan.

________

"Tidak ada, hanya aku merindukanmu." Rubby tertawa sendiri sedangkan Betty disana mendengus.

"Baiklah, besok pagi sebelum kau pergi kerja aku akan mampir untuk melepaskan rindu ya my Beib." Tawa Rubby pecah saat Betty lagi-lagi menarik napas kesal.

Rubby berbalik menuju flat nya yang kebetulan bersebelahan dengan flat milik Betty.

Rubby bertemu dengan Betty saat dia baru-baru pindah ke flat nya, tapi bukan kenal karena bertetangga melainkan karena Betty menolongnya saat Rubby terkilir akibat jatuh memakai high heels didepan perpustakaan yang menjadi tempat kerja Betty, dari sana hubungan mereka semakin dekat ditambah mereka bertetangga, sehingga Rubby menjadi nyaman dan tidak sungkan dengan Betty.

Betty paling mengerti sifat dirinya yang sangat menyebalkan itu, dengan adanya betty dia bisa merasakan memiliki keluarga. "Oh Betty betapa ku cinta padamu," kata Rubby nyaring dan dia terkekeh sendiri dengan kegilaannya.

Setelah berada didalam flat nya Rubby bingung akan kemana, hari ini dia memang libur bekerja jadi dia memutuskan untuk tidur seharian sedari pulang dari salon, niat ingin bertemu Betty malah wanita itu lembur diperpustakaan.

Rubby mengambil mantelnya yang berwarna coklat, memakai boat shoes nya dan siap pergi keluar membeli makanan yang murah untuk isi perutnya. Sambil bersenandung Rubby berjalan menatap langit dan juga sekelilingnya, tiba-tiba tangannya ditarik jauh dari trotoar yang dia lewati. Rubby mencoba berteriak tapi mulutnya sudah disumpal oleh sapu tangan yang diberi bius hingga dia tidak sadarkan diri.

Rubby tidak tahu apa yang telah terjasi padanya saat dia membuka mata dia hanya melihat lampu berwarna kuning dia mengerjapkan mata dan langsung duduk, dia berada didalam mobil?? Tanya Rubby pada dirinya sendiri.

"Ehm," suara seseorang membuatnya tersadar akan seorang pria yang berada di bangku depan mobil mewah ini.

"Kenapa aku disini?" Tanya Rubby meneliti pakaiannya yang ternyata masih lengkap dan wajah pria itu berdecih melihat gelagat Rubby.

"Kamu siapa?" Tanya Rubby lagi tidak takut sama sekali.

"Lain kali berjalanlah dikeramaian, kau bisa turun dari mobilku jika sudah selesai meneliti bentuk baju dan tubuhmu." Rubby melotot tak percaya, pria yang luar biasa gagah dan tampan ini berbicara seakan dia tidak penting, tapi kenapa hati Rubby bergetar mendengar suara berat pria itu.

"Hei nona apa sudah selesai?" Rubby yang dipanggil hanya tersenyum salah tingkah, dia mengerti sekarang mungkin pria ini sudah menyelamatkannya.

"Tunggu apa kau menyelamatkanku?"

"Menurutmu, apa ada penculik atau pencopet yang membiarkan targetnya pergi dan juga melihat wajahnya?"

Rubby tersenyum lagi dan kali ini lebih lebar dari tadi membuat pria penolongnya itu muak.

"Keluarlah, aku ada urusan." Rubby yang masih betah lama-lama melihat pria tampan harus muram karena diusir oleh pemilik wajah itu padahal dia cantik juga seksi, tapi kenapa pria ini tidak mengantarkannya pulang? Atau setidaknya mengajaknya berkenalan? Rubby merasa direndahkan saat ini.

"Apa kau tidak ingin mengantarkanku pulang? Bagaimana jika mereka tadi datang lagi?" Rubby masih berusaha tapi tetap gagal.

"Turun," suara rendah dan dingin itu membuat Rubby takut tapi dia tidak menghiraukannya dia masih memberikan senyumnya dan mengucapkan terimakasih.

"Terimakasih, padahal aku tidak punya uang jika pun mereka ingin mencopetku."

"Tu_run. Jangan buat aku menyesal menolongmu." Pria itu masih berbicara tanpa melihatnya, Rubby keluar dari dalam mobil pria itu dengan gemas, mobil hitam metalik itu langsung pergi dua detik dari Rubby menginjakkan kakinya ke aspal lagi dengan kecepatan tinggi.

"Ganteng-ganteng kok jahat sih, aduh dinginnya," ujar Rubby dan teringat kemana mantel yang dia pakai tadi. Dia memukul kepalanya sendiri, sudah jelas tadi mantelnya dijadikan bantal oleh pria itu untuknya.

Perut lapar dan kedinginan, lengkap sudah penderitaan Rubby.

Dengan pasrah Rubby kembali ke Flat nya setelah membeli sebuah king burger untuk dijadikannya pengganjal perutnya.

Rubby masih memikirkan wajah pria yang menolongnya tadi dan dia tersenyum sendiri, dia menatap langit dan berbicara sendiri.

"Oh bintang, jika aku bertemu dengannya lagi pada malam hari aku akan mengejar pria itu, oke?" Rubby mengedipkan sebelah matanya lalu masuk kedalam bangunan flat nya dengan menggigil karena sangat kedinginan.

"Dingin-dingin enaknya diangetin ih," gerutu Rubby lagi pada dirinya, merasa malang karena dia sudah menjadi wanita jomblo dua tahun ini.

Bersambung....

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Nadra Mahya

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku