Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Sang Majikan
Langkah Valery terpaku saat melihat sang kekasih yang sedang bertukar cincin dengan saudari tirinya di rumah ayahnya, London. Valery merasa sesak saat meyakinkan dirinya dengan apa yang ia lihat. Keraguan dalam hatinya membuat bibirnya bergetar menahan tangis.
Wajah pucat menghiasi kekecewaan Valery, mata hazelnya manatap David yang juga terkejut melihat kedatangannya. Sementara Stevia hanya melirik sinis.
“Kalian ... tunangan?” tanya Valery dengan sedikit ragu karena masih tidak bisa percaya dengan apa yang ia lihat. Perasaannya hancur dengan sikap David yang begitu tega padanya. Terlebih pada Stevia yang sama sekali tidak memperdulikan kehadiran Valery.
Valery yang baru saja datang dari rumah sakit karena harus merawat neneknya yang sedang sakit kanker. Berharap bisa mendapatkan bantuan dari sang ayah untuk biaya operasi neneknya, tapi justru mendapatkan kenyataan yang sangat menyakitkan dari David kekasihnya.
“Iya, kami tunangan. Kenapa memangnya? Apa gak boleh?” jawab Stevia dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Mengangkat wajahnya menatap Valery tanpa merasa bersalah sedikit pun. Bibir Valery bergetar mencoba untuk menahan air matanya. Dadanya begitu sesak mendengar jawaban Stevia yang menyakiti perasaannya.
“Valery! Pergilah ke kamarmu!” perintah sang ayah dengan dingin dan mata yang melotot. Christian bahkan meninggikan suaranya karena merasa kedatangan anak kandungnya mengganggu. Tatapan mata Valery yang terus menatap David dan Stevia membuat ayahnya merasa kesal dan memilih untuk mengusir Valery dari sana.
Valery menatap ayahnya dengan wajah yang kecewa, “Ayah, apa kau lupa jika David adalah kekasihku? Kenapa kau tega melakukan ini padaku?” tanya Valery tersentak atas apa yang diucapkan Christian. Air mata yang sudah ditahannya sejak tadi menetes begitu saja saat mendengar bentakan sang ayah. Dia menangis merasakan sesak dalam dadanya. Merasa kecewa karena sikap Christian yang semakin tidak adil setelah kepergian ibu kandungnya lima tahun yang lalu karena sakit gagal ginjal. Bahkan Christian masih berpihak pada Stevia meski pun tahu jika David adalah kekasih Valery.
Valery tidak pernah menyangka jika ayahnya akan bersikap begitu dingin dan tidak perduli pada dirinya terlebih semenjak menikahi seorang janda anak satu, Rachel dan anaknya Stevia. Perhatian Christian sepenuhnya hanya untuk keluarga barunya itu. Dan menyingkirkan Valery sebagai anak kandungnya.
David yang mendengar ucapan Valery merasa kesal dan menyahut dengan ketus, “Sejak kapan aku menjadi kekasihmu? Aku seorang pengacara terkenal, tidak mungkin menjadi kekasih pegawai biasa sepertimu! Level kita tidak sama, jadi sudah sepantasnya aku bertunangan dengan Stevia yang telah menjadi pewaris perusahaan Diamond Real Estate. Ah ... apa kau pikir selama ini aku menyukaimu? Baiklah, kita akhiri saja semuanya sampai di sini. Kita putus, oke?” sahut David memutuskan sepihak tanpa persetujuan Valery.
David merasa kesal karena Valery masih berpikir jika dirinya adalah kekasih Valery. Padahal mereka sudah lama sekali tidak pernah bertemu karena kesibukan Valery mengurus neneknya yang sakit dan harus bekerja keras mengejar bonus untuk biaya rumah sakit neneknya.
Kebersamaan tiga tahun mereka hanya dianggap sebagai hubungan tanpa keuntungan oleh David. Sudah lama David ingin putus dari Valery. David tak pernah mencintai Valery dengan tulus. David pikir Valery akan mewarisi perusahaan ayahnya yang bergerak di bidang penjualan perumahan mewah. Tapi ternyata Stevialah yang menjadi pewaris meski pun hanya seorang anak tiri.
Karena itu, David diam-diam mendekati Stevia dan merayunya. Stevia yang memang iri pada Valery dengan tega menerima rayuan David bahkan bertunanganya dengannya. Terlebih posisi David yang memang sangat menjanjikan untuk keuntungan perusahaannya. David yang bekerja sebagai pengacara akan membantu Stevia sebagai juru hukum terpercaya.
“David, kau tidak bisa memutuskan aku seperti ini. Kau tau jika aku hanya bergantung padamu setelah nenekku sakit,” ucap Valery merasa hancur karena kehilangan tempat bersandar. Ucapan yang dikatakan David bagaikan sebuah tombak yang menusuk jantungnya. Membuat Valery merasa terkhianati dan ditinggal seorang diri.
“Aku tidak membutuhkan wanita lemah dan tidak memiliki apa-apa sepertimu. Jadi, jangan salahkan aku jika aku memilih Stevia!” jawab David semakin kesal karena Valery seperti menyalahkannya atas pengkhianatan yang sudah ia lakukan.
“Kau tau jika selama ini aku sibuk bekerja untuk bisa membiayai rumah sakit nenekku, dan aku hanya mempunyai dirimu. Aku mohon jangan tinggalkan aku seperti ini,” ucap Valery memelas dengan penuh derai air mata.
Valery tidak menyangka jika David lebih memilih Stevia dari padanya. Dari semua orang kenapa harus Stevia lagi. Stevia tak hanya merebut kepercayaan Christian, dia juga telah merebut hasil kerja kerasnya yang sudah Valery lakukan selama berbulan-bulan demi mendapatkan bonus dan naik jabatan. Meski pun sampai harus masuk rumah sakit karena kelelahan, tapi semua itu sirna karena sikap licik Stevia. Dan kini David pun direbut oleh Stevia tanpa merasa bersalah sedikit pun.