Konon katanya, cinta turun dari mata ke hati. Penampilan yang rupawan tentu menjadi kesan pertama saat mata memandang. Namun apa jadinya jika wanita yang tertangkap oleh pandangan matamu adalah seorang wanita gendut berambut keriting yang jauh dari kata menarik, dan pria yang kau lihat adalah seorang pria cacat yang duduk di kursi roda? Akankah cinta tetap datang menyambut Ronald dan Rose, melihat kondisi fisik luar mereka yang menunjukkan ketidaksempurnaan ? Rose, seorang gadis rumahan yang urakan terpaksa harus menikah dengan Ronald, seorang cucu konglomerat kaya yang lumpuh karena kecelakaan. Kedua insan itu tak kuasa menolak perjodohan yang telah diatur oleh kakek mereka. Rose yang nyatanya adalah gadis cantik jelita, sengaja berpenampilan aneh dengan dandanan tidak menarik untuk menolak perjodohan dengan Ron. Tak jauh berbeda dari Rose, Ron juga ikut berpura-pura lumpuh untuk membuat Rose menolak pernikahan mereka. Apa jadinya jika kedua orang itu tetap menikah dan menjalani bahtera rumah tangga bersama? Apakah Ron bisa jatuh hati pada Rose yang berpenampilan gemuk? Akankah Ron berhasil mendapatkan cinta tulus dari Rose dengan penampilan cacatnya?
Bab 1. Seberapa pantaskah?
You have to love yourself first, and you will know what you deserve ~
***
"Besok kau harus menikah!" ujar seorang pria tua pada sang cucu melalui telepon.
Wildantara, seorang konglomerat terkenal sekaligus pemilik dari perusahaan IT terbesar seantero negeri. Pria tua berusia tujuh puluh tahun yang doyan poligami hingga memiliki belasan istri dan puluhan anak serta cucu.
"Apa kakek mengigau? Tidur dulu kalau ingin bermimpi!" sinis seorang pemuda tampan yang merupakan cucu dari Tuan Wildan.
Ialah Ronald Wildantara, atau kerap disapa dengan panggilan Ron. Seorang Wakil Presiden Direktur yang baru berusia dua puluh sembilan tahun, cucu konglomerat terkenal yang digadang-gadang akan menjadi pewaris utama dari keluarga Wildantara.
Pria itu duduk manis dengan gaya angkuhnya di dalam kendaraan mewah bersama supir yang fokus mengemudikan mobil mahal miliknya.
"Kakek sudah siapkan calon istri! Pesta resepsi meriah juga akan Kakek gelar bulan depan. Kau hanya perlu datang membawa badan sehat!" titah Tuan Wildan tak menerima bantahan sedikitpun.
Namun hal itu tidak akan berlaku bagi Ron. Cucu bandelnya itu selalu saja membuat ulah dan sulit diatur bahkan oleh sang kakek, Tuan Wildan.
"Besok aku sibuk! Kakek saja yang gantikan aku menjadi mempelai prianya. Kakek hobi mengoleksi istri, kan? Hanya bertambah satu istri saja tidak masalah untukmu kan, Kakek Tua?!" sindir Ron.
Tuan Wildan memijat pelan kepalanya yang selalu dibuat pening oleh cucu pemalas nan pembangkang itu.
"Pengangguran sepertimu memangnya punya kesibukan apa?" cibir Tuan Wildan.
"Pengangguran?! Aku seorang wakil presiden direktur! Jadwalku padat! Besok aku harus keluar kota!" oceh Ron dengan sentakan khas miliknya saat tengah mengomel.
Tuan Wildan meremas kertas yang ada di genggaman tangannya dengan geram dan hampir saja membanting ponsel saat mendengar bualan sang cucu.
"Dasar bocah nakal! Kau pikir pria tua ini bodoh dan bisa kau tipu? Kau beberapa hari ini tidak berangkat ke kantor, kan? Seluruh rapat dipimpin oleh Vernon, kan? Kakek akan menyumpal mulutmu dengan daun pisang kalau kau masih saja membantah dan membuat alasan tidak masuk akal!" omel Tuan Wildan berteriak kencang melalui telepon.